Jumat, 24 Oktober 2014

Kisah Raja Iskandar Zulkarnain dari Romawi

Ia mendapat julukan Iskandar "Zulkarnain". "Zul", artinya "memiliki", “Qarnain”, artinya "dua tanduk". Maksudnya, Iskandar yang memiliki kekuasaan antara timur dan barat.

Sebagai panglima perang, Raja Iskandar Zulkarnain dari Romawi tak terkalahkan. Seluruh negeri yang diperanginya selalu menyatakan tunduk dan menyerah. Pedangnya bagaikan memiliki mata, dapat menyerang dan mengarah pada sasaran yang diinginkannya.

Prajurit Raja Iskandar Zulkarnain sangat besar dan gagah berani dengan persenjataan yang kuat. Di medan perang, Raja Iskandar Zulkarnain adalah ahli siasat dan memiliki taktik perang yang jitu untuk memenangkan peperangan.

Seperdelapan luas bumi telah dikuasainya, hingga sampai mendekati India.

Pada waktu ia akan menaklukkan negeri itu, ketika ia sedang menyeberangi Sungai Hindustan, suatu malam ia di hinggapi dan digigit seekor nyamuk kecil. Namun akibatnya fatal, Raja Iskandar Zulkarnaen jatuh sakit, menderita demam yang hebat. Nyamuk yang menggigitnya itu telah membawa benih penyakit malaria.

Dari hari ke hari penyakit Raja Iskandar Zulkarnain semakin bertambah parah. Ketika merasa ajalnya sudah dekat, ia memanggil orang kepercayaannya.

“Wahai para pemimpin prajurit dan para sahabatku, jika nanti aku meninggal dunia, masukkanlah jenazahku ke dalam peti mati dan buatlah lubang pada kedua sisi peti, kemudian julurkan kedua tanganku keluar melalui lubang itu. Tempatkan peti matiku ke dalam sebuah kereta jenazah yang terbuka, dan araklah kereta itu kembali ke Macedonia dengan perlahan-lahan, agar bangsa-bangsa yang pernah kita taklukkan di sepanjang perjalanan dapat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa Iskandar yang Agung, yang perkasa, yang selalu menang perang, pada waktu matinya tidak membawa apa-apa.

Tak sebungkah emas pun digenggamnya dari harta rampasan yang begitu banyak. Agar para raja, para penguasa, dan para panglima sesudahku kelak tidak akan sombong dengan kekuasaan mereka. Sebab, ternyata ujung semua kebesaran serta keagungan adalah kematian, dan kita tidak berdaya untuk menghindarinya."




Demikianlah pesan Raja Iskandar Zulkarnain yang Agung sebelum mengembuskan napas yang terakhir. Dia, yang begitu gagah dan kuat, penakluk semua negeri yang diperanginya, ternyata tak berdaya menghadapi gigitan seekor nyamuk kecil.

Dalam surah Al-Baqarah ayat 26, Allah berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلا الْفَاسِقِينَ

Artinya:
26. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu[33]. Adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah[34], dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

Penjelasan ayat:
[33] Diwaktu turunnya surat Al Hajj ayat 73 yang di dalamnya Tuhan menerangkan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat membuat lalat, Sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan turunnya surat Al Ankabuut ayat 41 yang di dalamnya Tuhan menggambarkan Kelemahan berhala-berhala yang dijadikan oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung sama dengan lemahnya sarang laba-laba.

[34] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.

sumber: voa-islam.com