Jumat, 26 Desember 2014

Isi Surat Nabi Muhammad SAW kepada Najasyi Ash-ham, Raja Habasyah

Pada bulan pertama tahun ke-7 H Rasulullah SAW pun mengirimi Najasyi sebuah surat yang berisi perihal keadaan Ja’far bin Abi Thalib dan kaum muslimin yang mengungsi. Surat itu disampaikan oleh 'Amr bin Umayyah Adh-Dhumari.

Raja Najasyi sangat menghormati surat dari Rasulullah tersebut. Ia menempelkannya pada keningnya, lalu ia turun dari singgasananya sebagai bentuk ketundukannya terhadap apa yang datang padanya.
Isi surat itu sebagai berikut:

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim.

Dari Muhammad Rasulullah SAW kepada Najasyi Ash-ham, raja Habasyah.

Salam sejahtera bagimu. Aku memuji engkau kepada Allah, Yang Mahasuci lagi Perkasa, dan aku bersaksi bahwa Isa AS adalah ruh Allah dan kalimah-Nya yang ditiupkan kepada Maryam, seorang perawan suci, bersih, dan terjaga.

Mariam mengandung Isa AS, kemudian Allah menciptakan Isa AS dari ruh-Nya, dan ditiupkan-Nya ruh itu (ke dalam jasadnya) sebagaimana Adam AS yang diciptakan Allah langsung dengan Tangan-Nya dan ditiupkan-Nya ruh (ke dalam tubuhnya).

Kini aku mengajak engkau untuk menyembah Allah, Yang Maha Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan terus-menerus menaati-Nya serta mengikuti aku. Juga engkau mempercayaiku dan ajaran-ajaran yang diturunkan-Nya kepadaku bahwa aku adalah utusan-Nya.

Aku telah mengutus kepadamu saudara sepupuku yang bernama Ja’far bersama serombongan kaum muslimin. Layanilah mereka sebaik-baiknya dan tinggalkanlah kesombongan. Aku mengajak engkau dan seluruh tentaramu kepada (agama) Allah. Sungguh telah aku sampaikan risalah dan nasihatku, maka terimalah ajakan dan nasihatku ini.

Salam sejahtera bagi siapa saja yang mengikuti hidayah.




Setelah menerima surat dari Nabi SAW, Raja Najasyi menulis surat balasan kepada beliau:

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim.

Untuk Muhammad Rasulullah SAW dari Najasyi Asham bin Abjar

Salam sejahtera. Rahmat dan keberkahan dari Allah semoga tercurah kepada engkau, wahai Nabi Allah.

Tidak ada Tuhan selain Dia, yang telah memberikan petunjuk kepada aku untuk masuk Islam.

Wahai Rasulullah, suratmu telah sampai kepadaku, yang di dalamnya engkau telah menerangkan perkara Isa. Demi Tuhan, Pemelihara langit dan bumi, sesungguhnya Isa tidak lebih dari apa yang telah engkau terangkan dalam suratmu. Aku telah mengetahui ihwal utusan yang engkau hantarkan kepada kami. Dan mengenai saudara sepupumu serta teman-temannya, aku telah melayani mereka dengan pelayanan yang baik. Oleh karena itu aku bersaksi bahwasanya engkau adalah utusan Allah yang benar dan dibenarkan, dan aku berbai’at kepadamu, juga kepada sepupumu, dan aku masuk Islam di tangannya semata-mata karena Allah, Penguasa alam semesta.

Wahai Nabi Allah, aku juga telah mengutus kepada engkau Ariha bin Ash-Ham bin Abjar, karena sesungguhnya aku tidak berkuasa kecuali pada diriku sendiri. Tetapi jika engkau menyuruhku untuk datang sendiri kepadamu, pasti aku bersedia, wahai Rasul Allah, karena sesungguhnya aku bersaksi bahwa segala yang engkau katakan itu adalah benar.

Demikianlah kisah Raja Najasyi dari Habasyah, Ethiopia, yang kemudian beriman kepada Rasulullah SAW. Apa yang diceritakan Rasulullah adalah benar, sesuai dengan ajaran yang disampaikan Nabi Isa AS. Tidak lebih dan tidak kurang.

Raja Najasyi sendiri adalah pengikut ajaran Nabi Isa AS yang taat, yang keyakinannya terhindar dari tipu daya manusia yang telah mengubah ajaran asli Nabi Isa AS.

Kisah Nabi Isa AS yang disampaikan Rasulullah SAW tidak lepas dari wahyu Allah SWT, yang kemudian menjadi bagian dari ayat-ayat Al-Quran. Nabi Isa disebut-sebut Al-Quran sebanyak 24 kali. Ini lebih banyak dibanding Nabi Muhammad sendiri, yang hanya disebut Al-Quran secara langsung sebanyak empat kali.

Penyebutan ini tentu saja dengan alasan.

Pertama, menurut beberapa tafsir Al-Quran, itu karena kedudukan Nabi Isa AS sangat tinggi dalam Islam.

Kedua, adanya keterkaitan antara ajaran Nabi Isa AS dan Nabi Muhammad SAW. Kedua-duanya berasal dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT. Hanya saja, di kemudian hari, orang-orang sesat menyelewengkan peninggalan Nabi Isa dan menggantinya dengan agama yang mereka karang sendiri.

sumber: voa-islam.com