Jumat, 31 Oktober 2014

Khalifah Umar bin Khattab Sangat Peduli

KHALIFAH Umar bin Khattab tertegun. Ia tidak pernah menyangka, di tengah-tengah paceklik yang menimpa, masih ada seorang perempuan tua yang luput dari perhatiannya.

Suatu massa dalam kepemimpinan Umar, terjadilah Tahun Abu. Masyarakat Arab, mengalami masa paceklik yang berat. Hujan tidak lagi turun. Pepohonan mengering, tidak terhitung hewan yang mati mengenaskan. Tanah tempat berpijak hampir menghitam seperti abu.

Putus asa mendera dimana-mana. Saat itu, Umar sang pemimpin menampilkan kepribadian yang sebenar-benar pemimpin. Keadaan rakyat diperhatikannya saksama. Tanggung jawabnya dijalankan sepenuh hati. Setiap hari diinstruksikan menyembelih onta-onta potong dan disebarkan pengumuman kepada seluruh rakyat. Berbondong-bondong ribuan rakyat datang untuk makan.

Semakin pedih hatinya. Saat itu, kecemasan menjadi kian tebal. Dengan hati gentar, lidah kelunya berujar, “Ya Allah, jangan sampai umat Muhammad menemui kehancuran di tangan ini”.

Umar menabukan memakan daging, samin dan susu untuk perutnya. Bukan apa-apa, ia khawatir makanan untuk rakyatnya berkurang. Ia, si pemberani itu hanya menyantap minyak zaitun dengan sedikit roti. Akibatnya, perutnya terasa panas dan kepada pembantunya ia berkata “Kurangilah panas minyak itu dengan api”. Minyak pun dimasak, namun perutnya kian bertambah panas dan berbunyi nyaring. Jika sudah demikian, ditabuh perutnya dengan jemari seraya berkata, “Berkeronconglah sesukamu, dan kau akan tetap menjumpai minyak, sampai rakyatku bisa kenyang dan hidup dengan wajar”.

Hampir setiap malam Umar bin Khattab sering melakukan perjalanan diam-diam. Ditemani salah seorang sahabatnya, ia masuk keluar kampung. Ini ia lakukan untuk mengetahui kehdiupan rakyatnya. Umar khawatir apakah hak-hak mereka telah dibayarkan oleh para wakil dan kaki tangannya, ataukah belum.

Malam itu pun, bersama Aslam, Khalifah berada di suatu kampung terpencil. Kampung itu berada di tengah-tengah gurun yang sepi. Saat itu Khalifah terperanjat. Dari sebuah kemah yang sudah rombeng, terdengar seorang gadis kecil sedang menangis berkepanjangan. Umar bin khattab dan Aslam bergegas mendekati kemah itu, siapa tahu penghuninya mungkin membutuhkan pertolongan mendesak.

Setelah dekat, Umar melihat seorang perempuan tua tengah menjerangkan panci di atas tungku api. Asp mengepul-ngepul dari panci itu, sementara si ibu terus saja mengaduk-aduk isi panci dengan sebuah sendok kayu yang panjang.

“Assalamu’alaikum,” Umar memberi salam.

Mendengar salam Umar, ibu itu mendongakan kepala seraya menjawab salam Umar. Tapi setelah itu, ia kembali pada pekerjaannya mengaduk-aduk isi panci.

“Siapakah gerangan yang menangis di dalam itu?” tanya Umar.

Dengan sedikit tak peduli, ibu itu menjawab, “Anakku….”

“Apakah ia sakit?”

“Tidak,” jawab si ibu lagi. “Ia kelaparan.”

Umar dan Aslam tertegun. Mereka masih tetap duduk di depan kemah sampai lebih dari satu jam. Gadis kecil itu masih terus menangis. Sedangkan ibunya terus mengaduk-aduk isi pancinya.

Umar tidak habis pikir, apa yang sedang dimasak oleh ibu tua itu? Sudah begitu lama tapi belum juga matang. Karena tak tahan, akhirnya Umar berkata, “Apa yang sedang kaumasak, hai Ibu? Kenapa tidak matang-matang juga masakanmu itu?”

Ibu itu menoleh dan menjawab, “Hmmm, kaulihatlah sendiri!”

Umar dan Aslam segera menjenguk ke dalam panci tersebut. Alangkah kagetnya ketika mereka melihat apa yang ada di dalam panci tersebut. Sambil masih tebelalak tak percaya, Umar berteriak, “Apakah kau memasak batu?”




Perempuan itu menjawab dengan menganggukkan kepala.

“Buat apa?”

Dengan suara lirih, perempuan itu kembali bersuara menjawab pertanyaan Umar, “Aku memasak batu-btu ini untuk menghibur anakku. Inilah kejahatan Khalifah Umar bin Khattab. Ia tidak mau melihat ke bawah, apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi belum. Lihatlah aku. Aku seorang janda. Sejak dari pagi tadi, aku dan anakku belum makan apa-apa. Jadi anakku pun kusuruh berpuasa, dengan harapan ketika waktu berbuka kami mendapat rejeki. Namun ternyata tidak. Sesudah magrib tiba, makanan belum ada juga. Anakku terpaksa tidur dengan perut yang kosong. Aku mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam panci dan kuisi air. Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi anakku, dengan harapan ia akan tertidur lelap sampai pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena lapar, sebentar-sebentar ia bangun dan menangis minta makan. “

Ibu itu diam sejenak. Kemudian ia menlanjutkan, “Namun apa dayaku? Sungguh Umar bin Khattab tidak pantas jadi pemimpin. Ia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya.”

Mendengar penuturan si Ibu seperti itu, Aslam akan menegur perempuan itu. Namun Umar sempat mencegah. Dengan air mata berlinang ia bangkit dan mengajak Aslam cepat-cepat pulang ke Madinah. Tanpa istirahat lagi, Umar segera memikul gandum di punggungnya, untuk diberikan kepada janda tua yang sengsara itu.

Karena Umar bin Khattab terlihat keletihan, Aslam berkata, “Wahai Amirul Mukminin, biarlah aku saya yang memikul karung itu….”

Dengan wajah merah padam, Umar menjawab keras, “Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Engkau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah kaukira engkau akan mau memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?”

Aslam tertunduk. Ia masih berdiri mematung, ketika tersuruk-suruk Khalifah Umar bin Khattab berjuang memikul karung gandum itu. Angin berhembus. Musim paceklik terus saja hinggap di tanah Arab.

sumber: islampos.com

Ahok Katanya Dihujat Via Mimbar Masjid

WAKIL Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengaku kecewa karena mimbar-mimbar masjid digunakan sebagai panggung politik.

Kekecewaan Ahok itu disampaikan di hadapan ratusan Ulama dan Ustadz yang dia kumpulkan di Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (29/10/2014)


Ahok, pria keturunan China beragama Protestan ini mengecam mimbar masjid yang dijadikan sarana menghujat dirinya.

Tokoh Betawi Haikal Hassan menilai langkah Ahok ini kental dengan politik adu domba. Menurut dia, Ahok tidak pantas menasehati para ulama. Karena para ulama sudah mengerti apa yang dilarang dan diperintahkan dalam Islam.

Bahkan Haikal menilai, Ahok semakin nyata melakukan adu domba jika tak mampu membuktikan siapa yang melakukan cacian di mimbar masjid.

Jika ada masalah dengan Front Pembela Islam (FPI), kata Haikal, sebaiknya Ahok tidak menggeneralisis semua mimbar masjid.




“Ini statement jahat, hadapi dengan jantan dan dialog terbuka,” ucapnya kepada Islampos, Jum’at (31/10).

Sekretaris MIUMI DKI ini menjelaskan Islam memerintahkan umatnya untuk taat kepada Allah dan Rasulullah, kemudian pemerintah selama tidak menyalahi ajaran Islam.

sumber: [rn/Islampos.com]

Kamis, 30 Oktober 2014

Hadits Tentang Bahaya Keluar Saat Maghrib

Dalam Sahih Muslim Nabi, bersabda:

(Jika sore hari mulai gelap maka tahanlah bayi bayi kalian sebab iblis mulai bergentayangan pada saat itu, Jika sesaat dari malam telah berlalu maka lepaskan mereka, kunci pintu pintu rumah dan sebutlah nama Allah sebab setan tidak membuka pintu yang tertutup. Dan tutup rapat tempat air kalian dan sebutlah nama Allah. dan tutup tempat makanan kalian dan sebutlah nama Allah. meskipun kalian mendapatkan sesuatu padanya. Dan matikanlah lampu kalian

Dari Jabir dalam kitab Sahih Muslim ia mengatakan:

Rasulullah, bersabda: (Jangan kalian membiarkan anak anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam.)

Kadang kala setan itu memangsa anak kecil manusia untuk dijadikan tempat berlindung, kadang ia mengganggunya dan kemudian keluar, dan terkadang tinggal beberapa waktu, sehingga kamu akan menemukan anak kecil dalam suasana hati yang tidak menentu, terkadang ia menangis lama tanpa diketahui orang tuanya alasannya dan tidak jarang mereka membentaknya.




Padahal mereka telah melupakan perintah Nabi agar tidak membiarkan anak anak mereka pada saat setan bergentanyangan, dan banyak kaum ibu ibu saat ini lupa mengganti popok bayi yang sudah kotor, dan karena kesukaan setan pada tempat kotoran.

sumber: voa-islam.com

Rabu, 29 Oktober 2014

Amalan Sesat Lain di Bulan Muharam

Ringkasnya, secara umum dianjurkan memperbanyak amal-amal shalih di bulan Muharram seperti shalat sunnah, membaca Al-Qur'an, berdzikir, sedekah, berpuasa, dan amal-amal kebaikan lainnya.

Tidak ada amalan khusus yang dianjurkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam padanya, selain berpuasa pada beberapa harinya.

Kaum Syi'ah Rafidhah melakukan kebid’ahan dengan menjadikannya sebagai hari hari berkabung dan meratap atas kematian Husain bin Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhuma pada hari ‘Asyura.

Lalu mereka mengadakan perayaan-perayaan dengan melukai diri dan selainnya. Ini adalah kebid’ahan dan kesesatan yang nyata.

Ada pula yang mengagungkan hari ‘Asyura tersebut dengan menampakkan kegembiraan dan kesenangan. Mereka berpesta pora pada hari tersebut. Ini juga bentuk pengagungan bulan Muharram yang sesat.




Dari dua bentuk penyimpangan ini, Allah Subhanahu Wa Ta'ala menunjuki Ahlus Sunnah dengan melaksanakan perintah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam untuk berpuasa padanya dengan meninggalkan bentuk tasyabbuh (menyerupai) kaum Yahudi dalam puasa mereka dan menjauhi kebid’ahan-kebid’ahan hasil bisikan Syetan yang tak pernah dicontohkan oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, para sahabatnya dan tabi’in.

Wallahu A’lam.

sumber: voa-islam.com

Selasa, 28 Oktober 2014

15 Macam Tanda Kalau Bencana akan Segera Ditimpakan

Bencana sering dikaitkan dengan pra-kondisi sebelum terjadinya bencana tersebut.

Hadist riwayat Imam Atturmudzi, dan yang menghimpun hadis ini adalah ulama Alwalial annajdwi yang menghimpun 40 hadis yang menerangkan tentang bencana.

Ketika dia metafsirkan hadis ini beliau memberi judul “Lima Kedurhakaan / Kemaksiatan yang Dapat Menyebabkan Datangnya Bencana.”

Dari Ibnu Ali bin Abi Thalib berkata, bahwa Rasulullah telah bersabda :

"Bilamana umatku telah mengerjakan 15 perkara ini, maka bala bencana pasti akan turun menimpa mereka.” Sahabat bertanya., “Apa 15 perkara itu ya Rasulullah?" Rasulullah bersabda, Bala akan datang bilamana :


15 Macam Tanda Kalau Bencana akan Segera Ditimpakan


1. Harta Negara hanya beredar (dipegang) di kalangan orang-orang tertentu.

2. Apabila amanah telah dijadikan sumber keuntungan.

3. Apabila zakat dijadikan hutang.

4. Bala akan datang bilamana suami menurut kemauan isteri.

5. Anak durhaka terhadap ibunya.

6. Sedangkan ia berbuat baik kepada teman sebayanya (pada kehidupan keluarga)

7. Menjauhkan diri dari ayahnya.

8. Suara-suara ditinggikan di dalam masjid

9. Pemimpin suatu kaum adalah orang yang terhina diantara mereka.(banyaknya pemimpin yang dipilih dari golonganya sendiri dengan dalih kebenaran menurut golongan mereka sendiri).




10. Seseorang dimuliakan karena ditakuti kejahatanya.

11. Khamer / arak (minuman beralkohol) sudah diminum segala tempat.

12. Kain sutra banyak digunakan oleh kaum laki-laki.

13. Penyanyi disanjung-sanjung.

14. Musik banyak dimainkan.

15. Generasi akhir umat ini melaknat / menyalahkan generasi pertama yakni para sahabat radiallahu anhum ajmain.

Akhir dari sabda Rasulallah SAW adalah : “Maka hendaklah mereka menanti angin merah atau gempa bumi atau mereka dirubah menjadi mahluk yang lain apabila mereka telah melakukan 15 perkara tersebut.

sumber: islampos.com

Senin, 27 Oktober 2014

Keunikan Demam pada Manusia

Setiap orang pasti pernah demam.

Nah, apa biasanya yang ada di pikiran Anda? Biasanya sih, keluh-kesah karena badan jadi tidak enak. Namun demam ternyata mengandung banyak sekali manfaatnya. Maha suci Allah SWT yang telah menjadikan semua ciptaan-Mu ini tidak sia-sia.

Mari kita perhatikan hadits di bawah ini:

“Janganlah engkau mencela penyakit demam, karena ia akan menghapuskan kesalahan-kesalahan anak adam, sebagaimana alat pandai besi itu bisa menghilangkan karat besi”. (HR. Imam Muslim)

Menurut Imam Ahmad dengan sanad yang shahih dari Ibunu Umar, Rasulullah Saw bersabda: “Demam yang menimpa dalam sehari dapat menghapuskan dosa selama setahun.”

Saking bisanya penyakit demam ini menghapus dsa, bahkan ada beberapa sahabat yang mencintai penyakit demam bersemayam dalam dirinya, semata-mata ingin mendapatkan khasiat sakit demam dalam menghapuskan dosa-dosa manusia. Sebagauimana yang diucapkan Abi Dunya, “Mereka (para salaf) senantiasa berharap agar menderita sakit demam dalam suatu malam sebagai penghapus dosa-dosa yang telah berlalu.” Subhanallah!

Rasulullah sendiri termasuk manusia termulya sepanjang zaman, pernah terjangkiti demam. Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Aku pernah memasuki ruangan Rasulullah Saw, saat beliau terkena demam. Maka, aku bertanya, ‘Wahai Rasulullah, apakah engkau terkena demam yang sangat parah?’ Rasul Saw menjawab, ‘Benar, aku terkena demam seperti dua orang dari kalian terkena penyakit ini’. Aku bertanya, ‘Kalau begitu, apakah karenanya engkau mendapatkan dua pahala?’ Beliau menjawab, ‘Ya’.”




Penyakit demam yang muncul sebagai efek meningkatnya suhu badan, yang bisa menjangkiti orang dewasa maupun anak-anak, selain bisa menghapuskan dosa, bisa mendatangkan pahala, dan juga bisa menyehatkan tubuh.

Sebagaimana perkataan Syaikh Abdurrahman bin Yahya Al-Mu’alimi dalam bukunya Fawa’idul Maradh, “Demam mempunyai beberapa manfaat bagi tubuh. Yaitu demam dapat ngalirkan endapan-endapan, mengeluarkan racun-racun tubuh, lalu dikeluarkan dari badan. Yang demikian itu tidak bisa dilakukan dengan obat apapun, selain dengan demam itu sendiri.”

Masya Allah, demam yang sring menimpa sebagian dari kami, seringkali dibenci dan dicaci maki, padahal didalamnya terkandung manfaat yang ‘ajaib’ Subhanallah..Subhanallah… Subhanallah … [Sumber: Dikutip dari buku BEROBATLAH DENGAN SEDEKAH, karya Muhammad Albani]

sumber: islampos.com

Minggu, 26 Oktober 2014

Hukum Gadai dalam Islam

HUKUM GADAI DALAM ISLAM

Para ulama bersepakat, hukum gadai secara umum diperbolehkan[2]. Ini didasari beberapa dalil, di antaranya:

Dalil dari al-Qur’an

Dan jika kamu dalam perjalanan (dan sedang bertransaksi tidak secara tunai), sedang kamu tidak mendapati penulis, maka hendaklah ada barang gadai (tanggungan) yang dipegang. (QS. Al-Baqarah [2] : 283)




Dalil dari Sunnah

Dari Aisyah Radhiyallahu’anha bahwasanya Nabi Shollallahu ‘Alaihi Wasallam pernah membeli makanan dari seorang Yahudi, kemudian beliau menggadaikan perisai perangnya. (HR. Bukhari 3/73, 81, 101, 186, 187, Muslim 3 / 1226).

sumber: voa-islam.com

Sabtu, 25 Oktober 2014

Apakah Hukum Karma itu Ada?

Menanggapi hal ini Abu Ammar, soal keengganan warga menyolatkan jenazah Mayang.

"Umat Islam Indonesia yang mayoritas muslim tentu memiliki preferensi dan hati nurani, ketika Allah telah diabaikan maka jangan salahkan umat Islam yang enggan menyolatkan beliau."


"Jangan salahkan umat Islam yang shalih beribadah kepada Allah apabila ia enggan dan acuh dengan permasalahan mayang, karena apa yang telah diperbuat mayang tentu sungguh maksiat luar biasa dan berani menantang Allah dengan mengubah jenis kelamin." ujar Abu Ammar lagi.

Abu Ammar mengutip Al-Qur’an yang artinya:” Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada agama Allah; (tetaplah atas) fitrah Allah yang Telah menciptakan manusia menurut fitrah itu. tidak ada peubahan pada fitrah Allah. (Itulah) agama yang lurus;tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui”.

Dalam hadistpun telah ditegaskan, Al- Haditst

عَنْ عَبْدُاللهِ بْنُ مَسْعُوْدِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ:لَعَنَ اللهُ الوَاشِمَاتِ وَالْمُسْتَوْشِمَاتِ وَالنَّامِصَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ لِلْحُسْنَ الْمُغَيِّرَاتِ خَلْقَ اللهِ (رواه البخاري

( Artinya:”Dari Abdullah Bin Mas’ud berkata:Allah SWT mengutuk para wanita tukang tato yang meminta di tato, yang menghilangkan bulu mukanya, dan para wanita yang memotong (pangur) giginya, yang semuanya itu dikerjakan dengan maksud untuk kecantikandengan mengubah ciptaan Allah SWT”. (H.R Bukhori)




Pandangan ulama’ Imam al-Qurthubi dalam tafsirnya juz III, halaman 1963 mengatakan sebagai berikut:

قَالَ أَبُوْجَعْفَرٍِ الطَّبَرِيُّ:حَدِيْثُ ابْنُ مَسْعُوْدٍِ دَلِيْلٌُ عَلىَ أَنَّهُ لاَ يَجُوْزُ تَغْيِيْرُ شَيْءٍِ الَّذِيْ خَلَقَ اللهُ عَلَيْهِ بِزِيَادَةٍِ أَوْنُقْصَانٍِ...إِلَى اَنْ قَالَ:قَالَ عِيَاضٌ:وَيَأَْتِى عَلَى مَا ذَكَرَهُ أَنَّ مَنْ خُلِقَ بِأُصْبُعٍِ زَائِدَةٍِ أَوْعُدْوٍِ زَائِدٍِ لاَيَجُوْزُ لَهُ قَطْعُهُ وَلاَنَزْعُهُ ِلأَنَّهُ مِنْ تَغْيِيْرِ خَلْقِ اللهِ،إِلاَّ أنْ تَكُوْنَ هَذِهِ الزَّوَائِدُ مُؤْلِمَةًَ فَلاَ بأْسَ بِنَزْعِهَا عِنْدَ أَبِيْ جَعْفَرٍِ وَغَيْرِهِ. (تفسير القرتبي ١٩٦٣/٣)

Artinya:”Abu Ja’far al-Thabari berkata, hadits riwayat Ibnu Mas’ud adalah sebagai dalil tentang ketidakbolehan mengubah apapun yang telah diciptakan oleh Allah SWT., baik menambah atau mengurangi ... Imam Iyadh berkata, bahwa orang yang diciptakan dengan jari-jari berlebih atau anggota tubuh yang berlebih, maka ia tidak boleh memotongnya ataupun mencabutnya, karena yang demikian itu berarti mengubah ciptaan Allah SWT. Kecuali jika kelebihan itu menyakitkan, maka boleh mencabutnya menurut imam abu ja’far dan lainya. (Tafsir Qurthubi 3/1963).

sumber: voa-islam.com

Jumat, 24 Oktober 2014

Kisah Raja Iskandar Zulkarnain dari Romawi

Ia mendapat julukan Iskandar "Zulkarnain". "Zul", artinya "memiliki", “Qarnain”, artinya "dua tanduk". Maksudnya, Iskandar yang memiliki kekuasaan antara timur dan barat.

Sebagai panglima perang, Raja Iskandar Zulkarnain dari Romawi tak terkalahkan. Seluruh negeri yang diperanginya selalu menyatakan tunduk dan menyerah. Pedangnya bagaikan memiliki mata, dapat menyerang dan mengarah pada sasaran yang diinginkannya.

Prajurit Raja Iskandar Zulkarnain sangat besar dan gagah berani dengan persenjataan yang kuat. Di medan perang, Raja Iskandar Zulkarnain adalah ahli siasat dan memiliki taktik perang yang jitu untuk memenangkan peperangan.

Seperdelapan luas bumi telah dikuasainya, hingga sampai mendekati India.

Pada waktu ia akan menaklukkan negeri itu, ketika ia sedang menyeberangi Sungai Hindustan, suatu malam ia di hinggapi dan digigit seekor nyamuk kecil. Namun akibatnya fatal, Raja Iskandar Zulkarnaen jatuh sakit, menderita demam yang hebat. Nyamuk yang menggigitnya itu telah membawa benih penyakit malaria.

Dari hari ke hari penyakit Raja Iskandar Zulkarnain semakin bertambah parah. Ketika merasa ajalnya sudah dekat, ia memanggil orang kepercayaannya.

“Wahai para pemimpin prajurit dan para sahabatku, jika nanti aku meninggal dunia, masukkanlah jenazahku ke dalam peti mati dan buatlah lubang pada kedua sisi peti, kemudian julurkan kedua tanganku keluar melalui lubang itu. Tempatkan peti matiku ke dalam sebuah kereta jenazah yang terbuka, dan araklah kereta itu kembali ke Macedonia dengan perlahan-lahan, agar bangsa-bangsa yang pernah kita taklukkan di sepanjang perjalanan dapat menyaksikan dengan mata kepalanya sendiri bahwa Iskandar yang Agung, yang perkasa, yang selalu menang perang, pada waktu matinya tidak membawa apa-apa.

Tak sebungkah emas pun digenggamnya dari harta rampasan yang begitu banyak. Agar para raja, para penguasa, dan para panglima sesudahku kelak tidak akan sombong dengan kekuasaan mereka. Sebab, ternyata ujung semua kebesaran serta keagungan adalah kematian, dan kita tidak berdaya untuk menghindarinya."




Demikianlah pesan Raja Iskandar Zulkarnain yang Agung sebelum mengembuskan napas yang terakhir. Dia, yang begitu gagah dan kuat, penakluk semua negeri yang diperanginya, ternyata tak berdaya menghadapi gigitan seekor nyamuk kecil.

Dalam surah Al-Baqarah ayat 26, Allah berfirman,

إِنَّ اللَّهَ لا يَسْتَحْيِي أَنْ يَضْرِبَ مَثَلا مَا بَعُوضَةً فَمَا فَوْقَهَا فَأَمَّا الَّذِينَ آمَنُوا فَيَعْلَمُونَ أَنَّهُ الْحَقُّ مِنْ رَبِّهِمْ وَأَمَّا الَّذِينَ كَفَرُوا فَيَقُولُونَ مَاذَا أَرَادَ اللَّهُ بِهَذَا مَثَلا يُضِلُّ بِهِ كَثِيرًا وَيَهْدِي بِهِ كَثِيرًا وَمَا يُضِلُّ بِهِ إِلا الْفَاسِقِينَ

Artinya:
26. Sesungguhnya Allah tiada segan membuat perumpamaan berupa nyamuk atau yang lebih rendah dari itu[33]. Adapun orang-orang yang beriman, Maka mereka yakin bahwa perumpamaan itu benar dari Tuhan mereka, tetapi mereka yang kafir mengatakan: "Apakah maksud Allah menjadikan ini untuk perumpamaan?." dengan perumpamaan itu banyak orang yang disesatkan Allah[34], dan dengan perumpamaan itu (pula) banyak orang yang diberi-Nya petunjuk. dan tidak ada yang disesatkan Allah kecuali orang-orang yang fasik,

Penjelasan ayat:
[33] Diwaktu turunnya surat Al Hajj ayat 73 yang di dalamnya Tuhan menerangkan bahwa berhala-berhala yang mereka sembah itu tidak dapat membuat lalat, Sekalipun mereka kerjakan bersama-sama, dan turunnya surat Al Ankabuut ayat 41 yang di dalamnya Tuhan menggambarkan Kelemahan berhala-berhala yang dijadikan oleh orang-orang musyrik itu sebagai pelindung sama dengan lemahnya sarang laba-laba.

[34] Disesatkan Allah berarti: bahwa orang itu sesat berhubung keingkarannya dan tidak mau memahami petunjuk-petunjuk Allah. dalam ayat ini, karena mereka itu ingkar dan tidak mau memahami apa sebabnya Allah menjadikan nyamuk sebagai perumpamaan, Maka mereka itu menjadi sesat.

sumber: voa-islam.com

Kamis, 23 Oktober 2014

Apa itu Khawarij dan 8 Ciri-Cirinya

Istilah khowarij semakin popular akhir-akhir ini.

Setelah sejumlah kelompok menggelari pejuang Islam yang melawan kezaliman penguasanya yang menolak syariat Islam sebagai khowarij.

Atau sejumlah aktifis yang memberikan kritik dan menuntut kemashlahatan mereka dengan aksi massa digelari khowarij karena melawan pemerintah. Juga munculnya sejumlah kelompok yang mengumbar takfir terhadap pihak-pihak yang dianggap menyimpang dari kalangan muslimin. Ringkasnya, istilah khowarij sudah diumbar dan disematkan dengan cara hak maupun batil.

Para ulama telah membicarakan tentang ciri-ciri utama kelompok ini, namun semua itu hanya kriteria-kriteria yang mendekati hakikat mereka, petunjuk-petunjuk yang mengindikasikan kelompok ini sepanjang zaman.

Syaikh ‘Ammar al-Shoyashinah dalam tulisannya “Sifat-sifat Khawarij dalam Sunnah Nabawiyah” menyebutkan 8 sifat kelompok khawarij yang paling menonjol.

1. Pertama, kelompok ini didominasi orang-orang yang berusia muda. Sedikit sekali orang tua atau sesepuh yang berilmu dan berpengalaman di tengah-tengah mereka. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengisyaratkan, Hudatsa’ al-Asnan. Al-Hafidz Ibnul Hajar dalam Fathul Baari (12287) berkata, “al-Hadats adalah berusia muda.”

2. Kedua
, terlalu berani berkomentar (sembrono) dan minus ilmu. Umumnya kelompok khawarij dan anak-anak muda yang mengadopsi pemikiran mereka adalah orang-orang yang memiliki semangat tinggi dalam beragama, namun mereka suka terburu-buru dan tidak sabar. Mereka mudah berkomentar, menyimpulkan hukum dari satu masalah, dan mudah menghakimi. Padahal mereka tidak menguasai disiplin ilmu syar’i dan kaidah-kaidah hukum, berpandangan pendek, berwawasan sempit, dan tidak memiliki bashirah. Sinyal ini terdapat dalam sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tenang sifat mereka, “Hudtsa’ al-Asnan, Sufaha’ al-Ahlam”. Yakni berusia muda dan berpikiran pendek, sempit, dan sembrono.

Hal ini menunjukkan bahwa kematangan usia dan pengalaman hidup itu mempengaruhi kepribadian, kemampuan membaca situasi dan menyimpulkannya.

. . . Umumnya kelompok khawarij dan anak-anak muda yang mengadopsi pemikiran mereka adalah orang-orang yang memiliki semangat tinggi dalam beragama, namun mereka suka terburu-buru dan tidak sabar.

Mereka mudah berkomentar, menyimpulkan hukum dari satu masalah, dan mudah menghakimi. . .

3. Ketiga, berbangga diri (sombong) dan merasa tinggi (hebat). Mereka terlalu membanggakan kemampuan diri dan amal mereka sehingga mereka sering memamerkan jasa dan aktifitas mereka. Mereka merasa yang paling pintar sehingga suka merendahkan para ulama. Menghadapi persoalan dan peristiwa tanpa mau melakukan investigasi dan menelusuri kasusnya, dan tidak mau kembali kepada ulama di bidangnya.




4. Keempat, memiliki semangat tinggi dalam ibadah. Mereka adalah orang-orang yang rajin shalat, puasa, membaca Al-Qur'an, banyak berdzikir, dan berkorban untuk dien ini. Semua ini yang membuat mereka tertipu dan berbangga diri. Sehingga Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memperingatkan para sahabatnya tentang sifat khawarij, bahwa kuantitas tilawah, shalat dan puasa para sahabat tidak ada apa-apanya di hadapan amal-amal mereka. (HR. Muslim)

5. Kelima, salah memahami ayat-ayat Al-Qur'an bersamaan dengan seringnya mereka membacanya. Kaum khawarij sering menampilkan Al-Qur'an dan berdalil dengannya, tapi tanpa dibarengi ilmu dan pemahaman yang benar. Mereka sering meletakkan ayat bukan pada tempatnya. Sehingga disifati oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, “mereka membaca Al-Qur'an tapi Al-Qur'an itu tidak melampui tenggorokan mereka.” (HR. Muslim)

Imam Nawawi menjelaskan maksudnya, “Bacaan Al-Qur'an mereka tidak membawa manfaat untuk mereka kecuali melewati lisan mereka saja, bacaan itu tidak sampai kepada hati mereka.”

6. Keenam
, hebat dalam beretorika dan orasi. Kalimat-kalimat mereka sangat bagus dan indah. Mereka ahli berargumen dan menyeru kepada tahkim syariah sehingga hukum itu dikembalikan kepada Allah dan mengajak memerangi orang murtad dan kafir. Tapi perbuatan mereka menyalahi perkataannya. Orang-orang murtad dan kafir menurut mereka tidak seperti yang dipahami para ulama. Serampangan dalam menghukumi kafir dan murtad. Sehingga lebih senang menumpahkan darah sesama muslim yang dianggap kafir daripada menghadapi orang kafir asli yang tak diragukan lagi kekafirannya.

7. Ketujuh, takfir (gampang mengafirkan pihak lain dari kaum muslimin) dan menghalalkan darah mereka. Ini sifat khas mereka yang membedakan dari selainnya. Mereka mengafirkan seenaknya dan menghalalkan darah orang-orang yang berbeda dengannya. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengabarkan tentang mereka, “Mereka membunuhi orang-orang Islam dan membiarkan penyembah berhala.” (Muttafaq ‘Alaih)

Karena sebab inilah, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam sangat mencela kaum khawarij. Hal ini karena mereka menghukumi kafir orang-orang yang menyalahi kesimpulan mereka. Saat mereka menghukumi kafir kaum muslimin tersebut, maka mereka menghalalkan darah kaum muslimin.

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dalam Majmu’ Fatawa berkata, “Sesungguhnya mereka menghalalkan darah ahli kiblat (orang Islam) karena mereka meyakini bahwa mereka telah murtad, dan ini lebih banyak daripada mereka menghalalkan darah orang-orang kafir (asli) yang tidak murtad.”

8. Kedelapan, suka tampil beda dari yang lain baik dalam berpakaian, berperilaku dan slogan-slogan. Seperti pada zaman Ali bin Abi Thalib Radhiyallahu 'Anhu, mereka suka menggunduli rambut. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah mengabarkan cirri mereka ini, “Ciri khas mereka adalah mencukur habis rabutnya.”
(HR. Al-Bukhari).

sumber: voa-islam.com

Rabu, 22 Oktober 2014

Apa Hukum Selamatan Sesudah Pulang Haji

Ibadah haji diwajibkan atas orang yang mampu mengadakan perjalanan ke baitullah, Makkah Al-Mukaramah.

Pelaksanaannya pada waktu dan tempat yang sudah ditentukan, menjadikan ibadah ini tidak bisa dijalankan setiap muslim. Keutamaan yang dijanjikan juga sangat stimewa, dari diampuni dosa-dosa sampai jaminan surga bagi yang mampu melaksanakannya dengan sempurna, “Dan haji mabrur tidak ada balasannya melainkan surga.”
(HR. Bukhari dan Muslim)

Maka wajar, penghargaan sangat tinggi diberikan kepada ibadah ini dan siapa yang mampu melaksanakannya.

Kebahagiaan dan kebanggaan atas ibadah ini diwujudkan sebagian orang dengan mengadakan walimah, baik sebelum berangkat atau sesudah pulang. Terkhusus saat pulang haji, ia menyelenggarakan walimah dengan mengundang sejumlah orang untuk tasyakuran dengan acara makan-makan dan membagi hadiah.

Apa hukumnya, sunnah ataukah wajib?




Mengadakan walimah sebelum dan sesudah haji bukan perkara wajib maupun sunnah. Tidak satu nash yang menunjukkan perintah ini secara khusus, tidak ada pula larangan yang jelas. Sedangkan kegiatan ini bukan bagian dari ubudiyah, tapi perkara ‘adiyah (adat kebiasaan). Karenanya, hukum asal mubah (boleh-boleh) saja.

Namun dengan syarat tidak diyakini sebagai amal sunnah. Syarat lainnya, jangan berlebihan, menghambur-hamburkan harta dan tidak terlalu membebani diri.

Wallahu A’lam.

sumber: voa-islam.com

Selasa, 21 Oktober 2014

Para Pemimpin Penyesat Sangat Dikhawatirkan Nabi

Kekhawatiran dari Pemimpin Penyesat

Keberadaan para pemimpin penyesat sangat dikhawatirkan oleh Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

إِنَّمَا أَخَافُ عَلَى أُمَّتِي الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ

“Sesungguhnya yang aku takutkan atas umatku adalah (berkuasanya) para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. Abu Dawud, al-Tirmidzi, Ahmad, dan al-Darimi. Dishahihkan oleh Al-Albani dalam al-Shahihah: 4/109, no. 1582, dalam Shahih al-Jami’, no. 1773 dan 2316)

Menurut penulis Fath al-Majid, penggunaan kata Innama yang mengandung makna al-hashr (pembatasan/penghususan) menjelaskan bahwa beliau sangat takut dan khawatir terhadap umatnya dari para pemimpin yang menyesatkan.




Bahkan fitnah yang ditimbulkannya lebih menakutkan daripada fitnah Dajjal. Abu Dzar radhiyallahu 'anhu pernah pertanya kepada Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,

يَا رَسُولَ اللَّهِ أَيُّ شَيْءٍ أَخْوَفُ عَلَى أُمَّتِكَ مِنْ الدَّجَّالِ قَالَ الْأَئِمَّةَ الْمُضِلِّينَ

“Wahai Rasulullah, apa yang lebih engkau takutkan atas umatmu daripada Dajjal. Beliau menjawab, “Para pemimpin yang mudhillin (menyesatkan)”.” (HR. Ahmad. Syaikh Al-Albani mengatakan para perawinya terpercaya kecuali Ibnu Luhai’ah buruk hafalannya.)

AL-AIMMAH AL-MUDHILLIN (para pemimpin penyesat umat) masuk di dalamnya para umara (pemimpin pemerintahan), ulama, dan ahli ibadah. Para umara tersebut adalah mereka yang menerapkan hukum dengan selain hukum Islam, bertindak dzalim, dictator dan kejam, dan tidak menunaikan hak-hak rakyat.

Para ulama yang menjadi pemimpin penyesat karena mereka menyembunyikan ilmu dan merubah-rubahnya. Suka mengakali dalil untuk kepentingan syahwatnya atau kepentingan para pemimpinnya.

Sedangkan para ahli ibadah yang menjadi pemimpin menyesatkan, karena mereka suka membuat tata cara ibadah baru yang tidak pernah dicontohkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, lalu mereka ditiru dan diidolakan. Apalagi kalau mereka sampai memotifasi umat untuk melaksanakannya. Akibatnya, dia sesat dan menyesatkan manusia.

Keberadaan mereka itulah yang menyebabkan Islam akan roboh. Dari Ziyad bin Hudair berkata. Umar radhiyallahu 'anhu berkata kepadaku, “Apakah engkau tahu apa yang akan menghancurkan Islam?” Aku (Ziyad) menjawab, “Tidak.” Beliau berkata, “Yang akan menghancurkannya adalah menyimpangnya ulama, gugatan orang munafik terhadap Al-Kitab, dan hukum para pemimpin yang menyesatkan.” (HR. al-Daarimi. Syaikh Al-Albani mengatakan dalam Takhrij al-Misykah (1/89), “sanadnya shahih.”)

sumber: voa-islam.com

Sabtu, 18 Oktober 2014

Syiah Ajarkan Bahwa Abu Bakar dan Umar adalah Musuh Nabi

Terdapat seorang syiah yang berkunjung ke kota Madinah dan hendak menziarahi makam Rasulullah.

Ketika ia sampai di makam Rasulullah, ia memberi salam dan mendo’akan beliau.

Ada yang aneh, dia melihat orang-orang di dekatnya ikut mendoakan dua makam di dekat makam Rasulullah. Dua makam itu tidak lain adalah makam Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Alangkah kaget dan terkejut dia melihat hal tersebut.

Musuh terbesar dalam agamanya yaitu Abu Bakar dan Umar, musuh yang selalu ia cela, maki, dan ia kafirkan selama ini justru dikuburkan berdampingan dengan makam orang yang dicintainya. Bagaimana mungkin musuh dimakamkan dekat dengan Rasulullah?

Ia pun tersadar, dan merasa dibohongi oleh para ulama syi’ah. Kemudian dia bertaubat memohon ampun pada Allah dan mengganti aqidahnya dari syi’ah menjadi ahlus sunnah. Tidaklah terlalu mengherankan, karena imam Syiah sendiri (orang yang yang mereka anggap sebagai Imam), Ali bin Musa Ar-Ridha dikuburkan dekat dengan makam khalifah Abbasiyah yang Sunni, Harun ar-Rasyid di kota Masyhad (dulu bernama Thus), Iran.

Bahkan, orang yang dianggap sebagai Imam ke-8 oleh orang Syi’ah ini yang meminta sendiri agar dimakamkan di sisi makam Harun ar-Rasyid. Makam Imam Ali bin Musa ar-Ridha melekat dengan makam Harun Ar-Rasyid di bawah kubah yang sama dalam masjid yang sama di Kota Masyhad, Iran.




Kata Syaikh Mamduh Farhan Al-Buhairi, “Tidak mungkin seorang laki-laki memberikan wasiat untuk dikuburkan di sisi jenazah seseorang, melainkan jika jenazah tersebut termasuk golongan orang-orang shalih dan bertakwa.” (Majalah Qiblati, edisi Rabiul Akhir 1433 H)

Bagaimana tanggapan Syi’ah atas kuburan Umar yang berada di sisi Rasulullah dan Imam Ali ar-Ridha yang berada bersebelahan dengan makam Harun ar-Rasyid?

sumber: islampos.com

Jumat, 17 Oktober 2014

Kisah Nabi Ibrahim dan Patung

Nabi Ibrahim as sangatlah sedih karena Ayah yang sangat dikasihinya ternyata tak mau berhenti menyembah patung berhala.

Jelaslah Nabi Ibrahim ingin sekali melihat ayahnya berada dalam jalan yang benar, namun ia pun sadar sepenuhnya bahwa hidayah itu adalah di tangan Allah. Bagaimana pun ia sepenuh hatinya berkehendak agar ayahnya mendapat hidayah, namun bila belum dikehendaki oleh Allah, maka sia-sialah keinginan dan usahanya.
Laporkan iklan ?

Nabi Ibrahim tidak henti-henti dalam setiap kesempatan mengajak kaumnya berdialog tentang kepercayaan yang mereka anut dan ajaran yang ia bawa. Dan ternyata bahwa bila mereka sudah tidak berdaya menyanggah alasan-alasan dan dalil-dalil yang dikemukakan oleh Nabi Ibrahim tentang kebenaran ajarannya dan kebathilan kepercayaan mereka, maka dalil dan alasan yang usanglah yang mereka kemukakan yaitu bahwa mereka hanya meneruskan apa yang oleh bapak-bapak dan nenek moyang mereka lakukan. “Sekali pun kami tidak akan melepaskan kepercayaan dan agama yang telah diwariskan oleh nenek moyang kami,” ujar mereka.

“Ini sesat,” ujar Nabi Ibrahim.

Tapi kaumnya bergeming, tetap pada pendiriannya. Nabi Ibrahim pada akhirnya merasa tidak bermanfaat lagi berdebat dengan kaumnya yang berkepala batu. Sejenak, bapak para nabi itu kemudian merancang akan membuktikan kepada kaumnya dengan perbuatan yang nyata bahwa berhala-berhala dan patung-patung mereka betul-betul tidak berguna bagi mereka dan bahkan tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri.

Adalah sudah menjadi tradisi dan kebiasaan penduduk kerajaan Babylon bahwa setiap tahun mereka keluar kota beramai-ramai pada suatu hari raya yang mereka anggap sebagai keramat. Berhari-hari mereka tinggal di luar kota di suatu padang terbuka, berkemah dengan membawa bekal makanan dan minuman yang cukup. Mereka bersuka ria dan bersenang-senang sambil membiarkan kota-kota mereka kosong dan sunyi. Mereka berseru dan mengajak semua penduduk agar keluar meninggalkan rumah dan turut beramai -ramai menghormati hari-hari suci itu. Nabi Ibrahim yang juga turut diajak turut serta berlagak berpura-pura sakit, dan diizinkanlah ia tinggal di rumah, apalagi mereka merasa khuatir bahwa penyakit Nabi Ibrahim yang dibuat-buat itu akan menular dan menjalar di kalangan mereka bila ia turut serta.

“Inilah kesempatan yang kunantikan,” ujar Nabi Ibrahim dalam hati. Kota sudah kosong ditinggalkan penduduknya, sunyi senyap tidak terdengar apapun, kecuali suara burung-burung yang berkicau, suara daun-daun pohon yang gemerisik ditiup angin kencang. Dengan membawa sebuah kapak ditangannya, ia pergi menuju tempat peribadatan kaumnya yang sudah ditinggalkan tanpa penjaga, tanpa juru kunci, dan hanya deretan patung-patung yang terlihat di serambi tempat peribadatan itu. Sambil menunjuk kepada sembahan bunga-bunga dan makanan yang berada di setiap kaki patung, berkata Nabi Ibrahim, mengejek: “Hai berhala, mengapa kau tidak makan makanan yang lezat yang disaljikan untukmuini? Jawablah aku!”

Tentu saja tak ada jawaban. Patung itu hanya menatap kosong. Kemudian mulailah Nabi Ibrahim menghancurkan patung-patung itu dengan kapak yang berada di tangannya. Patung yang besar ditinggalkannya utuh, tidak diganggu sedikitpun. Sebelum pergi, Nabi Ibrahim mengalungkan kapaknya pada leher berhala paling besar itu. Nabi Ibrahim memandangi lagi bongkahan patung-patung yang berserakan. Ia menghela nafas. Konon, pada awalnya, patung-patung itu dibangun atas nama budaya, seni, dan penghormatan pada orang-orang baik yang ada di daerah mereka. Kenyataannya, setelah banyak generasi hilang, kini patung itu menjadi sesembahan secara simbolis.

Terperanjat dan terkejutlah para penduduk, tatkala pulang dari berpesta ria di luar kota dan melihat keadaan patung-patung mereka hancur berantakan dan menjadi potongan-potongan terserak-serak di atas lantai. Bertanyalah satu kepada yang lain dengan nada heran dan takjub, “Gerangan siapakah yang telah berani melakukan perbuatan yang jahat dan keji ini terhadap tuhan-tuhan sesembahan kita ini?”

Yang lain menjawab, “Ada kemungkinan bahwa orang yang selalu mengolok-olok dan mengejek kita yang bernama Ibrahim. Dialah yang melakukan perbuatan yang berani ini.”




Seorang yang lain menambah, “Bahkan dialah yang pasti berbuat, karena ia adalah satu-satunya orang yang tinggal di kota sewaktu kita semua berada di luar merayakan hari suci dan keramat itu.”

Selidik punya selidik, akhirnya terdapat kepastian bahwa Ibrahimlah yang merusak dan memusnahkan patung-patung itu. Rakyat kota beramai-ramai membicarakan kejadian yang dianggap suatu kejadian atau penghinaan yang tidak dapat diampuni terhadap kepercayaan dan persembahan mereka. Suara marah, jengkel dan kutukan terdengar dari segala penjuru, yang menuntut agar si pelaku diminta bertanggungjawaban dalam suatu pengadilan terbuka, di mana seluruh rakyat penduduk kota dapat turut serta menyaksikannya.

Dan memang itulah yang diharapkan oleh Nabi Ibrahim agar pengadilannya dilakukan secara terbuka di mana semua warga masyarakat turut menyaksikannya. Karena dengan cara demikian beliau dapat secara terselubung berdakwah, seraya menerangkan kebenaran agama dan kepercayaan yang ia bawa.

Hari pengadilan ditentukan dan datanglah rakyat dari segala pelosok berduyun-duyun mengujungi lapangan terbuka yang sudah disiapkan.

Ketika Nabi Ibrahim datang menghadap para hakim yang akan mengadili ia disambut oleh para hadirin dengan teriakan kutukan dan cercaan, menandakan sangat gusarnya para penyembah berhala terhadap beliau yang telah berani menghancurkan sesembahan mereka.

Ditanyalah Nabi Ibrahim oleh para hakim, “Apakah engkau yang melakukan penghancuran dan merusakkan tuhan-tuhan kami?”

Dengan tenang dan sikap dingin, Nabi Ibrahim menjawab, “Patung besar yang berkalungkan kapak di lehernya itulah yang melakukannya. Cuba tanya saja kepada patung-patung itu siapakah yang menghancurkannya!”

Para hakim penanya terdiam sejenak seraya melihat yang satu kepada yang lainnya dan berbisik-bisik, mereka sadar bahwa Ibrahim sedang mengejek mereka. Kemudian berkatalah si hakim, “Engkau tahu bahwa patung-patung itu tidak dapat berkata, mengapa engkau minta kami bertanya kepadanya?”

Berkata Nabi Ibrahim kepada para hakim itu, “Jika demikian halnya, mengapa kalian sembah patung-patung itu, yang tidak dapat berkata, tidak dapat melihat dan tidak dapat mendengar, tidak dapat membawa manfaat atau menolak mudharat, bahkan tidak dapat menolong dirinya dari kehancuran dan kebinasaan? Alangkah bodohnya kalian dengan kepercayaan dan persembahan kalian itu! Tidakkah kalia bisa berpikir dengan akal yang sehat bahwa sesembahan kalian ini adalah perbuatan yang keliru. Mengapa kalian tidak menyembah Tuhan yang menciptakan kalian, menciptakan alam sekitar dan menguasai kalian di atas bumi dengan segala isi dan kekayaan. Alangkah hina dinanya kalian dengan sesembahan kalian itu.”

Semua yang hadir terdiam. Lama sekali. Mereka kembali berpandangan. Sebuah kenyataan yang menyesakkan dada, namun harus mereka akui kebenarannya.

sumber: voa-islam.com

Kamis, 16 Oktober 2014

Semua Kyai NU Perbolehkan Hisap Rokok

Kiai Arwani mengatakan, semua kiai NU pun telah sepakat untuk memperbolehkan pengikutnya mengisap rokok. Namun, NU sebenarnya mendukung upaya meminimalisir rokok. Itu dibuktikan dengan penetapan hukum makruh.

"Kiai tidak berarti tidak menerima data kesehatan. Rokok makruh karena menerima data kesehatan. Kalau tidak menerima, kiai akan menetapkan hukum rokok wajib. Itu justru karena ngerti itu bahaya," sambung Arwani.

Dia melanjutkan, penerapan rokok bukan merupakan suatu hal yang membahayakan. Menurutnya, telah diperhitungkan masak-masak ketika Muktamar NU ke-32 di Makassar pada 2010 silam.

"Harus dilihat kadarnya. Kalau mafsadatnya (kerugian) besar hukumnya haram. Rokok kan sekali hisap tidak langsung pingsan. Kok kejam langsung bilang haram, ulama NU bilang tidak haram. Karena puluhan tahun merokok sehat-sehat saja. Kan tingkat bahayanya dilihat,” tandasnya.




Sebelumnya, Majelis Ulama Indonesia (MUI) telah mengeluarkan fatwa haram soal merokok di tempat umum sejak 2009 lalu. Tidak hanya di ruang publik, dalam fatwa itu juga disebutkan bahwa merokok haram bila dilakukan anak-anak dan wanita. Adapun yang termasuk ruang publik yakni institusi pendidikan seperti sekolah dan madrasah.

Jangan-jangan NU menjalin hubungan dengan Djarum Super seperti kita lihat akan nampak logo yayasan milik Djarum Super foundation di website Nu.or.id. Padahal jelas sekali pelarangan rokok karena akan mengakibatkan kematian bukan efek samping yang remeh. Sebagaimana peringatan yang tertera pada bungkus rokok, MEROKOK MEMBUNUHMU.

Dimana hati nurani? Mengapa jadi tidak haram ya, meski dampaknya itu membunuh perokok aktif dan pasif. Biarkan hati nurani bicara.

sumber: voa-islam.com

Rabu, 15 Oktober 2014

Doa Agar Segera Dapat Jodoh

Soal trik cepet dapat pasangan, biasanya, banyak peminatnya. Secara manusiawi, seseorang yang sudah dewasa cenderung kepada lawan jenisnya (QS. Ali Imran: 14).

زُيِّنَ لِلنَّاسِ حُبُّ الشَّهَوَاتِ مِنَ النِّسَاءِ وَالْبَنِينَ وَالْقَنَاطِيرِ الْمُقَنْطَرَةِ مِنَ الذَّهَبِ وَالْفِضَّةِ وَالْخَيْلِ الْمُسَوَّمَةِ وَالأنْعَامِ وَالْحَرْثِ ذَلِكَ مَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَاللَّهُ عِنْدَهُ حُسْنُ الْمَآبِ (١٤)

Artinya:
"Dijadikan indah pada (pandangan) manusia kecintaan kepada apa-apa yang diingini, Yaitu: wanita-wanita, anak-anak, harta yang banyak dari jenis emas, perak, kuda pilihan, binatang-binatang ternak dan sawah ladang. Itulah kesenangan hidup di dunia, dan di sisi Allah-lah tempat kembali yang baik (surga)."

Kondisi ini terkadang dimanfaatkan orang-orang tak bertanggungjawab dengan membuat ritual-ritual dan amal khusus, seperti mandi kembang tujuh rupa tengah malam, mandi dari tujuh sumber mata air, membaca wirid atau doa tertentu, dan lainnya. Dan kenyataanya, tak sedikit tips dan doa karangan mereka diterima dan diamalkan.

Di antara amal-amal tersebut adalah dengan membaca sebagian ayat Al-Qur'an tertentu-seperti surat Al-Fatihah dan Al-Baqarah- yang dibaca berulang kali. Kemudian ditambah dengan doa-doa khusus lainnya. Diyakini jika mengamalkannya maka akan cepat menemukan jodohnya. Di antara:

Syaikh Abdurrahman Al-Sahim di situs Misykat al-islamiyah yang beralamat www.almeshkat.net berkata, “Aku tidak tahu ada doa tertentu untuk memudahkan nikah (ketemu jodoh,-pent). Adapun Al-Qur'an adalah keberkahan. Di antara bentuk berkahnya adalah dikabulkannya doa saat menghatamkannya. Surat Al-Baqarah juga berkah sebagaimana yang disampaikan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam.”




Dalam fatwa beliau yang lain yang tertera di situs dengan Tagline Al-Kitab dan al-Sunnah sesuai Manhaj al-Salaf al-Shalih ini bahwa surat Al-Baqarah dan seluruh surat dari Al-Qur'an memiliki faidah yang besar di antaranya menjadikan hati lapang, menghilangkan gundah gulana, menjadi sarana mendapatkan hidayah taufiq untuk melakukan kebaikan, membukakan jalan kebenaran, dan lainnya. Wallahu A’lam.

sumber: voa-islam.com

Selasa, 14 Oktober 2014

5 Cara Menggapai Surga Lewat Pernikahan

Sebenarnya, bagaimanakah Islam menyikapi potensi konflik rumah tangga supaya tidak menjangkit? Bagaimanakah Islam membimbing kita untuk mewujudkan surga di pelupuk mata?

Pertama, Menikah atas Dasar Islam

Islam memahami bahwa pertimbangan terjalinnya hubungan yang dilanjutkan ke jenjang pernikahan karena empat hal. Karena harta, status sosial, indahnya paras ataupun karena agama.

تنكح المرأة لأربع : لمالها ولحسبها ولجمالها ولدينها فاظفر بذات الدين تربت يداك

“Wanita itu dinikahi karena empat hal: karena hartanya, statusnya, kecantikannya dan agamanya. Maka pilihlah yang beragama, maka kamu akan peroleh keuntungan”

Islam menuntun kita supaya lebih mempertimbangkan agama. Karena sesungguhnya dengan pintu agama lah yang akan mempengaruhi seluruh gerak langkah seorang hamba. Karena sesungguhnya dengan lurusnya pemahaman agama seorang suami ataupun istri akan berpengaruh pada seluruh akhlaq dalam hidup. Dengan akhlaq lah yang akan menjadikan pahitnya hidup menjadi semanis madu. Dengan akhlaq lah yang menjadikan beratnya ujian tak terasa. Sehingga ketenangan rumah tangga akan selalu terjaga karena di saat mendapatkan kemudahan dalam rizki menjadikannya banyak bersyukur dan bila mendapatkan ujian dalam hidup menjadikannya sebagai jalan untuk bersabar.


Namun bila pertimbangan yang diutamakan harta, wah... Semua harta pasti ada hitungannya, kan? Bila kurang pandai memenejnya akan datang masa bangkrutnya. Bila didasarkan pada status sosial, itupun akan begitu mudah hilang di kala pribadi orang tersebut tidak baik. Apa lagi bila didasarkan pada indahnya paras, wah... Lebih parah lagi, karena kulit kita akan kelihatan kenyal dan tidak berkeriput pasti ada masanya. Namun bila pilihan didasarkan pada akhlaq, justru sebaliknya.

Harta akan berdatangan karena sesungguhnya terbukanya harta akan beriringan dengan jujurnya seseorang. Status sosial pun akan mengiringi kita karena kejelasan sikap kita. Dan indahnya paras otomatis akan hadir karena baiknya akhlaq akan memancarkan kesejukan lahir maupun batin.

Subhanalloh...

Maka beruntunglah bagi mereka yang menjadikan agama sebagai pintu pertimbangan menancapkan kasih sayang dan rasa cinta dalam mengarungi bahtera rumah tangga. Karena dengan agama kita akan selalu terjaga dari segala masalah dan kesalahan.

Kedua, Menyamakan Tujuan

Sebenarnya apa sih tujuan kita berumah tangga? Mungkin pertanyaan ini akan menari-nari di hati maupun pikiran Sahabat Muslimah. Terlebih bila saat ada masalah maupun baru galau (bahas gaul).

Sebagian ummat ini mungkin salah dalam mancanangkan tujuan berumah tangga. Ada yang bertujuan sebatas sebagai penghalalan dalam menyalurkan syahwat, ada yang bertujuan karena ingin memperbanyak anak, ada yang membuktikan bahwa dirinya memang layak menjadi Imam dan ada pula yang bertujuan semata ingin merubah statusnya saja.

Sesungguhnya tujuan pernikahan yang tepat yaitu karena ingin mewujudkan sakinah, mawadah wa Rohmah dalam hidup ini. Adapun beberapa tujuan di atas hanyalah sebatas hikmah di balik pernikahan itu sendiri.

مِنْ آيَاتِهِ أَنْ خَلَقَ لَكُم مِّنْ أَنفُسِكُمْ أَزْوَاجًا لِّتَسْكُنُوا إِلَيْهَا وَجَعَلَ بَيْنَكُم مَّوَدَّةً وَرَحْمَةً إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَآيَاتٍ لِّقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ

Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah Dia menciptakan untukmu isteri-isteri dari jenismu sendiri, supaya kamu cenderung dan merasa tenteram kepadanya dan dijadikan-Nya di antaramu rasa kasih dan sayang. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi kaum yang berpikir.

Ibnu Katsir menjelaskan bahwa sakinah adalah rasa condong terhadap pasangan yang menjadikannya tenang, mawaddah adalah rasa cinta sedangkan ar-rahmah adalah kasih sayang. Jadi pengertian umum dari kalimat sakinah, mawadah wa rahmah adalah suasana yang muncul dalam keluarga yang dibuktikan hadirnya rasa damai, tenang dan tentram dalam cinta dengan penuh kasih sayang.

Subhanalloh...




Bila Sahabat Muslimah membayangkan bila ada sebuah keluarga yang memiliki ciri sebagaimana yang diungkapkan oleh Ibnu Katsir, kebayang, kan... Bagaimana indahnya rumah tangga kita. Rasa dan suasana ini akan hadir bila Sahabat Muslimah dengan sang pangeran satu arah, satu tujuan dan satu landasan dalam mengarungi rumah tangga. Ya, haruslah satu arah, semata ingin menyempurnakan ketaatan kepada Alloh, satu tujuan semata ingin menggapai ridho-Nya dan satu landasan yaitu Al-Qur'an dan sunnah sebagai pijakan di kala susah dan senang.

Ketiga, Pengertian dan Saling Melengkapi

Banyak dari kita yang memaknai saling pengertian berarti saling memahami pasangannya. Sesungguhnya ini baik tapi belum tentu benar. Yang dimaksud saling pengertian yaitu memiliki kesadaran saling membaca dan merasakan pasangannya sehingga tidak ada yang terjebak dalam dosa. Adapun saling melengkapi yaitu selalu siap siaga dalam keadaan apapun untuk selalu saling membantu dan memudahkan, bukannya saling menuntut atau mempersulit. Sebagaimana di saat seorang sahabat bertanya kepada Aisyah Radhiallohu'anha, "Bagaimanakah akhlaq Rosululloh?" Aisyah pun menjawab "Rosululloh adalah laki-laki yang segera melipat lengan bajunya di kala berada di rumah".

Rosululloh melipat lengan bajunya bukan karena supaya kelihatan lebih maco di hadapan istrinya, namun itu dilakukan Rosululloh karena ingin membantu apa yang menyibukkan istrinya di rumah. Alloh telah berfirman:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا قُوا أَنْفُسَكُمْ وَأَهْلِيكُمْ نَارًا وَقُودُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ

“Wahai orang-orang yang beriman, jagalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan bebatuan” (QS. At Tahrim: 6)

Inilah sebenarnya tujuan utama kenapa pasangan suami istri harus saling pengertian dan saling melengkapi. Karena hakekatnya pasangan hidup haruslah saling tolong menolong bagaikan Ali Radhiallohu'ahu dan istrinya yang bergiliran menjaga anaknya di kala sholat tahajud.

Keempat, Memahami Hak dan Kewajiban

Di sinilah bila pasangan suami istri kurang memahaminya bisa menjadi pintu awal dari problema rumah tangga. Sesungguhnya atas wujud dhohir antara suami istri memiliki kesamaan atas hak dan kewajiban. Namun yang terjadi dalam kehidupan, seolah-olah yang menjadi objek atas tuntutan dalam hidup ini hanyalah wanita. Namun sesungguhnya itu salah besar. Seorang suami memiliki hak mendapatkan pelayanan sebaik-baiknya dari istri, pun demikian sebaliknya. Seorang suami memiliki hak menuntut istrinya untuk selalu terlihat cantik di hadapanya, sesungguhnya seorang istri pun memiliki hak untuk itu juga.

Namun yang membedakan antara suami dan istri adalah pada fungsi dan kedudukan. Secara agama fungsi suami atas istri sebagai pelengkap dalam urusan addin, agama, karena bagi wanita, pernikahan adalah setengah dari agamanya. Hal itu terjadi karena banyak urusan Addin yang tidak mungkin bisa dilakukan seorang muslimah sendirian. Secara kedudukan suami adalah sebagai pemimpin wanita, namun sesungguhnya keduanya memiliki keseimbangan hak dengan takaran kecerdasan yang menimbulkan sikap yang tepat dan nyaman (ma'ruf).

وَلَهُنَّ مِثْلُ الَّذِي عَلَيْهِنَّ بِالْمَعْرُوفِ وَلِلرِّجَالِ عَلَيْهِنَّ دَرَجَةٌ وَاللَّهُ عَزِيزٌ حَكِيمٌ

Dan para wanita mempunyai hak yang seimbang dengan kewajibannya menurut cara yang ma'ruf. Akan tetapi para suami, mempunyai satu tingkatan kelebihan daripada isterinya. Dan Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.

Imam Ath-Thobari Rahimahullahu Ta’ala menyebutkan hal yang senada, bahkan beliau menjelaskan makna sebagian hak yang dimaksud dalam ayat tersebut dengan mengatakan, “Sebagian ahli tafsir yang lain mengatakan maknanya ialah mereka (para istri) memiliki hak atas berhiasnya suami sebagaimana para suami memiliki hak atas berhiasnya istri-istri mereka menurut selera pasangan masing-masing.”.

Oleh sebab itu Ibnu Abbas mengatakan, “Sungguh aku pun berhias untuk istriku sebagaimana ia berhias untukku, dan aku tidak suka menuntut seluruh hak-hakku dari istriku sehingga mengharuskan aku untuk memenuhi seluruh hak-haknya juga, yang demikian itu sebab Alloh Subhanahu Wata’ala berfirman, (kemudian beliau menyebutkan firman Alloh di atas), maknanya berhias yang tidak sampai berbuat dosa.”

Kelima, Menjaga Kebersamaan

Di sinilah yang akan menjadi hiasan keluarga bak surga dunia. Munculnya rasa saling keterikatan dan ketergantungan antar pasangan hidup. Saling terikat, karena apapun yang ia lakukan dalam urusan keduniaan selalu menggunakan pertimbangan ridhonAlloh sebagai pondasi dasar, namun itu semua dibungkus dengan hiasan apapun yang disenangi oleh pasangan hidupnya. Saling tergantung karena munculnya keterbukaan dan bagi tugas dalam urusan dunia.

Bayangkan seandainya hal ini kurang disadari, bila ada seorang suami memikirkan bawang merah kan nggak lucu. Atau sebaliknya, seorang istri justru yang memikirkan urusan pekerjakan suaminya, kebayang bagaimana riweuhnya... Maka keindahan dan kenyamanan bahtera rumah tangga ini terwujud karena minimnya potensi konflik yang ada karena tidak adanya tumbang tindih atas eksekutor segala keperluan hidup ini. Hal ini terwujud karena adanya saling memahami.

Namun kebersamaan ini justru muncul dalam keindahan ubudiyah dan munajad. Inilah yang sering dilupakan pasangan suami istri saat ini. Dengan kebersamaan dan saling mengingatkan dalam urusan ubudiyah ini sebagai pijakan awal sebelum saling mengingatkan dalam urusan keduniaan. Bila saling kebersamaan dalam urusan ubudiyah bisa berjalan dengan baik, secara otomatis dalam urusan dunia akan melenggang tanpa hambatan dalam mengarungi bahtera rumah tangga.

( رحم الله رجلاً قام من الليل فصلى وأيقظ امرأته فإن أبت نضح في وجهها الماء ، رحم الله امرأة قامت من الليل فصلت وأيقظت زوجها فإن أبى نضحت في وجهه الماء ) رواه أبو داود بإسناد صحيح

“Semoga Allah merahmati seorang suami yang bangun di malam hari, lalu ia shalat dan membangunkan isterinya. Jika isterinya tidak mau bangun ia percikkan air di wajahnya. Semoga Allah merahmati seorang isteri yang bangun di malam hari lalu shalat, dan membangunkan suaminya, jika tidak mau bangun ia percikkan air di wajahnya.” ( HR Abu Daud dengan sanad shahih.)

Subhanalloh...

Di saat hubungan suami istri di hadapan Alloh bisa dinikmati dengan kenyamanan dan kenikmatan, insyaAlloh barokah akan selalu menghiasi rumah tangga tersebut. Melimpahnya rezeki dan kenyamanan hidup insyaAlloh pun akan mengikutinya. Inilah sesungguhnya "SURGA DIPELUPUK MATA"

sumber: [ukhwatuna/may/voa-islam.com]

Senin, 13 Oktober 2014

Kapan Anak Perempuah Harus Memakai Jilbab

“Hai Nabi katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuan dan isteri-isteri orang mu’min “Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka”. Yang demikian itu supa mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Alloh adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang,” (QS Al Ahzab 33:59).

“Siapapun wanita yang melepaskan pakaiannya (menampakan auratnya) bukan di rumahnya sendiri, maka Alloh akan merobek tirai kehormatannya (tidak ada penyelamat baginya),” (HR Ahmad, At Tabrani dan Al Hakim).

SEORANG gadis remaja berusia 15 tahun bertanya pada ibunya mengenai jilbab;

Anak : “Ibu, kenapa wanita muslim harus memakai jilbab?’

Ibu : “Pertama, memakai jilbab adalah kewajiban yang diperintahkan Alloh kepada wanita muslim. Kedua, di dalam Quran disampaikan bahwa selain untuk metutup aurat, salah satu tujuan jilbab adalah untuk menunjukan identitas atau ciri bahwa dia adalah seorang wanita muslim. Quran juga menyampaikan bahwa jilbab akan membuat wanita menjadi terhormat dan akan terjaga dari gangguan. Sesungguhnya Jilbab adalah salah satu bentuk penjagaan Alloh SWT terhadap wanita.”



Anak : “Temanku mengatakan bahwa dia lebih memilih hatinya dulu yang ‘dijilbab’. Dia juga mengatakan bahwa percuma memakai jilbab jika hati masih kotor dan masih suka bergunjing.”

Ibu : “Ketahuilah putriku, memakai jilbab, menjaga hati dan menahan diri dari gunjing adalah kewajiban yang semuanya itu wajib kita jalankan. Kita tidak bisa memilih salah satu dan mengabaikan yang lainnya. Menjalankan kewajiban yang satu bukan berarti menggugurkan kewajiban yang lain.

“Seorang yang memakai jilbab tentu mempunyai kewajiban untuk menjaga hati dan lisannya.

“Sebaliknya begitu pula dengan orang yang menjaga hati, dia tetap punya kewajiban untuk menahan !lisan dan menutup auratnya!”

sumber: islampos.com

Minggu, 12 Oktober 2014

Kehebatan Surat Fush­shilat Ayat 26 Bikin Kagum

Pada suatu ketika, Rasulullah keluar di bulan Ramadhan me­nuju Masjidil Haram.

Ketika itu Masjidil Haram dipenuhi oleh sekumpulan orang Quraisy yang banyak jumlahnya. Di antaranya ter­dapat para pemuka dan pembesarnya.

Lalu Rasulullah berdiri di tengah-tengah kum­pulan ini. Kaki Fathimah tidak beran­jak dari tempatnya menyaksikan kebe­ranian ayahnya ber­ada di tengah-tengah sekumpulan besar para musuhnya. Tiba-tiba Fathimah mendengar suara beliau yang keras ketika membaca surah An-Najm. Orang-orang kafir itu sebelumnya tidak pernah mendengar kalam Allah, karena cara mereka yang turun-temurun adalah mengamalkan apa yang dipesan­kan oleh sebagian mereka kepada se­bagian yang lain.

وَقَالَ الَّذِينَ كَفَرُوا لا تَسْمَعُوا لِهَذَا الْقُرْآنِ وَالْغَوْا فِيهِ لَعَلَّكُمْ تَغْلِبُونَ

Artinya:
"Dan orang-orang yang kafir berkata: "Janganlah kamu mendengar dengan sungguh-sungguh akan Al Quran ini dan buatlah hiruk-pikuk terhadapnya, supaya kamu dapat mengalahkan mereka".
(QS Fush­shilat (41): 26).

Ketika Rasulullah mendatangi me­reka secara tiba-tiba dengan membaca surah ini dan mengetuk telinga mereka de­ngan kalam Ilahi yang memukau, me­reka merasa bingung dengan apa yang mereka alami. Maka masing-masing mereka mendengarkannya dengan baik.

Tidak terpikir di benak mereka saat itu sesuatu selainnya, sampai ketika beliau membaca akhir surah ini seolah-olah hati mereka menjadi terbang. Kemudian beliau membaca ayat yang artinya, ”Maka bersujudlah kalian kepada Allah dan sembahlah (Dia).”

Setelah itu beliau sujud, dan tak ada se­orang pun yang dapat menguasai diri­nya sehingga semuanya bersujud.

Fathimah heran menyaksikan hal itu. Sungguh itu suatu pemandangan yang indah yang ia saksikan. Para pemimpin kekafiran dan pembesar-pembesarnya menjadi bingung berhadapan dengan indahnya kebenaran. Penentangan yang ada di dalam hati mereka yang sombong dan suka mengejek itu pun sirna seke­tika. Mereka tidak bisa menahan diri untuk bersujud kepada Allah. Tiba-tiba diri me­reka menjadi kosong dan dingin ketika ter­sentuh oleh arus keyakinan yang tim­bul dari ayat-ayat Al-Qur’an yang mulia.



Kejadian ini merupakan petunjuk bagi setiap muslim bahwa sesungguh­nya ke­kuatan keburukan itu, betapa pun sewe­nang-wenangnya ia dan betapa pun ber­kuasanya ia, tak akan dapat melawan ka­limat-kalimat yang mengan­dung cahaya, dan tiang-tiangnya akan hancur apabila tersentuh oleh rahasia yang tersembunyi dalam kalimat-kalimat Allah ini.

Berita-berita tentang kejadian ini sam­pai pula kepada orang-orang yang hijrah ke Habasyah, tetapi beritanya sama sekali berbeda dengan keadaan yang sebenarnya. Berita yang sampai kepada mereka adalah bahwa kaum Quraisy telah masuk Islam. Maka kembalilah me­reka ke Makkah pada bulan Syawwal tahun itu juga.

Ketika mereka telah berada di dekat Makkah di suatu siang dan mereka mengetahui masalah yang sebenarnya, mereka pun kembali ke Habasyah. Tidak ada yang masuk ke Makkah di antara me­reka kecuali secara sembunyi-sembunyi atau dalam perlindungan seorang musy­rik Quraisy, seperti Al-Walid bin Al-Mughi­rah dan Abu Thalib bin Abdul Muththalib.

sumber: voa-islam.com

Bolehkah Shalat Gerhana Sendiri di Rumah

Saat terjadi gerhana, baik matahari atau bulan disunnahkan untuk shalat dua rakaat yang dikenal dengan shalat Kusuf atau khusuf.

Diriwayatkan dari Al-Mughirah bin Syu'bah Radliyallah 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
إِنَّ اَلشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اَللَّهِ لَا يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلَا لِحَيَاتِهِ, فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا, فَادْعُوا اَللَّهَ وَصَلُّوا, حَتَّى تَنْكَشِفَ

"Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kebesaran Allah. Keduanya tidak mengalami gerhana karena kematian seseorang dan tidak pula karena hidupnya seseorang. Maka jika kalian melihatnya bersegeralah berdoa kepada Allah dan shalat sehingga kembali terang." (Muttafaq 'alaih)

Shalat gerhana yang paling utama dikerjakan di masjid jami’. Dilaksanakan secara berjamaah dengan banyak orang. Diharapkan dengan banyaknya jamaah yang ikut shalat doa-doa lebih dikabulkan oleh Allah. Shalat tidak diawali dengan adzan atau iqomah, hanya panggilan “Al-Shalatul Jami'ah.”

Dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha, "Bahwa telah terjadi gerhana matahari di zaman Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam lalu beliau mengutus seorang untuk menyeru “Al-Shalatul Jami'ah,” maka mereka berkumpul dan beliau maju bertakbir dan shalat dua rakaat dengan empat ruku' dan empat sujud." (HR. Muslim)




Menurut Syaikh Ibnu Utsaimin dalam satu fatwanya, shalat ini juga bisa dikerjakan di masjid-masjid kecil seperti mushola. Juga tidak mengapa dilaksanakan di rumah oleh para wanita. Hal ini didasarkan kepada keumuman perintah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, “Shalatlah dan berdoalah”.

“Tidak apa-apa wanita shalat kusuf (gerhana) di rumahnya, karena perintah ini bersifat umum, “Maka Shalat dan berdoalah sehingga hilang gerhan.” Dan jika ia pergi ke masjid sebagaimana dilakukan wanita-wanita di zaman sahabat dan shalat berjamaah bersama orang-orang maka dalam hal ini baik,” demikian fatwa dari Syaikh Utsaimin.
Wallahu A’lam.

sumber: voa-islam.com

Sabtu, 11 Oktober 2014

Apa Hukum Haji dari Harta Haram

Harta yang haram bisa menyebabkan tertolokanya amal shalih yang dibiayai dengannya. Karena sesuatu yang haram itu buruk, dan Allah tidak mau menerima yang buruk-buruk.

Karenanya, bagi calon hujjaj agar memperhatikan sumber modal hajinya. Tidak membayar biaya haji dan perbekalannya kecuali dari jalan yang halal. Karena Allah Subhanahu Wa Ta'ala tidak menerima ibadah haji hamba-Nya kecuali dari melalui jalan halal dan baik.

Diriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,

أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّ اللَّهَ طَيِّبٌ لَا يَقْبَلُ إِلَّا طَيِّبًا وَإِنَّ اللَّهَ أَمَرَ الْمُؤْمِنِينَ بِمَا أَمَرَ بِهِ الْمُرْسَلِينَ فَقَالَ} يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنْ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحًا إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ }وَقَالَ{ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُلُوا مِنْ طَيِّبَاتِ مَا رَزَقْنَاكُمْ }ثُمَّ ذَكَرَ الرَّجُلَ يُطِيلُ السَّفَرَ أَشْعَثَ أَغْبَرَ يَمُدُّ يَدَيْهِ إِلَى السَّمَاءِ يَا رَبِّ يَا رَبِّ وَمَطْعَمُهُ حَرَامٌ وَمَشْرَبُهُ حَرَامٌ وَمَلْبَسُهُ حَرَامٌ وَغُذِيَ بِالْحَرَامِ فَأَنَّى يُسْتَجَابُ لِذَلِكَ

"Wahai sekalian manusia, sesungguhnya Allah itu thoyyib (baik). Allah tidak akan menerima sesuatu melainkan dari yang thoyyib (baik). Dan sesungguhnya Allah telah memerintahkan kepada orang-orang mukmin sebagaimana yang diperintahkan-Nya kepada para Rasul. Firman-Nya: 'Wahai para Rasul! Makanlah makanan yang baik-baik (halal) dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.' Dan Allah juga berfirman: 'Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah rezeki yang baik-baik yang telah kami rezekikan kepadamu.'" Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam menceritakan tentang seorang laki-laki yang telah menempuh perjalanan jauh, sehingga rambutnya kusut, masai dan berdebu. Orang itu mengangkat tangannya ke langit seraya berdo'a: "Wahai Tuhanku, wahai Tuhanku." Padahal, makanannya dari barang yang haram, minumannya dari yang haram, pakaiannya dari yang haram dan dikenyangkan dari yang haram, maka bagaimanakah Allah akan memperkenankan do'anya?" (HR. Muslim)



Ringkasnya, haji yg berasal dari harta korupsi atau harta haram lainnya, haji tersebut sah secara fikih jika terpenuhi syarat rukunnya. Kewajiban haji telah gugur dari pundaknya. Namun secara hakikat, haji tersebut tidak diterima Allah. Jika tidak diterima, seolah-olah dia belum berhaji.

Bagi koruptor atau yang mengambil harta lainnya untuk segera taubat, di antaranya dengan mengembalikan harta yg diambilnya kepada yang berhak atasnya. Ia berusaha mendapatkan harta dari yang halal saja, lalu berhaji kembali untuk mendapatkan haji mabrur.
Wallahu A’lam.

sumber: voa-islam.com

Kamis, 09 Oktober 2014

Ahok Gugat Pedagang Hewan Qurban

Wakil Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) menegaskan akan menyiapkan pengacara untuk menggugat para pedagang hewan qurban tersebut. “Kita lihat saja.

Kalau nggak, kita mesti siapkan pengacara dan gugat. Kalau cuma pelanggaran gitu kan nggak bisa apa-apa. Kalau digugat kan dia ngomong dan nyanyi di pengadilan,” tegas Ahok.

Sikap keras Ahok itu mengundang reaksi keras dari Imam Besar Front Pembela Islam (FPI), Habib Muhammad Rizieq Syihab. Bahkan, Habib Rizieq menyerukan agar pedagang hewan kurban tetap berjualan di tempat umum dan menyembelih hewan qurban di halaman masjid dan sekolah, serta kantor pemerintah lainnya.



“Segenap umat Islam wajib melawan Ahok yang telah melarang penjualan Hewan Qurban di Tempat Umum dan melarang penyembelihan Hewan Qurban di halaman Masjid dan Sekolah serta Kantor Pemerintah lainnya dengan dalih ‘kebersihan’, karena itu pesan penghinaan bahwa Syiar Qurban adalah kotor dan jorok.” Seruan Habib Rizieq itu disampaikan melalui akun Facebook Muhammad Rizieq Syihab.

Tak hanya itu, Habib Rizieq menyerukan agar umat Islam melengserkan Ahok yang telah menghina Islam. “Usir dan ganyang semua Begundal Ahok yang mau larang umat Islam dalam penegakan syiar Islam. Lawan dan Lengserkan Ahok yang telah hina Islam sekarang juga.

Sumber: [GN/Ahmed/may/voa-islam.com]

Rabu, 08 Oktober 2014

4 Nasehat Nabi SAW untuk Para Suami

Mungkin sebagian suami tidak merasa perlu tampil rapi di hadapan suaminya, terkebih ketika malam tiba.

Namun, jika ia menuntut istrinya tampil prima di depannya, mengapa ia tidak menuntut dirinya melakukan hal yang sama? Bukankah Islam menjunjung keadilan? Kita para suami kadang belum juga mengerti bahwa wanita itu tidak selalu mencurahkan perasaannya kepada suami.




Empat nasehat ini dikutip Syaikh Fuad Shalih dalam bukunya Liman Yuriidu Az Ziwaaj wa Tazawuj.

Sebagai ulama dan penulis buku pernikahan, beliau merasa perlu mencantumkan hadits ini agar para suami berbenah diri; tidak hanya menuntut istri mempersembahkan yang terbaik bagi dirinya, tetapi juga ia mempersembahkan yang terbaik untuk istrinya.

Empat nasehat ini secara khusus mengajarkan suami untuk berpenampilan menarik di rumah. Syaikh Fuad Shalih mengatakan:

Hal ini diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, “Cucilah bajumu, rapikan rambutmu, gosoklah gigimu, dan berhiaslah untuk istrimu.”

4 Nasehat Nabi SAW untuk Para Suami


1. Berhiaslah untuk istrimu

Para sahabat Nabi adalah suami-suami yang terdepan dalam mengamalkan nasehat ini. Ibnu Abbas mengatakan, “Aku suka berhias untuk istriku sebagaimana aku suka istriku berhias untukku”

Mengapa demikian, karena Ibnu Abbas yakin, “Sesungguhnya berhiasnya suami di hadapan istrinya akan membantu istri menundukkan pandangannya dari melihat laki-laki selain suaminya. Berhiasnya suami di hadapan istrinya juga makin mendekatkan hati keduanya.”

Jika para sahabat yang sibuk berdakwah dan berjihad tidak lalai berhias untuk istrinya, bagaimana dengan kita? Semoga bisa meneladani mereka.

2. Cucilah Bajumu

Nasehat pertama ini memiliki dua dimensi. Dimensi pertama ada pada proses. Dimensi kedua terletak pada hasilnya.

Sebagai sebuah proses, “cucilah bajumu” berarti berbagi dengan istri dalam menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan domestik, khususnya bagi keluarga yang tidak memiliki khadimat. Mencuci baju tidak dibebankan kepada istri saja, melainkan suami juga melakukannya. Baik mencuci dengan tangan maupun dengan mesin cuci. Konsep berbagi peran inilah yang diteladankan oleh Rasulullah.

Kendati beliau adalah Nabi, pemimpin negara, qiyadah dakwah dan panglima perang, beliau menyempatkan diri untuk membantu istri-istrinya menyelesaikan pekerjaan-pekerjaan rumah tangga.



Ditinjau dari dimensi hasil, “cucilah bajumu” membuat suami tampil dengan pakaian rapi di depan istrinya. Tidak kusut. Tidak menyebalkan.

Mungkin sebagian suami tidak merasa perlu tampil rapi di hadapan suaminya, terkebih ketika malam tiba. Namun, jika ia menuntut istrinya tampil prima di depannya, mengapa ia tidak menuntut dirinya melakukan hal yang sama? Bukankah Islam menjunjung keadilan? Kita para suami kadang belum juga mengerti bahwa wanita itu tidak selalu mencurahkan perasaannya kepada suami. Ia kadang menyimpannya di hati dan berusaha menyabarkan diri. Saat kita para suami dengan mudah mengatakan “Pakaialah baju yang indah”, para istri hanya menahan sabar melihat kita menghampirinya dengan baju berbau. Mari kita berusaha berubah. Menjadi suami yang lebih rapi di depan istri.

3. Rapikan rambutmu

Ketika berangkat kerja, ketika pergi ke kantor, ketika hendak syuro, ketika mau mengisi pengajian, kita para lelaki yang katanya tidak suka dandan, minimal merapikan rambut. Lalu saat hanya berdua dengan istri, mengapa kita tidak melakukan hal serupa? Bukankah jika begitu kita lebih mengutamakan orang lain daripada istri kita sendiri? Padahal rekan-rekan kerjanya tidak memasakkannya. Teman-temannya juga tak bisa merawatnya ketika ia sakit. Yang setia menemani, yang setia merawat adalah istri. Dan tidak ada orang lain yang bisa menghangatkannya di kala kedinginan kecuali istrinya sendiri. Lalu mengapa kita sebagai suami justru tak bisa tampil rapi saat bersamanya?

4. Gosoklah gigimu

Bau mulut adalah satu hal yang mengganggu komunikasi dan menjadi pembatas kedekatan. Ketika seorang suami tak suka istrinya mengeluarkan bau saat ia berbicara, demikian pula istri sebenarnya tak suka jika suaminya menghampirinya dengan bau yang tak sedap.

Adalah junjungan kita yang mulia, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, setiap akan masuk rumah, beliau bersiwak terlebih dahulu. Dalam hadits yang diriwayatkan Imam Muslim, Bunda Aisyah menjadi saksi kebiasaan Rasulullah ini. Ketika ditanya, “Apa yang dilakukan pertama kali oleh Rasulullah jika dia memasuki rumahnya?” Beliau menjawab: ”Bersiwak”.

Maka sungguh nasehat ini harus dikerjakan oleh para suami. Hendaklah ia rajin bersiwak atau menggosok giginya. Jika berduaan dengan istri, pastikan sudah gosok gigi. Pastikan tak ada bau yang mengganggu. Hingga curhat pun menjadi mengasyikkan. Hingga berduaan pun jadi penuh kemesraan.

Dan lebih dari itu, menggosok gigi atau bersiwak mendatangkan dua kebaikan. Kebersihan dan kesehatan mulut, serta mendatangkan keridhaan Tuhan. “Bersiwak itu membersihkan mulut dan membuat Tuhan ridha” (HR. Al Baihaqi dan An Nasa’i)

sumber: [Muchlisin BK/Keluargacinta.com]
editor: hikmah teladan

Selasa, 07 Oktober 2014

Doa Menyembelih Hewan Kurban

Setiap orang yang berkurban tentunya berharap ibadahnya tersebut diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Di samping memperhatikan jenis hewan kurban, umur dan kondisi hewan kurban yang selamat dari cacat, kita juga harus memperhatikan tatacara penyembelihannya. Di antaranya, memperhatikan bacaan saat menyembelih. Apa dzikir atau doa yang diajarkan oleh syariat saat menyembelih hewan kurban?

Pada ringkasnya, bagi orang yang ingin menyembelih hewan qurban disunnahkan baginya saat akan menyembelih untuk membaca:

بِسْمِ اللَّه اللَّهُمَّ وَاللَّهُ أَكْبَرُ اَللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَلَكَ، هَذَا عَنِّي

Artinya: (Dengan Nama Allah, Allah Maha Besar, Ya Allah ini dari-Mu dan untuk-Mu, ini kurban dariku).

Jika ia menyembelihkan hewan qurban milik orang lain, ia membaca:

بِسْمِ اللَّه اللَّهُمَّ وَاللَّهُ أَكْبَرُ اَللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَلَكَ، هَذَا عَنْ فُلَانٍ

"Dengan Nama Allah, Allah Maha Besar, Ya Allah ini dari-Mu dan untuk-Mu, ini kurban dariku." Di tambah:

اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ فُلَانٍ وَآلِ فُلَانٍ

"Ya Allah, terimalah kurban dari fulan dan keluarga fulan," (dengan menyebut namanya).

Namun yang wajib dari bacaan ini adalah membaca Basmalah (Bismillah). Jika sudah membacanya, maka sah penyembelihan hewan qurban tersebut walau tidak menambah bacaan selainnya. Adapun kalimat-kalimat sesudahnya hanya anjuran, bukan wajib. Hal ini didasarkan kepada firman Allah Subhanahu wa Ta'ala,

فَكُلُواْ مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللّهِ عَلَيْهِ إِن كُنتُمْ بِآيَاتِهِ مُؤْمِنِينَ

"Maka makanlah binatang-binatang (yang halal) yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, jika kamu beriman kepada ayat-ayat-Nya." (QS. Al-An'am: 118)

وَلاَ تَأْكُلُواْ مِمَّا لَمْ يُذْكَرِ اسْمُ اللّهِ عَلَيْهِ وَإِنَّهُ لَفِسْقٌ

"Dan janganlah kamu memakan binatang-binatang yang tidak disebut nama Allah ketika menyembelihnya. Sesungguhnya perbuatan yang semacam itu adalah suatu kefasikan." (QS. Al-An'am: 121)

Diriwayatkan dalam Shahihain, dari Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu, ia berkata:

ضَحَّى النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِكَبْشَيْنِ أَمْلَحَيْنِ أَقْرَنَيْنِ ذَبَحَهُمَا بِيَدِهِ وَسَمَّى وَكَبَّرَ وَوَضَعَ رِجْلَهُ عَلَى صِفَاحِهِمَا

Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berkurban dengan ekor domba jantan yang dominasi warna putih dan bertanduk. Beliau menyembelihnya dengan tangannya sendiri, membaca basmalah dan bertakbir serta meletakkan kakinya di atas samping lehernya."

Imam Muslim meriwayatkan dari 'Aisyah Radhiyallahu 'Anha, Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam memerintahkan untuk membawakan satu ekor kibas bertanduk yang hitam kakinya, hitam bagian perutnya, dan hitam di sekitar kedua matanya. Lalu dibawakan kepada beliau untuk beliau sembelih sendiri. Beliau berkata kepada 'Aisyah, "Wahai 'Aisyah, ambilkan sebilah pisau." Kemudian beliau bersabda, "Asahlah pisau itu dengan batu." 'Aisyah pun mengerjakan. Kemudian beliau mengambil pisau dan mengambil kibas tersebut, lalu beliau membaringkannya dan menyembelihnya. Kemudian beliau berucap:

بِسْمِ اللَّه اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ مُحَمَّد وَآل مُحَمَّد وَمِنْ أُمَّة مُحَمَّد

"Dengan nama Allah, ya Allah terimalah dari Muhammad dan keluarga Muhammad, serta dari umat Muhammad." Kemudian beliau menyembelihnya.

Imam Nawawi rahimahullah menjelaskan tentang maksudnya, yaitu beliau membaringkannya dan menyembelihnya sambil membaca kalimat di atas. (Lihat Syarah Muslim li al-Nawawi dalam keterangan hadits di atas)

Dan diriwayatkan oleh Imam Tirmidzi, dari Jabir bin Abdillah Radhiyallahu 'Anhu berkata: "Aku menyaksikan Shalat Idul Adha di musholla bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam. Ketika beliau selesai khutbah beliau turun dari mimbar dan dibawakan kepada beliau seekor domba jantan lalu Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam menyembelihnya sambil mengucapkan:

بِسْمِ اللَّهِ وَاللَّهُ أَكْبَرُ هَذَا عَنِّي وَعَمَّنْ لَمْ يُضَحِّ مِنْ أُمَّتِي

"Dengan nama Allah dan Allah Maha Besar, ini dariku dan dari setiap orang yang tidak berkurban dari umatku." (Dishahihkan oleh-Al-albani rahimahullah dalam Shahih al-Tirmidzi)




Terdapat tambahan dalam sebagian riwayat,

اَللَّهُمَّ إِنَّ هَذَا مِنْكَ وَلَكَ

"Ya Allah, sesungguhnya ini dari-Mu dan untuk-Mu." (Lihat: Irwa' al-Ghalil, no. 1138 dan 1152)

Maksud, Allahumma Minka (Ya Allah, sesungguhnya ini dari-Mu): hewan kurban ini adalah rizki pemberian-Mu yang sampai kepadaku dari Engkau. Sedangkan Wa Laka (dan untuk-Mu) adalah ikhlas untuk-Mu.(Lihat: al-Syarah al-Mumti': 7/492).

Di antara macam bacaan tambahan sesudah Basmalah saat menyembelihkan hewan kurban orang lain;

بِسْمِ اللَّه وَاللَّهُ أَكْبَرُ اَللَّهُمَّ هَذَا مِنْكَ وَلَكَ، هَذَا عَنْ فُلَانٍ

“Dengan Nama Allah, Allah Maha Besar, Ya Allah ini dari-Mu dan untuk-Mu, ini kurban dari si fulan (disebutkan namanya).”

Atau dengan tambahan:

اَللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنْ فُلَانٍ وَآلِ فُلَانٍ

"Ya Allah, terimalah kurban dari fulan dan keluarga fulan (dengan menyebut namanya).”

Boleh jadi ada yang mempertanyakan, doa-doa agar diterima kurban tersebut apa tidak termasuk mengada-ngada (bid’ah)? Syaikh Ibnu Jibrin menjelaskan, tambahan doa di atas atau dengan kalimat doa lainnya dibolehkan, karena hal itu termasuk doa.

sumber: voa-islam.com

Minggu, 05 Oktober 2014

11 Aturan dan Adab Shalat Iedul Adha

Dalam shalat ‘Idul Adha disunnahkan agar disegerakan, lebih pagi. Tujuannya, memberi kesempatan kepada kaum muslimin untuk segera menyembelih hewan kurban dan menikmatinya.




Sebelum pelaksanaan shalat terdapat beberapa aturan dan adab berkaitan dengannya.


Berikut ini 11 aturan dan adab-adab Shalat Iedul Adha


1. Bersuci dengan mandi besar (janabah) sebelum berangkat ke tempat shalat.

2. Memakai pakaian terbaik, parfum dan wewangian.

3. Tidak makan (berpuasa kecil) sebelum berangkat ke tempat shalat Idul Adha. Karena hari itu adalah hari penyembelihan hewan kurban, sehingga ia sarapan dari daging hewan kurbannya.

4. Berjalan ke tempat shalat sambil mengumandangkan takbir dan mengeraskannya.

5. Dianjurkan berjalan kaki ke tempat shalat dan tidak naik kendaraan, agar mendapat banyak pahala melalui langkah ke tempat shalat.

6. Mengambil jalan yang berbeda saat berangkat ke tempat shalat dan pulang ke rumahnya.



7. Semua wanita –hingga wanita yang sedang haid- dan anak-anak ikut keluar.

8. Melaksanakan shalat Ied di tanah lapang dan terbuka, bukan di masjid.

9. Tidak ada shalat sunnah sebelumnya.

10. Shalat tidak diawali adzan dan iqomah.

11. Shalat dilaksanakan sebelum khutbah Idul Adha.

sumber: voa-islam.com

Jumat, 03 Oktober 2014

Jenis Hewan Kurban yang Diperbolehkan

Jenis binatang yang boleh dijadikan hewan kurban adalah binatang ternak. Yaitu unta, sapi, kambing atau domba. Kerbau masuk dalam jenis sapi. Hal ini berdasarkan firman Allah Ta'ala,

وَلِكُلِّ أُمَّةٍ جَعَلْنَا مَنْسَكًا لِيَذْكُرُوا اسْمَ اللَّهِ عَلَى مَا رَزَقَهُمْ مِنْ بَهِيمَةِ الْأَنْعَامِ

"Dan bagi tiap-tiap umat telah Kami syariatkan penyembelihan (kurban), supaya mereka menyebut nama Allah terhadap binatang ternak yang telah direzekikan Allah kepada mereka." (QS. Al-Hajj: 34)

Dalam bahasa arab, (sebagaimana yang disebutkan dalam tafsir Ibnu Katsir), yang dimaksud Bahiimatul Al An’aam hanya mencakup tiga binatang yaitu unta, sapi, atau kambing. Oleh karena itu, berqurban hanya sah dengan tiga hewan tersebut dan tidak boleh selain itu. Bahkan sekelompok ulama menukilkan adanya ijma’ (kesepakatan) bahwasanya qurban tidak sah kecuali dengan hewan-hewan tersebut (lihat Shahih Fiqih Sunnah, II/369 dan Al Wajiz 406).

Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah mengatakan, “Bahkan jika seandainya ada orang yang berqurban dengan jenis hewan lain yang lebih mahal dari pada jenis ternak tersebut maka qurbannya tidak sah. Andaikan dia lebih memilih untuk berqurban seekor kuda seharga 10.000 real sedangkan seekor kambing harganya hanya 300 real maka qurbannya (dengan kuda) itu tidak sah…” (Syarhul Mumti’ III/409).



Bahimah An'am: unta, sapi, dan kambing. Ini yang dikenal oleh orang Arab sebagaimana yang dikatakan oleh Al-Hasan, Qatadah, dan selainnya.

Al-‘Allamah Ibnu ‘Asyur dalam al-Tahrir wa al-Tanwir juga menyebutkan bahwa bahimah mencakup empat hewan yang menjadi makanan manusia yaitu unta, sapi, domba dan kambing.

sumber: voa-islam.com