Jumat, 30 Mei 2014

Jangan Berhujjah Terhadap Hadits Bilamana

Bila ia tidak menjumpai seorang ulama menilai hadits itu shahih atau hasan maka ia tidak boleh berhujjah dengannya.

Orang semacam ini ibarat orang yang mencari kayu bakar di malam yang gelap gulita. Boleh jadi ia berhujjah dengan suatu riwayat yang bathil, tapi ia tidak merasa.” (An-Nukat ‘ala Kitab Ibn Shalah, 1/449)

Berkata Al Imam al-Munawi asy-Syafi’i rahimahullah :

فليس لراوي حديث أن يقول قال الرسول إلا إن علم صحته ويقول في الضعيف روى أو بلغنا فإن روى ما علم أو ظن وضعه ولم يبين حاله أيدرج في جملة الكذابين لإعانته المفتري على نشر فريته فيشاركه في الإثم كمن أعان ظالما ولهذا كان بعض التابعين يهاب الرفع ويوقف قائلا الكذب على الصحابي أهون

Maka tidak boleh bagi seseorang yang meriwayatkan hadits untuk berkata : “Rasulullah bersabda” kecuali jika ia mengetahui shahihnya hadits tersebut, dan ia berkata pada hadits dhoif : “Telah diriwayatkan..” atau “Telah sampai kepada kami…”. Jika ia meriwayatkan hadits yang ia tahu atau ia persangkakan merupakan hadits palsu lantas ia tidak menjelaskan keadaannya maka ia termasuk dalam barisan pendusta, karena ia telah membantu sang pemalsu hadits dalam menyebarkan kedustaannya, maka iapun ikut menanggung dosa, seperti seseorang yang menolong orang yang dzolim. Oleh karenanya sebagian tabi’in takut untuk menyandarkan hadits kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi ia menyandarkan hadits kepada sahabat dan berkata, “Dusta atas nama shahabat lebih ringan” (Faidhul Qadhir juz 6 hal. 116)



Al-Qodhi Abul Mahasin Yusuf bin Musa Al-Hanafi rahimahullah berkata :

قال الله تعالى: {أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ} والقول عن الرسل قول على الله والحق هنا كهو في قوله تعالى: {إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ} فكل من شهد بظن شهد بغير حق إذا لظن لا يغني من الحق شيئا فكذا من حدث عن النبي صلى الله عليه وسلم بالظن حدث عنه بغير حق فكان باطلا والباطل كذب فهو أحد الكاذبين عليه الداخلين في قوله: “من كذب علي فليتبوأ مقعده من النار” ونعوذ بالله من ذلك

“Allah berfirman “Bukankah Perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, Yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali dengan al-haq/yang benar”, dan perkataan dari Rasulullah adalah perkataan atas nama Allah. Al-Haq pada ayat ini seperti al-Haq dalam firman Allah “Kecuali orang yang menyaksikan dengan al-Haq/kebenaran .”
Maka setiap orang yang mempersaksikan dengan zhon (prasangka) maka ia telah mempersaksikan dengan selain al-Haq, karena zhon tidaklah memberikan kebenaran sama sekali. Maka demikian pula orang yang menyampaikan sebuah hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan zhon/persangkaan maka ia telah menyampaikan dari Nabi dengan selain al-Haq, maka hal ini merupakan kebatilan, dan kebatilan adalah dusta. Maka jadilah ia salah seorang dari para pendusta atas nama Nabi, dan termasuk orang-orang yang masuk dalam sabda Nabi : “Barangsiapa yang berdusta atasku maka bersiaplah mengambil tempatnya di neraka”, dan kita berlindung dari hal ini” (Al-Mu’tashor min al-Mukhtashor min Musykil al-Aatsaar 2/262)

Itulah beberapa perkataan para Ulama kita rahimakumullah. Jadi saudaraku, berhati-hatilah dalam menyampaikan hadits. Saya sangat sering melihat orang-orang yang “ asal “ dalam menyampaikan hadits, khususnya di Facebook, tidak menyebutkan sanadnya, tidak menyebutkan perawinya, serta tidak menyebutkan bagaimana nilai sanadnya. Terakhir saya ingin menyampaikan dua hadits sebagai penutup, semoga menjadi renungan.

عن أبي هريرة قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: كَفَى بِالْمَـرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَح

Dari Abu Hurairah berkata, telah bersabda Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam, “Cukuplah seseorang itu berdosa bahwa ia menceritakan semua yang ia dengar”. ( HR Muslim: 5 dan Abu Dawud: 4992. Berkata asy-
Syaikh al-Albaniy: Shahih sebagaimana di dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 4482 dan Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 2025)

Berkata al-Imam Ibnu Hibban rahimahullah, “Di dalam hadits ini terdapat ancaman bagi seseorang yang menyampaikan setiap apa yang ia dengar sampai ia tahu dengan seyakin-yakinnya bahwasanya hadits atau riwayat tersebut adalah shahih. (Kitab Majruhiin minal Muhadditsin: I/ 16-17 oleh
al-Imam Ibnu Hibban, tahqiq Hamdi Abdul Majid as-Salafi )

عن أبي هريرة عَن رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم أَنَّهُ قَالَ: سَيَكُوْنُ فىِ آخِرِ الزَّمَانِ نَاسٌ مِنْ أُمَّتىِ يُحَدِّثُوْنَكُمْ بِمَا لَمْ تَسْمَعُوْا أَنْتُمْ وَ لاَ آبَاؤُكُمْ فَإِيَّاكُمْ وَ إِيَّاهُمْ

Dari Abu Hurairah dari Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam, bahwasanya Beliau bersabda, “Akan ada sekelompok orang dari umatku di akhir zaman yang menceritakan (hadits) kepada kalian yang tidak pernah didengar oleh kalian dan bapak-bapak kalian. Waspadalah kalian terhadap mereka”. (HR Muslim: 6. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: shahih sebagaimana di dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 3667 )

Wallahu'alam

sumber:
voa-islam.com

Kamis, 22 Mei 2014

Sang Pembela Nabi Palsu

Ahmadiyah adalah aliran yang dinyatakan sesat bahkan kafir oleh para ulama tingkat organisasi Islam dunia seperti Rabithah Alam Islami (Liga Dunia Islam), dan para ulama di negeri-negeri Islam termasuk MUI di Indonesia.

Bahkan MUI sudah memfatwakan sesatnya Ahmadiyah sampai dua kali, dan dinyatakan, pengikutnya murtad (keluar) dari Islam. Fatwa itu sampai dua kali, pertama zaman MUI dipimpin Buya Hamka tahun 1980-an, dan fatwa kedua pada tahun 2005.


Anehnya, Jusuf Kalla waktu jadi Wakil Presiden, dia membela Ahmadiyah pengikut nabi palsu itu. Ini pada hakekatnya sama dengan membela nabi palsu. Padahal, orang yang membela nabi palsu telah diancam neraka oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Bahkan ancaman siksanya sangat dahsyat di neraka, hingga gigi gerahamnya saja lebih besar daripada Gunung Uhud.

Imam Ibnu Katsir dalam kitabnya Al-Bidayah wan-Nihayah mengutip riwayat : Saef bin Umar meriwayatkan dari Thulaihah dari Ikrimah dari Abu Hurairah dia berkata, “Suatu hari aku duduk di sisi Rasulullah bersama sekelompok orang, di tengah kami hadir Ar-Rajjal bin Anfawah. Nabi bersabda,

إن فيكم لرجلا ضرسه في النار أعظم من أحد

“Sesungguhnya di antara kalian ada seseorang yang gigi gerahamnya di neraka lebih besar dari Gunung Uhud.”

Kemudian aku (Abu Hurairah) perhatikan bahwa seluruh yang dulu hadir telah wafat, dan yang tinggal hanya aku dan Ar-Rajjal. Aku sangat takut menjadi orang yang disebutkan oleh Nabi tersebut hingga akhirnya Ar-Rajjal keluar mengikuti Musailamah (nabi palsu, red) dan membenarkan kenabiannya. Sesungguhnya fitnah Ar-Rajjal lebih besar daripada fitnah yang ditimbulkan oleh Musailamah.”

Hal ini diriwayatkan oleh Ibnu Is-haq dari gurunya, dari Abu Hurairah ra. (Lihat buku Hartono Ahmad Jaiz, Nabi-nabi Palsu dan Para Penyesat Umat, Pustaka Al-Kautsar, Jakarta, mengutip Ibnu Katsir, Al-Bidayah wan Nihayah, Maktabah Al-Ma’arif , Beirut, juz 6 halaman 323-326)

Peran yang sangat berbahaya terhadap Islam yang dilakukan Ar-Rajjal dengan membela nabi palsu Musailamah Al-Kaddzab dan telah diancam dengan neraka dan siksa sangat dahsyat itu kini justru ditirukan orang. Di antaranya adalah Jusuf Kalla yang kini diusung oleh partai PDIP. Jusuf Kalla dipasangkan sebagai cawapres (calon wakil Presiden) mendampingi Jokowi capres.

sumber:
voa-islam.com

Rabu, 21 Mei 2014

Seorang Kyai Berceramah di Gereja

Gus Nuril Arifin Kyai Liberal Penyesat Umat, seorang kyai yang berceramah di sebuah gereja. Ada-ada saja Gus Gus.

Kyai kok ceramah di gereja! Demikian inti pembahasan yang masih hangat di masyarakat blora akhir ini, setelah adannya acara sarasehan kebangsaan yang di gelar gereja Bethany.

Banyak masyarakat yang bertanya Tanya siapa sebenarnaya DR. KH Nurul Arifin MBA?


Dia adalah panglima laskar berani mati pembela mantan presiden Abdurrahman Wahid (Gusdur) saat berusaha diturunkan. Gus Nuril termasuk kiyai Liberal yang selalu mengkampanyekan persatuan umat antara agama. Bahkan dirinya mempunyai pondok pesantren Multy Agama Soko Tunggal yang berada di Semarang.

Kyai yang sudah keluar masuk gereja untuk memberikan ceramah, memang sudah tidak asing lagi di hadapan para tokoh Kristen. Dengan dalih bahwa umat manusia itu berasal pencipta yang satu yaitu Tuhan yang Maha Esa, dari nenek moyang satu yaitu Nabi Adam, dan berasal dari bapak para nabi yang satu yaitu Ibrahim, maka dia mengajak umat antar beragama ini selalu damai dan satu tujuan.

sumber:
voa-islam.com

Sabtu, 17 Mei 2014

Demba Ba Striker Chelsea Mendirikan Masjid

Top striker Chelsea FC, Demba Ba, salah satu diantara 40 pemain top dunia yang bermain di liga Inggris premier, dan dia secara terbuka mengamalkan imannya sebagai Muslim, serta dia membangun masjid di negaranya, Senegal.

Pemain sepak bola Chelsea ini, mengeluarkan kekayaannya untuk membangun masjid di kota kelahirannya.


Demba Ba, pemain internasional Senegal, dan dia dikenal sebagai seorang Muslim yang sangat taat, seringkali merayakan gol kemenangannya dengan sujud. Berbicara kepada media Idependent pada hari Jumat, 9/5/2014, Ba mengatakan, “Muslim yang baik adalah orang yang baik, jadi saya mencoba untuk menjadi orang yang baik”, dan setelah dia cerita tentang karirnya di dunia sepak bola, kemudian dia menukaskan membangun masjid di kota kelahirannya di Senegal, pekan lalu .

Pada tahun 1992 , Tottenham Hotspur FC, Nayim adalah satu-satunya pemain muslim di divisi liga utama Inggris. Pada tahun 2007, pemain Mali, Kanoute Omar , yang juga bermain untuk Tottenham, dan mengeluarkan uang pribadinya sebesar US $ 700.000, digunakan membeli sebuah gereja Seville, Spanyol, dan diubah menjadi sebuah masjid, hingga kini.

Sungguh mulia mereka. Mereka ‘merumput’ di daratan Eropa, dan kemudian kekayaannya digunakan bagi kebaikan, diantaranya membangun masjid. Bukan digunakan kepada hal-hal yag dapat membuat kerusakan bagi kehidupan.

Subhanallah....
Contohlah mereka, haii .. guys .. (afgh)

sumber:
voa-islam.com

Minggu, 11 Mei 2014

Sudah Menonton Film "99 Cahaya Di Langit Eropa'"

Sahabat sudah nonton film '99 Cahaya Di Langit Eropa' ?

Dalam film tersebut menceritakan bagaimana Hanum Salsabila Rais, puteri dari Amien Rais sekaligus penulis buku 99 Cahaya Dilangit Eropa sempat dibuat tercengang ketika mengetahui bahwa inskripsi arab yang mengukir di tepian kain hijab yang dikenakan Bunda Maria itu adalah lafaz tahlil لَا إِلٰهَ إِلَّا الله ‘Laa ilaaha Illallah”

Dalam bukunya, Hanum memaparkan kisah perjalanannya menjelajahi jejak peradaban Islam yang ada di Eropa. Ia bersama suaminya, Rangga Almahendra membelah peradaban Islam dari Eropa Barat hingga Eropa Timur. Sesampainya di Paris, Hanum pun dibuat tercengang oleh beberapa peninggalan dari peradaban Islam di kota ini dulunya.



Museum Louvre, adalah tempat penyimpanan berbagai benda berharga milik Perancis. Di Museum inilah, lukisan Monalisa yang terpopuler itu berada. Dan disini pula lukisan menakjubkan yang dimaksud Hanum itu berada.

Adalah lukisan karya Ugolino berjudul “The Virgin and The Child” dimana dalam lukisan itu nampak sosok Bunda Maria sedang menggendong “Yesus” bayi . Yang mencengangkan, di hijab Bunda Maria dalam lukisan itu terdapat tulisan Arab Pseudo Kufic. Yang setelah diteliti oleh peneliti Arab World Institute, ternyata tulisannya adalah لَا إِلٰهَ إِلَّا الله “Laa Ilaaha Illallah”. Hanum juga mendapati banyak tulisan Arab Kufic di lukisan artefak umat Khatolik. Termasuk tulisan Arab Kufic di jubah seorang raja Katolik taat yaitu Raja Roger II of Sicily dari Austria.

Marion, sahabat Hanum yang juga seorang peneliti peradaban Islam Abad Pertengahan yang ahli membaca tulisan Arab Kufic menjelaskan bahwa dulu Timur Tengah dikenal dengan ilmu pengetahuan, seni dan budayanya. Sehingga banyak orang Eropa bepergian ke Timur Tengah dan membeli kain, permadani, lukisan dan lain sebagainya. Dalam barang-barang yang diperdagangkan itu seringkali terdapat tulisan tauhid seperti di atas dan akhirnya ditiru oleh orang-orang Eropa.

sumber:
voa-islam.com

Rabu, 07 Mei 2014

Hukum Memakai Jilbab Bagi Wanita Adalah Wajib

Jilbab adalah kemuliaan wanita muslimah. Hukum memakai jilbab bagi wanita adalah wajib.

Jadi salah besar jika ada yang mengatakan bahwa jilbab adalah hanya merupakan budaya orang arab, bukan merupakan ajaran Islam. Ini adalah pendapat liberal yang benci dan dibayar untuk benci Islam, mereka ingin menjauhkan jilbab dari sentuhan wanita-wanita muslimah.


Hukum memakai jilbab bagi wanita ditegaskan Allah swt dalam Al Quran surah An-Nur ayat 31.

Allah SWT berfirman,

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَلْيَضْرِبْنَ بِخُمُرِهِنَّ عَلَى جُيُوبِهِنَّ وَلا يُبْدِينَ زِينَتَهُنَّ إِلا لِبُعُولَتِهِنَّ أَوْ آبَائِهِنَّ أَوْ آبَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ أَبْنَائِهِنَّ أَوْ أَبْنَاءِ بُعُولَتِهِنَّ أَوْ إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي إِخْوَانِهِنَّ أَوْ بَنِي أَخَوَاتِهِنَّ أَوْ نِسَائِهِنَّ أَوْ مَا مَلَكَتْ أَيْمَانُهُنَّ أَوِ التَّابِعِينَ غَيْرِ أُولِي الإرْبَةِ مِنَ الرِّجَالِ أَوِ الطِّفْلِ الَّذِينَ لَمْ يَظْهَرُوا عَلَى عَوْرَاتِ النِّسَاءِ وَلا يَضْرِبْنَ بِأَرْجُلِهِنَّ لِيُعْلَمَ مَا يُخْفِينَ مِنْ زِينَتِهِنَّ وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ

Artinya:
Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka Menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah Menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita Islam, atau budak- budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, Hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung.
(QS. An-Nur: 31).

Dari ayat di atas sangat jelas bahwa hukum memakai jilbab bagi wanita adalah wajib sebagai mana perintah Allah terhadap ibadah-ibadah lainnya. Kewajiban memakai jilbab bagi seorang wanita tak lain adalah untuk kemuliaan dari wanita itu sendiri.

sumber:
voa-islam.com
sheriff-heedaya.blogspot.com

Selasa, 06 Mei 2014

Jodoh Adalah Masalah Hidup dan Mati

Sahabat muslimah, hidup di zaman ketika Islam semakin jauh dari kehidupan itu memang bukan hal yang mudah.

Ada saja suara yang berusaha menilai seseorang dari tampilan luarnya saja. Kita tak akan pernah tahu apa yang telah dilewati oleh seseorang lainnya ketika ia memutuskan sesuatu dalam hidupnya. Begitu juga dalam hal jodoh. Masalah jodoh, menurut saya bukan masalah laku atau tidak laku. Kita tidak sedang berjualan kue apem di sini yang bisa dinilai laku bila laris manis. Begitu sebaliknya, dibilang tak laku bila stok yang tersedia masih banyak.


Jodoh adalah masalah hidup dan mati, dunia dan akhirat. Betapa banyak istri yang tersiksa bahkan mati di tangan suami. Mungkin contoh ini terlalu ekstrem. Baiklah sedikit kita ambil contoh tentang betapa banyak istri yang memunyai suami tak pantas disebut imam yang akan menuntunnya ke surga.

Suami yang enggan melaksanakan salat lima waktu, tidak memberi nafkah yang layak pada istri dan anak, dan melakukan kekerasan dalam rumah tangga. Belum lagi suami yang suka mengucap kata talak atau cerai dengan begitu ringannya tapi masih juga enggak dengan resmi berpisah dari istrinya.

Masyarakat yang memperlakukan laki-laki seolah lebih istimewa daripada perempuan juga menjadikan hal ini lebih runyam. Permakluman selalu ada bagi laki-laki yang suka berganti pasangan, merokok, minum-minuman keras, suka begadang tak jelas, keluyuran ke tempat-tempat maksiat. Orang akan menyebutnya jantan. Memang begitu seharusnya laki-laki. Cap yang berbeda akan diberikan pada perempuan dengan sebutan bejat atau wanita nakal.

Masyarakat berharap perempuan sebagai tiang negara harusnya bersikap sopan, anggun dan baik. Seiring dengan semakin tingginya pendidikan dan kesadaran perempuan terutama muslimah akan agamanya, semakin selektif mereka memilih suami. Persoalan tak lagi terletak pada laku atau tidak, tapi sudah menginjak masalah prinsip.

Tidak semua perempuan yang masih bertahan melajang itu karena tidak ada laki-laki yang mau. Sebaliknya, tidak semua perempuan yang menikah itu merasa dirinya bahagia, bersorak hore karena akhirnya ada yang mau. Tidak sesederhana itu.

Akan jauh lebih baik adalah menghormati keputusan seseorang dalam kehidupannya termasuk dalam hal menikah atau belum. Sungguh, secara kodrati tak ada manusia yang suka hidup sendiri. Tapi bila yang datang masih belum memenuhi kriteria dan tak sanggup menghantar ke ridho Ilahi, bukan pilihan yang salah ketika melajang menjadi pilihan diri. Kita tak tahu betapa kondisi ini juga bukan hal yang mudah bagi para muslimah yang masih melajang.

Kita tak tahu beban apa yang harus dipikulnya. Tak perlu kita menambah beban tersebut dengan kata-kata yang tak pantas. Cukup doa dan kata-kata baik yang terlontar, itu bisa menjadi bekalnya untuk melewati hari. Apabila kita memang memunyai kenalan laki-laki salih, maka menawarkan untuk memperkenalkan mereka itu jauh lebih baik daripada hanya berkomentar tanpa memberikan solusi.

Wallahu a'lam.

sumber:
voa-islam.com

Sabtu, 03 Mei 2014

Manfaat Silaturrahmi Dengan Saudara Seiman

Saling mengunjungi saudara seiman karena Allah memiliki manfaat yang banyak.

Ia bisa menjadi sarana yang melembutkan hati dan mempertautkannya, menambah keimanan, dan membuat jiwa senang. Saling mengunjungi bisa menjadi sarana saling menasihati dan tolong menolong untuk kebaikan.

Muhammad bin al-Munkadir pernah ditanya, "Kenikmatan apa yang tersisa dalam hidup ini” beliau menjawab, “berjumpa dengan saudara-saudara seiman dan memasukkan kebahagiaan dalam diri mereka."


Imam al-Hasan al-Bashri berkata, "Saudara (seiman) kami lebih kami cintai daripada keluarga kami, saudara seiman kami mengingatkan kami terhadap akhirat sementara keluarga kami mengingatkan kami terhadap dunia."

Kalau kita telusuri sunnah Nabi dan siroh para sahabat, niscaya kita temukan mereka sangat gemar saling mengunjungi saudara seiman mereka. Bahkan sebagiannya sampai menginap di kediaman saudaranya. Dan Subhanallah, kita dapatkan mereka adalah umat yang sangat kuat rasa cinta antara sesamanya. Sehingga pantaslah jika Allah melimpahkan kecintaan dan keridhaan-Nya atas mereka. Apakah sunnah dan tradisi yang baik ini tetap lestari di zaman modern ini?

Wallahu A’alam.

sumber:
voa-islam.com
ohbulan.com

Kamis, 01 Mei 2014

Benarkah Pahala Puasa Rajab Begitu Hebat

Sahabat yang dirahmati Allah, riwayat-riwayat menerangkan keutamaan puasa Rajab yang bombastis banyak tersebut.

Namun secara umum, tidak ada dalil shahih tentang puasa khusus padanya -seperti para tanggul 1, 3, 7, dan seterusnya- untuk mengistimewakan bulan ini dengan meyakini keutamannya yang lebih besar dibandingkan pada bulan-bulan selainnya.
Memang terdapat hadits dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang menunjukkan anjuran berpuasa pada bulan-bulan haram (Rajab dan tiga bulan haram lainnya):

صُمْ مِنْ الْحُرُمِ وَاتْرُكْ

"Puasalah pada bulan-bulan Al Hurum (bulan Rajah, Dzulqa’dah, Dzulhijjah, dan Muharram, -Penerj.) dan hentikanlah (beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali)."
HR. Abu Dawud no. 2428 dan didhaifkan oleh Al-Albani dalam Dhaif Abi Dawud)

Hadits ini –jikapun shahih- menunjukkan anjuran berpuasa pada bulan haram. Maka siapa yang berpuasa pada bulan Rajab untuk menjalankan hadits tersebut maka ia juga harus berpuasa pada bulan-bulan haram selainnya, maka ini tidak apa-apa. Namun jika menghususkan pada bulan Rajab saja, maka tidak boleh. Wallahu a'lam.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata: Adapun puasa Rajab secara khusus, maka hadits-hadits (yang menerangkannya) semuanya dhaif (lemah), bahkan maudhu' (palsu). Tidak ada ulama yang bersandar kepada hadits-hadits tersebut. Ini tidak termasuk dhaif yang boleh diriwayatkan dalam bab fadhail (keutamaan-keutamaan amal), tapi secara umum termasuk hadits-hadits maudhu yang dipalsukan. . .

Terdapat di dalam al-Musnad (Imam Ahmad) dan selainnya, satu hadits dari Nabi SAW, beliau memerintahkan berpuasa pada bulan-bulan haram: Rajab, DzulQa'dah, Dzulhijjah, Muharram. Maka ini tentang puasa pada empat bulan secara keseluruhan, tidak hanya menghususkan Rajab.
(Diringkaskan dari Majmu' Fatawanya: 25/290)

Ibnul Qayyim rahimahullah berkata:
"Semua hadits yang menyebutkan tentang keutamaan puasa Rajab dan shalat pada beberapa malamnya adalah hadits dusta yang diada-adakan (dipalsukan)."
(Lihat al-Manar al-Munif, hal. 96).

sumber:
voa-islam.com