Kamis, 21 November 2013

Ini Dia Cara Orang Syiah Shalat

Orang Syiah memang melaksanakan shalat juga sama seperti halnya orang Islam. Namun ada banyak yang membedakan cara shalat mereka.

Banyak pihak mengatakan bahwa orang Syiah melakukan shalat sama seperti orang-orang Islam, namun hanya untuk sekadar taqiyyah.




Ini Dia Cara Orang Syiah Shalat

Konon, Syiah shalat bukan dengan tatacara shalat yang diajarkan oleh Rasulullah. Misalnya, orang syiah tidak bersedekap ketika shalat, tidak mengucapkan Aamiin, setelah akhir Surat Al-Fatihah, dan mereka mengutuk Abu bakar, Umar, dan aisyah ketika shalat.

shalat penyembah batu Ini Dia Cara Orang Syiah Shalat

Di youtube banyak pula video-video yang menggambarkan bagaimana mereka melakukan shalat.

sumber:
islampos.com

Selasa, 19 November 2013

Apa Saja Amalan Khusus Bulan Muharam yang Agung

Bulan Muharram termasuk salah satu bulan yang agung.

Bulan pertama dari kalender Hijriyah. Allah telah memuliakannya dengan menjadikannya satu dari empat bulan haram yang disebutkan dalam Al-Qur'an.

Secara khusus Allah melarang melakukan kezaliman di dalamnya untuk menunjukkan kehormatannya.

إِنَّ عِدَّةَ الشُّهُورِ عِنْدَ اللَّهِ اثْنَا عَشَرَ شَهْرًا فِي كِتَابِ اللَّهِ يَوْمَ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ مِنْهَا أَرْبَعَةٌ حُرُمٌ ذَلِكَ الدِّينُ الْقَيِّمُ فَلَا تَظْلِمُوا فِيهِنَّ أَنْفُسَكُمْ

"Sesungguhnya bilangan bulan pada sisi Allah ialah dua belas bulan, dalam ketetapan Allah di waktu Dia menciptakan langit dan bumi, di antaranya empat bulan haram. Itulah (ketetapan) agama yang lurus, maka janganlah kamu menganiaya diri kamu dalam bulan yang empat itu."
(QS. Al-Taubah: 36).


Disebutkan dalam Shahihain, bulan-bulan haram yang berjumlah empat, tiga bulan berurutan, yakni Dzulqa’dah, Dzulhijjah, & Muharram; serta Rajab yang berada diantara Jumada (Akhirah) dan Sya’ban.

Ini menunjukkan, mengerjakan perbuatan zalim/maksiat pada bulan ini dosanya lebih besar daripada dikerjakan pada bulan-bulan selainnya. Sebaliknya, amal kebaikan yang dikerjakan di dalamnya juga dilebihkan pahalanya.

Ibnu Abi Thalhah dari Ibnu Abbas Radliyallahu 'Anhu mengatakan, "Allah menghusukan empat bulan yang Dia jadikan sebagai bulan-bulan haram, mengagungkan kehormatannya, menjadikan dosa yang dikerjakan di dalamnya jauh lebih besar (dari bulan-bulan lainnya) dan Dia menjadikan amal shaleh dan pahala (di bulan tersebut) juga lebih besar."

Salah satu amal shalih yang mendapat perhatian lebih dari Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam adalah berpuasa. Beliau menganjurkan memperbanyak berpuasa di dalamnya.

Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu berkata, Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

أَفْضَلُ الصِّيَامِ بَعْدَ رَمَضَانَ شَهْرُ اللَّهِ الْمُحَرَّمُ وَأَفْضَلُ الصَّلَاةِ بَعْدَ الْفَرِيضَةِ صَلَاةُ اللَّيْلِ

"Puasa yang paling utama sesudah puasa Ramadlan adalah puasa pada Syahrullah (bulan Allah) Muharram. Sedangkan shalat malam merupakan shalat yang paling utama sesudah shalat fardlu." (HR. Muslim, no. 1982)

Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menerangkan dari Muharram tersebut satu hari yang paling utama di dalamnya, yakni Yaum ‘Asyura (heri kesepuluhnya). Beliau menerangkan, berpuasa pada hari tersebut bisa menghapuskan dosa setahun yang lalu.

وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

“Puasa hari 'Asyura, sungguh aku berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang telah lalu.” (HR. Muslim no. 1975)

Disunnahkan untuk menambah puasa Asyura dengan puasa pada hari sebelumnya, yaitu tanggal Sembilan Muharram yang dikenal dengan hari Tasu’a. Tujuannya, untuk menyelisihi kebiasaan puasanya Yahudi dan Nashrani. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas ra, beliau berkata, “Ketika Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam berpuasa pada hari ‘Asyura dan memerintahkan para sahabat untuk berpuasa padanya, mereka menyampaikan, ‘Wahai Rasulullah, sesungguhnya hari itu adalah hari yang diagungkan oleh orang Yahudi dan Nashrani.’ Lalu beliau Shallallaahu 'Alaihi Wasallam bersabda, ‘Kalau begitu, pada tahun depan Insya Allah kita berpuasa pada hari kesembilan’. Dan belum tiba tahun yang akan datang, namun Nabi Shallallaahu 'Alaihi Wasallam sudah wafat.” (HR. Muslim, no. 1916)

Ringkasnya, secara umum dianjurkan memperbanyak amal-amal shalih di bulan Muharram seperti shalat sunnah, membaca Al-Qur'an, berdzikir, sedekah, berpuasa, dan amal-amal kebaikan lainnya. Tidak ada amalan khusus yang dianjurkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam padanya, selain berpuasa pada beberapa harinya.

kaum Syi'ah Rafidhah melakukan kebid’ahan dengan menjadikannya sebagai hari hari berkabung dan meratap atas kematian Husain bin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhuma pada hari ‘Asyura. Lalu mereka mengadakan perayaan-perayaan dengan melukai diri dan selainnya. Ini adalah kebid’ahan dan kesesatan yang nyata.

sumber
vo-islam.com
Ada pula yang mengagungkan hari ‘Asyura tersebut dengan menampakkan kegembiraan dan kesenangan. Mereka berpesta pora pada hari tersebut. Ini juga bentuk pengagungan bulan Muharram yang sesat.

Dari dua bentuk penyimpangan ini, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menunjuki Ahlus Sunnah dengan melaksanakan perintah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam untuk berpuasa padanya dengan meninggalkan bentuk tasyabbuh (menyerupai) kaum Yahudi dalam puasa mereka dan menjauhi kebid’ahan-kebid’ahan hasil bisikan Syetan yang tak pernah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, para sahabatnya dan tabi’in. Wallahu A’lam.

Rabu, 13 November 2013

Hadits Palsu Seputar Bulan Muharam

Keutamaan mengusap kepada anak yatim menjadi salah astu amalam yang dielu-elukan pada hari ‘Asyura. Pasalnya, terdapat keterangan akan keutamaannya yang sangat fantastis. Yakni, dari setiap rambut anak yatim tersebut akan mengangkat derajatnya di surga.

Subhanallah, berarti tinggi sekali derajat yang diraih oleh orang yang mengusap kepala anak yatim di hari ‘Asyura (Muharam). Sehingga –boleh jadi- inilah yang menjadi inspirasi orang-orang menjadikannya sebagai hari raya anak yatim.


Pada dasarnya berbuat baik dan mengasihi anak yatim adalah amalan yang berpahala tinggi. Dalam satu riwayat shahihah, dari Sahl bin Sa’d Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata: Rasulullah SAW bersabda,

أَنَا وَكَافِلُ الْيَتِيمِ فِي الْجَنَّةِ هَكَذَا

“Saya dan orang yang merawat anak yatim di surga kelak seperti ini,” seraya beliau mengisyaratkan jari tengah dan telunjuknya lalu merenggangkan keduanya.” (HR. Muttafaq ‘Alaih)

Imam al-Nawawi menjelaskan makna Kaafil al-Yatim: orang yang mengurusi kebutuhan-kebutuhannya. (Riyadhus shalihin. Bab: Mulathafah al-Yatim)

Ibnu Baththal Rahimahullah –disebutkan dalam Fathul Baari- berkata: “wajib bagi siapa yang mendengar hadits ini untuk mengamalkannya, supaya ia bisa menemani Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam di surga, dan tidak ada kedudukan di akhirat yang lebih utama darinya.”

Mengasihi anak yatim, menyantuni mereka, memberikan kebutuhan-kebutuhan mereka juga termasuk amal kebaikan yang baik untuk dikerjakan pada bulan Muharram ini sebagai bentuk pemuliaan terhadapnya. Namun ini dikerjakan secara umum, tanpa menghususkan keutamaannya secara fantastis dan hiperbolis. [Baca: Adakah Amalam Khusus Pada Bulan Muharram?]

Hadits Palsu Mengusap Kepala Yatim


Dalam kitab al-Atsar al-Marfu’ah fil Akhbar Maudhu’ah, milik Abdul Hayyi al-Laknawi, disebutkan riwayat cukup panjang dari Ibnu Abbas Radhiyallahu 'Anhumai yang marfu’ kepada Rasulullah SAW, salah satu isinya menerangkan keutamaan mengusap kepala anak yatim pada hari syura:

وَمَنْ مَسَحَ عَلَى رَأْسِ يَتِيمٍ يَوْمَ عَاشُورَاءَ رُفِعَتْ لَهُ بِكُلِّ شَعْرَةٍ عَلَى رَأْسِهِ دَرَجَةً فِي الْجَنَّةِ

“Dan siapa yang mengusap kepada anak yatim pada hari ‘Asyura maka dengan setiap rambutnya diangkat baginya satu derajat di surga.”

Redaksi di atas diawali dengan beberapa keutamaan puasa hari ‘Asyura yang sangat fantastis, yakni siapa yang berpuasa hari ‘Asyura maka Allah mencatat untuknya ibadah selama 60 tahun dengan puasa dan shalat malamnya, ia diberi pahala 10 ribu malaikat dan pahala 10 ribu orang mati syahid. Lalu disebutkan keutamaan puasa hari ‘Asyura yang pelakunya akan diberi pahala sebanyak tujuh langit. Sementara siapa yang memberi berbuka orang mukmin pada hari tersebut seolah-ola ia memberi makan seluru fakir miskin umat nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan mengeyangkan perut mereka.

Namun sayang, hadits dengan keutamaan luar biasa tersebut dikeluarkan oleh Ibnul Jauzi dengan sanad yang di dalamnya terdapat habib bin Abi Habib. Dalam Al-Maudhu’at, Ibnul jauzi juga menyatakan riwayat serupa: ini adalah haidts maudhu’ (palsu) tanpa diragukan lagi. Beliau menjelaskan: Maudhu’ (hadits palsu) penyakitnya ada pada Habib.

Al-Suyuthi, Ibnu ‘Iraq, dan al-Hafidz Ibnu Hajar serta yang lainnya menyetujuinya (kemaudhu’annya).

Dalam Miizan al-I’tidal milik Imam al-Dzahabi disebutkan bahwa Habib bin Abi Habib al-Kharthathiy al-Marwazi, dari Ibrahim bin al-Sha-igh dan selainnya adalah pemalsu hadits. Ibnu Hibban dan selainnya juga menerangkan demikian.

Abu Hatim berkata: Ini adalah hadits batil yang tak memiliki sumber. Habib termasuk perawi yang suka memalsukan hadits atas nama orang-orang tsiqat (terpercaya). Haram menulis haditsnya kecuali sebagai menerangkan keburukannya.

Masih banyak lagi keterangan-keterangan ulama ahli hadits yang menerangkan bahwa hadits yang memuat keutamaan mengusap kepala anak yatim pada hari ‘Asyura mendapat keutamaan seperti di atas adalah hadits-hadits palsu. Wallahu A’lam.

sumber:
voa-islam.com

Jumat, 01 November 2013

Jasad Firaun Zaman Nabi Musa Dibalsem Sebagai Pengingat

Kawan, ada sepenggal ayat dalam Al Qur'an yang mungkin saja kita terlena dan melupakannya. Bahwa kita jangan sampai menjadi raja-raja Firaun untuk kesekian kalinya.

Perseteruan antara Nabi Musa as dan Raja Firaun dulu telah berakhir, tapi jangan sampai ada lagi yang namanya Firaun-Firaun mendatang.


Ayat Allah SWT berikut ini jangan dianggap sepele kalau membacanya, tapi renungkanlah sepenuh hati.

Allah SWT berfirman,

فَالْيَوْمَ نُنَجِّيكَ بِبَدَنِكَ لِتَكُونَ لِمَنْ خَلْفَكَ آيَةً وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ عَنْ آيَاتِنَا لَغَافِلُونَ


Artinya:
"Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu[1] supaya kamu dapat menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami."

Penjelasan Ayat:
[1] Yang diselamatkan Allah ialah tubuh kasarnya, menurut sejarah, setelah Fir'aun itu tenggelam mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir, Berhias, atau bepergian, atau menerima pinangan.



Mengingat Kisah Kejamnya Raja Firaun

Masih ingat kan kisah Nabi Musa dan Firaun. Firaun itu adalah seorang raja yang sangat bengis, pemaksa kehendak kepada rakyatnya. Misal saja yang paling sadis adalah Firaun menyuruh prajuritnya untuk membunuh setiap bayi laki-laki yang dilahirkan tanpa kecuali.

Begitu juga bayi Nabi Musa as (saat bayi maksudnya) juga akan dibunuhnya. Namun berkat RAHMAT Allah SWT, bayi mungil yang kemudian bernama Musa as selamatdari pembantaian, lewat perantara sana sini tentunya. Tapi karena Rahmat Allah Yang Maha Agung, sampailah si bayi di pangkuan istri Firaun yang di kemudian hari diangkat sebagai anak raja meski pada akhirnya saling bermusuhan.

Binasanya Raja Firaun

Nah, pada saat puncaknya, Nabi Musa as diburu, dikejar ole Firaun dan bala tentaranya. Pada saat sampai di tepi laut Merah, kaum Nabi Musa as berkata,
"Celakalah, kita semua pasti akan ditangkap oleh Firaun."
Nabi Musa as menjawab, "Wahai kaumku, janganlah panik, sesungguhnya Allah SWT selalu bersama kita."

Pada saat kaum Nabi Musa as ada yang sudah menyentuh air di tepi pantai, saat itulah Allah SWT menurunkan wahyu kepada Nabi Musa as.
"Wahai Musa, pukulkanlah tongkatmu ke pantai."

Maka terbelallha lautan menjadi 6 bagian.
Tiap bagian ada tempatnya masing-masing.

Kaum Nabi Musa menyeberang dengan mudahnya.
Giliran Raja Firaun dan bala tentaranya jua menyeberang.Tapi pada saat ada di tengah lau yang terbelah itu, tiba-tiba tertutuplah kembali lautan itu seperti semula.

Semua bala tentara Firaun tewas termasuk rajanya sendiri.
Fir'aun itu tenggelam dan mayatnya terdampar di pantai diketemukan oleh orang-orang Mesir lalu dibalsem, sehingga utuh sampai sekarang dan dapat dilihat di musium Mesir.

Demikian jasad Firaun sebagai simbol pengingat generai-genarasi selanjutnya termasuk kita.

sumber:
Al Qur'an.