Rabu, 18 Desember 2013

Sejak Kapan Kristenisasi di Indonesia

Kristen memiliki sikap berdasar aqidah ajarannya, bahwa orang-orang yang bukan Kristen, dianggap sebagai “domba” tersesat yang harus digembalakan. Maksudnya agar “domba” tersesat itu, harus dimasukkan agama mereka, atau dikristenkan. Ini berlangsung di berbagai negara Islam, seperti Asia, Asia Tengah, Afrika, dan Timur Tengah.

Kristenisasi di Indonesia sudah berlangsung sejak zaman Belanda. Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun, bukan hanya mengeruk hasil bumi Indonesia, tetapi juga menyebarkan agama Kristen.

Tiga kredo Kristen penjajah Eropa yang paling terkenal, “gold, gospel, and glorius”, benar-benar dilaksanakan.

Kristenisasi di Indonesia berlangsung secara terang-terangan. Gerakan Kristenisasi berlangsung di Jawa, Sumatera, Kalimantan, Sulawesi, Maluku, dan Papua. Bahkan, menurut sejarawan Ibnu Batutah, “Maluku”, sebenarnya berasal dari kata “Mamluk”, artinya Kesultanan Islam. Tetapi, sesudah Belanda dan Portugi menjajah wilayah itu, kemudian masuk agama Kristen yang dibawa penjajah, maka Maluku diklaim sebagai wilayah Kristen.


Gerakan kristenisasi mereka melalui kedok aksi sosial, seperti menolong orang-orang miskin, membantu anak-anak miskin dengan memberikan bea siswa kepada mereka. Melakukan advokasi (pembelaan) kepada orang-orang miksin yang lemah menghadapi kekejaman penguasa. Seperti Romo Sandyawan.

Di Aceh mereka memanfaatkan kondisi rakyat Aceh yang terkena tsunami. Di zaman Soekarno, saat meletus G30S PKI, banyak anak keturunann PKI banyak yang masuk kristen, karena bujuk rayu pada pendeta dan pastor, karena mereka phobi terhadap Islam dan umat Islam, yang membunuh orang-orang tua mereka.

Di Indonesia, banyak anak miskin yang disekolahkan sekolah theologi, dan kemudian mereka menjadi pendeta atau pastor. Selanjutnya, mereka menjadi tokoh-tokoh kristen atau katolik, dan sangat militan dalam menyebarkan agama mereka ke tengah-tengah masyarakat.

Paus Fransiskus yang berasal dari Amerika, baru-baru ini mendapatkan gelar “Man of Thears” oleh Majalah Time, karena dinilai perhatiannya yang sangat besar terhadap orang-orang yang lemah. Paus mencium kaki orang miskin, dan melakukan pembelaaan terhadap rakyat Amerika Latin menghadapi penguasa junta militer yang sangat bengis.

Rakyat Amerika Latin penganut “Theologi Pembebasan”, esensi ajarannya campuran antara sosialis dan komunis, dan melahirkan gerakan bersenjata, bertujuan membebaskan negeri mereka dari cengkeraman junta militer “Kanan” yang sangat pro-kapitalis dan menjadi sekutu Amerika Serikat. Maka, dalam hal ini Gereja di Amerika Latin mengadopsi ideologi sosialis dan komunis digabungkan dengan ajaran gereja.

Sebuah fenomena umum di Amerika Latin, di mana sebagian besar rakyat di kawasan itu terperangkap dalam gerakan sosialis atau komunis sebagai antitesa kapitalisme. Tokoh-tokoh Amerika Latin lahir seperti Che Guavara, Fidel Castro, dan bahkan Hugo Chavez yang belum lama ini meninggal. Mereka semua menentang kepentingan Amerika, dan bertumpu pada ajaran sosialis dan komunis.

Atas dasar itu, Gereja tidak ingin kehilangan pengikutnya, di mana sebagian besar rakyat di Amerika Latin penganut Katolik, karena mereka dijajah oleh Spanyol dan Portugal. Inilah langkah Gereja menyusaikan dengan kondisi rakyat di kawasan itu yang menganut ajaran sosialis dan komunis, dan Paus Fransiskus yang sekarang menjadi penguasa Gereja Katolik, sejatinya menjadi pengikut gerakan “Theologi Pembebasan”.sumber va-islam.com