Jumat, 30 Mei 2014

Jangan Berhujjah Terhadap Hadits Bilamana

Bila ia tidak menjumpai seorang ulama menilai hadits itu shahih atau hasan maka ia tidak boleh berhujjah dengannya.

Orang semacam ini ibarat orang yang mencari kayu bakar di malam yang gelap gulita. Boleh jadi ia berhujjah dengan suatu riwayat yang bathil, tapi ia tidak merasa.” (An-Nukat ‘ala Kitab Ibn Shalah, 1/449)

Berkata Al Imam al-Munawi asy-Syafi’i rahimahullah :

فليس لراوي حديث أن يقول قال الرسول إلا إن علم صحته ويقول في الضعيف روى أو بلغنا فإن روى ما علم أو ظن وضعه ولم يبين حاله أيدرج في جملة الكذابين لإعانته المفتري على نشر فريته فيشاركه في الإثم كمن أعان ظالما ولهذا كان بعض التابعين يهاب الرفع ويوقف قائلا الكذب على الصحابي أهون

Maka tidak boleh bagi seseorang yang meriwayatkan hadits untuk berkata : “Rasulullah bersabda” kecuali jika ia mengetahui shahihnya hadits tersebut, dan ia berkata pada hadits dhoif : “Telah diriwayatkan..” atau “Telah sampai kepada kami…”. Jika ia meriwayatkan hadits yang ia tahu atau ia persangkakan merupakan hadits palsu lantas ia tidak menjelaskan keadaannya maka ia termasuk dalam barisan pendusta, karena ia telah membantu sang pemalsu hadits dalam menyebarkan kedustaannya, maka iapun ikut menanggung dosa, seperti seseorang yang menolong orang yang dzolim. Oleh karenanya sebagian tabi’in takut untuk menyandarkan hadits kepada Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, akan tetapi ia menyandarkan hadits kepada sahabat dan berkata, “Dusta atas nama shahabat lebih ringan” (Faidhul Qadhir juz 6 hal. 116)



Al-Qodhi Abul Mahasin Yusuf bin Musa Al-Hanafi rahimahullah berkata :

قال الله تعالى: {أَلَمْ يُؤْخَذْ عَلَيْهِمْ مِيثَاقُ الْكِتَابِ أَنْ لا يَقُولُوا عَلَى اللَّهِ إِلَّا الْحَقَّ} والقول عن الرسل قول على الله والحق هنا كهو في قوله تعالى: {إِلَّا مَنْ شَهِدَ بِالْحَقِّ} فكل من شهد بظن شهد بغير حق إذا لظن لا يغني من الحق شيئا فكذا من حدث عن النبي صلى الله عليه وسلم بالظن حدث عنه بغير حق فكان باطلا والباطل كذب فهو أحد الكاذبين عليه الداخلين في قوله: “من كذب علي فليتبوأ مقعده من النار” ونعوذ بالله من ذلك

“Allah berfirman “Bukankah Perjanjian Taurat sudah diambil dari mereka, Yaitu bahwa mereka tidak akan mengatakan terhadap Allah kecuali dengan al-haq/yang benar”, dan perkataan dari Rasulullah adalah perkataan atas nama Allah. Al-Haq pada ayat ini seperti al-Haq dalam firman Allah “Kecuali orang yang menyaksikan dengan al-Haq/kebenaran .”
Maka setiap orang yang mempersaksikan dengan zhon (prasangka) maka ia telah mempersaksikan dengan selain al-Haq, karena zhon tidaklah memberikan kebenaran sama sekali. Maka demikian pula orang yang menyampaikan sebuah hadits dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dengan zhon/persangkaan maka ia telah menyampaikan dari Nabi dengan selain al-Haq, maka hal ini merupakan kebatilan, dan kebatilan adalah dusta. Maka jadilah ia salah seorang dari para pendusta atas nama Nabi, dan termasuk orang-orang yang masuk dalam sabda Nabi : “Barangsiapa yang berdusta atasku maka bersiaplah mengambil tempatnya di neraka”, dan kita berlindung dari hal ini” (Al-Mu’tashor min al-Mukhtashor min Musykil al-Aatsaar 2/262)

Itulah beberapa perkataan para Ulama kita rahimakumullah. Jadi saudaraku, berhati-hatilah dalam menyampaikan hadits. Saya sangat sering melihat orang-orang yang “ asal “ dalam menyampaikan hadits, khususnya di Facebook, tidak menyebutkan sanadnya, tidak menyebutkan perawinya, serta tidak menyebutkan bagaimana nilai sanadnya. Terakhir saya ingin menyampaikan dua hadits sebagai penutup, semoga menjadi renungan.

عن أبي هريرة قَالَ قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله عليه و سلم: كَفَى بِالْمَـرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِّ مَا سَمِعَح

Dari Abu Hurairah berkata, telah bersabda Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam, “Cukuplah seseorang itu berdosa bahwa ia menceritakan semua yang ia dengar”. ( HR Muslim: 5 dan Abu Dawud: 4992. Berkata asy-
Syaikh al-Albaniy: Shahih sebagaimana di dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 4482 dan Silsilah al-Ahadits ash-Shahihah: 2025)

Berkata al-Imam Ibnu Hibban rahimahullah, “Di dalam hadits ini terdapat ancaman bagi seseorang yang menyampaikan setiap apa yang ia dengar sampai ia tahu dengan seyakin-yakinnya bahwasanya hadits atau riwayat tersebut adalah shahih. (Kitab Majruhiin minal Muhadditsin: I/ 16-17 oleh
al-Imam Ibnu Hibban, tahqiq Hamdi Abdul Majid as-Salafi )

عن أبي هريرة عَن رَسُوْلِ اللهِ صلى الله عليه و سلم أَنَّهُ قَالَ: سَيَكُوْنُ فىِ آخِرِ الزَّمَانِ نَاسٌ مِنْ أُمَّتىِ يُحَدِّثُوْنَكُمْ بِمَا لَمْ تَسْمَعُوْا أَنْتُمْ وَ لاَ آبَاؤُكُمْ فَإِيَّاكُمْ وَ إِيَّاهُمْ

Dari Abu Hurairah dari Rosulullah Shallallahu alaihi wa sallam, bahwasanya Beliau bersabda, “Akan ada sekelompok orang dari umatku di akhir zaman yang menceritakan (hadits) kepada kalian yang tidak pernah didengar oleh kalian dan bapak-bapak kalian. Waspadalah kalian terhadap mereka”. (HR Muslim: 6. Berkata asy-Syaikh al-Albaniy: shahih sebagaimana di dalam Shahih al-Jami’ ash-Shaghir: 3667 )

Wallahu'alam

sumber:
voa-islam.com