Rabu, 31 Desember 2014

5 Tips Sambut Tahun Baru Masehi

Umat Islam dalam menyambut tahun baru sebaiknya di rumah saja bersama keluarga tercinta menghabiskan sore nan ceria selanjutnya tidur dengan lebih awal agar tubuh kembali fit di pagi harinya.

Seperti di Ancol, Monas, dan HI (Hotel Indonesia), disertai pagelaran berbagai acara yang super mubazir. Maka Muslim di berbagai kota besar inilah tip menghadapi tahun baru Masehi 2015, agar tidak terjerumus kedalam perbuatan yang sangat fasad (merusak) :

5 Tips Sambut Tahun Baru Masehi:


1.Jauhi dan jauhkan hal-hal yang membuat qalbu (hati), pikiran, dan berbagai amal yang dapat merusak diri dari taqarrub (mendekatkan diri) dan mahabbah (mencintai) kepada Allah Azza Wa Jalla.

Karena, begitu banyaknya acara, melalui sarana-sarana yang ada, membuat seorang Muslim, bisa jatuh ke dalam perbuatan maksiat. Apalagi, jangan sampai terjatuh ke dalam perbuatan syirik akbar, seperti ikut merayakan tahun baru Masehi. Karena ini tidak akan pernah diampuni oleh Allah Azza Wa Jalla.

2.Menjelang malam tahun baru Masehi 2015, jangan pergi kemanapun, tetap tinggal di rumah bersama seluruh keluarga.

Tidur lebih awal. Jangan larut malam. Matikan semua lampu di rumah, kecuali lampu tertentu. Diantaranya dapur dan kamar mandi. Sebelum tidur banyak melakukan ibadah. Berdzikir, beristighfar, memohon ampun kepada Allah Azza Wa Jalla. Kemudian shalat, membaca dan mentadzaburi al-Qur’an, dan saling tausiah (menasehati) diantara keluarga.




3.Mengingat dan merenungkan kondisi saudara-saudara Muslim kita yang menghadapi musibah dan fitnah oleh kafir musyrik, dan perang diberbagai negara yang sangat kejam, dan menyebabkan jutaan kematian, dan jutaan lainnya menjadi pengungsi dengan penderitaan mereka.

Tak layak Muslim ikut merayakan acara perayaan ‘musyrik akbar’ tahun baru Masehi. Karena, kaum Masehi yang sudah sangat kejam membunuhi saudara-saudara kita di berbagai tempat, terutama di Palestina. Perlu diingat syirik perbuatan yang paling dibenci oleh Allah Azza Wa Jalla.

4.Mengingat kondisi kaum muslimin di Jerusalem, khususnya Masjidil al-Aqsha yang sekarang diduduki oleh kafir musyrik (Yahudi dan Nasrani), yang menginjak-nginjak tempat suci kaum Muslimin.

Kafir musyrik (Yahudi dan Nasrani) telah menghancurkan al-Aqsha yang menjadi tempat suci Muslim, dan kiblat pertama bagi umat Islam. Maka, ikut dalam hura-hura tahun baru Masehi, membuat hati seorang Muslim menjadi keras, dan tidak lagi peka terhadap kondisi yang dihadapi oleh bangsa Palestinia.

5.Larut dalam acara perayaan tahun baru Masehi di berbagai tempat acara itu, sama halnya kita menyetujui dan mendukung serta ridho dengan segala perbuatan dan tindakan kafir musyrik (Yahudi dan Nasrani) yang sudah menghancur- leburkan kehidupan Muslimin di berbagai negara. Tidak layak dan tidak bermoral ikut bergembira di tengah penderitaan bangsa-bangsa Muslim di seluruh dunia, akibat kekejaman dan kejahatan kafir musyrik, yang mereka menari-nari diatas tumpukan mayat, cucuran darah, dan air mata Muslim.

Maka, sambutlah tahun baru Masehi ini dengan tidak meninggalkan rumah, dan tidak menonton acara apapun, yang terkait perayaan tahun baru Masehi. Termasuk acara tahun baru yang penuh maksiat dan kedurhakaan yang digelar media telivisi nasional.

sumber: voa-islam.com

Jumat, 26 Desember 2014

Isi Surat Nabi Muhammad SAW kepada Najasyi Ash-ham, Raja Habasyah

Pada bulan pertama tahun ke-7 H Rasulullah SAW pun mengirimi Najasyi sebuah surat yang berisi perihal keadaan Ja’far bin Abi Thalib dan kaum muslimin yang mengungsi. Surat itu disampaikan oleh 'Amr bin Umayyah Adh-Dhumari.

Raja Najasyi sangat menghormati surat dari Rasulullah tersebut. Ia menempelkannya pada keningnya, lalu ia turun dari singgasananya sebagai bentuk ketundukannya terhadap apa yang datang padanya.
Isi surat itu sebagai berikut:

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim.

Dari Muhammad Rasulullah SAW kepada Najasyi Ash-ham, raja Habasyah.

Salam sejahtera bagimu. Aku memuji engkau kepada Allah, Yang Mahasuci lagi Perkasa, dan aku bersaksi bahwa Isa AS adalah ruh Allah dan kalimah-Nya yang ditiupkan kepada Maryam, seorang perawan suci, bersih, dan terjaga.

Mariam mengandung Isa AS, kemudian Allah menciptakan Isa AS dari ruh-Nya, dan ditiupkan-Nya ruh itu (ke dalam jasadnya) sebagaimana Adam AS yang diciptakan Allah langsung dengan Tangan-Nya dan ditiupkan-Nya ruh (ke dalam tubuhnya).

Kini aku mengajak engkau untuk menyembah Allah, Yang Maha Esa, dan tidak ada sekutu bagi-Nya, dan terus-menerus menaati-Nya serta mengikuti aku. Juga engkau mempercayaiku dan ajaran-ajaran yang diturunkan-Nya kepadaku bahwa aku adalah utusan-Nya.

Aku telah mengutus kepadamu saudara sepupuku yang bernama Ja’far bersama serombongan kaum muslimin. Layanilah mereka sebaik-baiknya dan tinggalkanlah kesombongan. Aku mengajak engkau dan seluruh tentaramu kepada (agama) Allah. Sungguh telah aku sampaikan risalah dan nasihatku, maka terimalah ajakan dan nasihatku ini.

Salam sejahtera bagi siapa saja yang mengikuti hidayah.




Setelah menerima surat dari Nabi SAW, Raja Najasyi menulis surat balasan kepada beliau:

Bismillaahir Rahmaanir Rahiim.

Untuk Muhammad Rasulullah SAW dari Najasyi Asham bin Abjar

Salam sejahtera. Rahmat dan keberkahan dari Allah semoga tercurah kepada engkau, wahai Nabi Allah.

Tidak ada Tuhan selain Dia, yang telah memberikan petunjuk kepada aku untuk masuk Islam.

Wahai Rasulullah, suratmu telah sampai kepadaku, yang di dalamnya engkau telah menerangkan perkara Isa. Demi Tuhan, Pemelihara langit dan bumi, sesungguhnya Isa tidak lebih dari apa yang telah engkau terangkan dalam suratmu. Aku telah mengetahui ihwal utusan yang engkau hantarkan kepada kami. Dan mengenai saudara sepupumu serta teman-temannya, aku telah melayani mereka dengan pelayanan yang baik. Oleh karena itu aku bersaksi bahwasanya engkau adalah utusan Allah yang benar dan dibenarkan, dan aku berbai’at kepadamu, juga kepada sepupumu, dan aku masuk Islam di tangannya semata-mata karena Allah, Penguasa alam semesta.

Wahai Nabi Allah, aku juga telah mengutus kepada engkau Ariha bin Ash-Ham bin Abjar, karena sesungguhnya aku tidak berkuasa kecuali pada diriku sendiri. Tetapi jika engkau menyuruhku untuk datang sendiri kepadamu, pasti aku bersedia, wahai Rasul Allah, karena sesungguhnya aku bersaksi bahwa segala yang engkau katakan itu adalah benar.

Demikianlah kisah Raja Najasyi dari Habasyah, Ethiopia, yang kemudian beriman kepada Rasulullah SAW. Apa yang diceritakan Rasulullah adalah benar, sesuai dengan ajaran yang disampaikan Nabi Isa AS. Tidak lebih dan tidak kurang.

Raja Najasyi sendiri adalah pengikut ajaran Nabi Isa AS yang taat, yang keyakinannya terhindar dari tipu daya manusia yang telah mengubah ajaran asli Nabi Isa AS.

Kisah Nabi Isa AS yang disampaikan Rasulullah SAW tidak lepas dari wahyu Allah SWT, yang kemudian menjadi bagian dari ayat-ayat Al-Quran. Nabi Isa disebut-sebut Al-Quran sebanyak 24 kali. Ini lebih banyak dibanding Nabi Muhammad sendiri, yang hanya disebut Al-Quran secara langsung sebanyak empat kali.

Penyebutan ini tentu saja dengan alasan.

Pertama, menurut beberapa tafsir Al-Quran, itu karena kedudukan Nabi Isa AS sangat tinggi dalam Islam.

Kedua, adanya keterkaitan antara ajaran Nabi Isa AS dan Nabi Muhammad SAW. Kedua-duanya berasal dari sumber yang sama, yaitu Allah SWT. Hanya saja, di kemudian hari, orang-orang sesat menyelewengkan peninggalan Nabi Isa dan menggantinya dengan agama yang mereka karang sendiri.

sumber: voa-islam.com

Selasa, 23 Desember 2014

Hampir-Hampir Langit Pecah Karena Ucapan itu

"Natal itu memperingati kelahiran anak tuhan (Yesus). Yang membolehkan memakai atribut, gak pernah jadi Kristen kali ya," kata mantan pendeta tersebut di Jakarta, Senin (22/12), dikutip dari Republika Online.

Menurut kristolog nasional ini, hukumnya tasyabbuh bagi mereka yang mengenakan atribut Natal. Itu dalam artian, barangsiapa menyerupai (tasyabbuh), maka ia masuk ke dalam suatu kaum tersebut.

Dia melanjutkan, seharusnya seorang Muslim tegas tidak membenarkan pemakaian atribut apalagi merayakan hari kelahiran tersebut. Ia menegaskan, dalam Al-Qur’an Surat Maryam Ayat 88 sampai 92 telah dijelaskan bahwa Allah sangat murka terkait hal itu.




Dan mereka (orang-orang kafir) berkata,

َقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا (٨٩)
تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنْشَقُّ الأرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا (٩٠)
أَنْ دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا (٩١)
وَمَا يَنْبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَنْ يَتَّخِذَ وَلَدًا (٩٢)

89. Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang sangat mungkar,
90. Hampir-hampir langit pecah karena Ucapan itu, dan bumi belah, dan gunung-gunung runtuh,
91. karena mereka menda'wakan Allah yang Maha Pemurah mempunyai anak.
92. dan tidak layak bagi Tuhan yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) anak.
(QS Maryam: 88 – 92).
“Ayat itu menjelaskan, sungguh kalian (orang-orang kafir) telah mendatangkan mungkar pada-KU (Allah). Langit, gunung dan seisi bumi saja dijelaskan protes, loh kok kita (Muslim) malah mau ngucapin atau ikut merayakan. Sesama tokoh masih berdebat antara boleh dan tidak,” kata Ustadz Syamsul.

sumber: islampos.com

Senin, 22 Desember 2014

Mencari Dalil Larangan Ucapan Selamat Natal

Semoga umat Islam tidak terkecoh dengan celoteh para kaum liberal yang menyesatkan.

Ustadz Yusuf Mansur memang dikenal sangat dekat dengan dunia selebriti. Akan tetapi, ketenarannya dan kedekatan beliau dengan para pejabat serta selebriti tidak membuat beliau lupa akan kewajiban untuk beramar makruf nahyi munkar sekuat tenaga beliau.

Hal itu dibuktikan, dari beberapa tulisannya di twitter dan ceramah beliau banyak direspon oleh para pejabat dan, cukup membuat gerah para politisi sekuler dan cendekiawan liberal yang sok eksis.

Mulai kasus Menteri Pendidikan yang sekaligus Rektor Paramadina, sekolah tinggi pencetak manusia liberal, siapa lagi kalau bukan Anis Baswedan, calon wurung presiden Demokrat yang singgah ke pangkuan Jokowi, yang mencoba mengotak atik masalah doa di sekolahan, meski sekedar “Test the Water”, alhamdulilah Ustadz Yusuf Mansur dengan tepat merespon lewat twitter dan konon juga langsung telpon juga, dan kini isu itu tertangani dengan baik.

Bukan hanya itu, Ustadz Yusuf Mansur juga mengingatkan Presiden Jokowi untuk tidak hadir dalam perayaan Natal Nasional di Jayapura Papua, pada tanggal 27 Desember 2014, yang dananya mencapai 20 milyar.

Kini giliran pentolan Jaringan Islam Liberal (JIL) Ulil Abshar Abdalla yang sekarang sembunyi diketiak Demokrat ini, mencoba menantang Ustadz Yusuf Mansur untuk menunjukan dalil haramnya bagi umat Islam mengucapkan selamat natal untuk kafir Kristen dan katolik.

“Nggak ada larangan, baik di Quran maupun di hadis, untuk ucapkan Selamat Natal, Ustadz. Coba aja dicari. :)” tulis Ulil sembari me-mensen akun twitter Ustadz Yusuf Mansur.

Menurut Ulil, mengucapkan selamat natal bukan berarti menyetujui doktrin agama Kristen.

“Sama dengan umat Kristen yang mengucapkan Selamat Idul Fitri bukan berarti langsung mengakui doktrin tauhid ala Islam,” lanjutnya.
Karenanya, ia menegaskan bahwa mengharamkan mengucapkan selamat natal adalah kekeliruan.

“Tak ada paksaan untuk ucapkan Selamat Natal/Selamat Idul Fitri. Yang mau monggo, yang ngga juga ndak apa-apa. Tapi kalau mengharamkan, keliru.”

Ulil bahkan perlu mengulangi sekali lagi bahwa mengharamkan mengucapkan selamat natal adalah keliru.




“Sekali lagi tak ada larangan mengucapkan Selamat Natal di Quran atau hadis. Yang mengharamkannya, menurut saya, keliru,” tegasnya.demikian di lansir dari bersamadakwah.

Menanggapi polah tingkah Ulil “JIL” ini, reporter Voa-Islam mencoba meminta tanggapan Ustadz Abu Usamah Bin Adam Kohar El Blory salah seorang aktivis dakwah pergerakan di kota Blora , pada Jum’at (12/12/2014). Dengan nada santai beliau katakan:

“Sikap Ulil itu justru menunjukan bahwa dirinya itu bodoh sekali tentang ajaran Islam, jadi kalau dia masih mempertanyakan apakah mengucapkan selamat natal boleh atau tidak, ada dalilnya atau tidak, berarti dia selama ini belajar apa? Ajaran Islam apa ajaran setan? Kalau yang di pelajari ajaran Islam, seluruh ulama telah sepakat bahwa mengucapkan selamat natal kepada kafir Kristen itu haram” tegas ustadz yang juga menjadi pengasuh Maqdis Darul Anshor Ngawen Blora .

sumber: [syahid/protonema/voa-islam.com], http://www.voa-islam.com/read/indonesiana/2014/12/15/34504/tantang-ustadz-yusuf-mansur-cari-dalil-haram-ucapkan-selamat-natal-ulil-jil-dinilai-bodoh/

Rabu, 17 Desember 2014

2 Hal Saja Boleh Durhaka Kepada Orangtua

Durhaka kepada orang tua adalah tindakan terlaknat yang membawa seseoran masuk kedalam kesuraman. Mengecewakan Abi dan Ummi merupakan prestasi buruk dalam hidup, karena membahagiakan mereka adalah kewajiban setiap putra dan putrinya.

Akan tetapi, dalam pandangan Islam, ada dua persoalan yang tidak termasuk durhaka kepada orang tua bila dilakukan, meskipun orang tua marah dan kecewa kepada sikap kita. Apakah dua persoalan itu?

2 Hal Saja Boleh Durhaka Kepada Orangtua


1. Memberikan Kesaksian Benar yang Memberatkan Orang Tua

Memberikan kesaksian benar yang memberatkan kedua orang tua, jika kedua rang tua itu memiliki tanggungan hak orang lain, bukan termasuk perilaku durhaka sama sekali, justru termasuk bentuk bakti kepada orang tua.

“Wahai orang-orang yang beriman, jadilah kamu orang yang benar-benar penegak keadilan, menjadi saksi karena Allah biarpun terhadap dirimu sendiri atau ibu bapa dan kaum kerabatmu. Jika ia kaya ataupun miskin, maka Allah lebih tahu kemaslahatannya. Maka janganlah kamu mengikuti hawa nafsu karena ingin menyimpang dari kebenaran. Dan jika kamu memutar balikkan (kata-kata) atau enggan menjadi saksi, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Mengetahui segala apa yang kamu kerjakan” (QS An Nisa[4]: 135).

Diriwayatkan dalam Shahih Al-Bukhari, bahwasanya Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda kepada para sahabatnya,

انْصُرْ أَخَاكَ ظَالِمًا أَوْ مَظْلُومًا

“Tolonglah saudaramu yang berbuat zalim dan yang dizalimi.”

Kemudian ada seseorang bertanya tentang bagaimana cara menolong orang yang berbuat zalim? Beliau menjawab, “Kamu cegah dia dari berbuat zalim, maka sesungguhnya engkau telah menolongnya.”

Maka bukanlah sebuah sikap durhaka kepada orang tua, bila kita mendapati diantara kedua orang tua kita ternyata melakukan sebuah kedustaan sedangkan kita tahu, maka wajib bagi kita untuk meluruskan, dan bila kita diminta untuk bersaksi bahwa kedua orang tua jelas berbohong, maka wajib seoarang anak berkata dengan benar, meski harus menyalahkan tindakan kedua orang tuanya.

Karena dalam Islam, membela sebuah kebenaran itu adalah kewajiban, selain itu dengan kita berkata benar, mekipun kedua orang tua kita marah, maka hakikatnya kita sedang menolong mereka dari kebinasaan.

Hanya saja, bagaimanapun salah orang tua kita bila jelas data dan fakta, sebaiknya seorang anak tetap memakai akhlak dan kalimat yang santun dalam memberikan sebuah kesaksian. Sebagai tanda bukti bahwa kita masih menghormati mereka sebagai anak kepada orang tuanya.



2. Meninggalkan Perintah Orang Tua demi Perintah Allah dan Rosul

Membela kebenaran adalah harga mati, kebanaran yang dimaksudkan adalah segala sesuatu yang datang dari wahyu Allah. Apabila hal ini terjadi pada kita, dimana orang tua lebih memilih pada kebatilan sedangkan kita berpihak pada kebenaran, maka wajib bagi kita untuk istiqomah dalam kebenaran.

Muslimah yang diperintah untuk mencopot jilbabnya, ikhwan yang dipaksa mencukur jenggotnya biar keliatan muda, pegawai yang dimarahi karena celananya mendadak cingkrang, atau dipaksa dipajang di depan para tamu di saat walimahan pernikahan.

Terlebih lagi bila orang tua memerintahkan untuk melakuan sebuah tindakan syirik atau mengajak pada pemahaman syirik untuk diyakini, maka hal seperti ini haram untuk diikuti. Di dalam kitab Al Quran, Allah -Ta’ala- menjelaskan hal ini dalam firman-Nya,

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا وَإِنْ جَاهَدَاكَ لِتُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ [العنكبوت/8]

“Dan Kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan kepada dua orang tuanya. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Hanya kepada-Ku-lah kembalimu, lalu Aku kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan”. (QS. Al-Ankabut : 8 )

Allah -Azza wa Jalla- berfirman,

وَوَصَّيْنَا الْإِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِي عَامَيْنِ أَنِ اشْكُرْ لِي وَلِوَالِدَيْكَ إِلَيَّ الْمَصِيرُ (14) وَإِنْ جَاهَدَاكَ عَلَى أَنْ تُشْرِكَ بِي مَا لَيْسَ لَكَ بِهِ عِلْمٌ فَلَا تُطِعْهُمَا وَصَاحِبْهُمَا فِي الدُّنْيَا مَعْرُوفًا وَاتَّبِعْ سَبِيلَ مَنْ أَنَابَ إِلَيَّ ثُمَّ إِلَيَّ مَرْجِعُكُمْ فَأُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ [لقمان/14، 15]

“Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu. Hanya kepada-Kulah kembalimu. Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu mengikuti keduanya. Dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah jalan orang yang kembali kepada-Ku. Kemudian hanya kepada-Kulah kembalimu, maka Aku akan beritakan kepadamu apa yang telah kalian kerjakan”.(QS. Luqman : 14-15)

Al-Imam Muhammad bin Ali Asy-Syaukaniy -rahimahullah- berkata:

“Jika ketaatan kepada kedua orang tua tidak boleh dalam kondisi seperti ini, padahal keduanya memaksa sang anak, maka tidak bolehnya taat kepada keduanya (yakni, dalam maksiat), karena hanya sekedar permintaan mereka, tanpa ada paksaan adalah lebih utama. Digolongkan dalam permintaan kesyirikan oleh keduanya, seluruh kemaksiatan kepada Allah –Subhanahu-. Jadi, tak ada ketaatan kepada kedua orang tua dalam perkara kemaksiatan kepada Allah sebagaimana hal itu telah shohih dari Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-“. [Lihat Fathul Qodir (5/430)]

Bagaiaman pun tingginya kedudukan orang tua kita, maka seorang anak dilarang keras dalam agama untuk menaati mereka dalam perkara maksiat. Yakni, jika mereka menyuruh kita berbuat maksiat dan dosa, baik dipaksa atau tidak, maka haram hukumnya menaati mereka menurut agama!

Hal yang seperti ini sama hukumnya dengan pimpinan negara atau panglima pasukan. Jika mereka memerintahkan kita berbuat maksiat, maka tak boleh kita taati, siapapun dia!

Dari Ali bin Abi Tholib -radhiyallahu anhu- berkata,

أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- بَعَثَ جَيْشًا وَأَمَّرَ عَلَيْهِمْ رَجُلاً فَأَوْقَدَ نَارًا وَقَالَ ادْخُلُوهَا. فَأَرَادَ نَاسٌ أَنْ يَدْخُلُوهَا وَقَالَ الآخَرُونَ إِنَّا قَدْ فَرَرْنَا مِنْهَا. فَذُكِرَ ذَلِكَ لِرَسُولِ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- فَقَالَ لِلَّذِينَ أَرَادُوا أَنْ يَدْخُلُوهَا « لَوْ دَخَلْتُمُوهَا لَمْ تَزَالُوا فِيهَا إِلَى يَوْمِ الْقِيَامَةِ ». وَقَالَ لِلآخَرِينَ قَوْلاً حَسَنًا وَقَالَ « لاَ طَاعَةَ فِى مَعْصِيَةِ اللَّهِ إِنَّمَا الطَّاعَةُ فِى الْمَعْرُوفِ ».

“Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- pernah mengirim pasukan dan mengangkat bagi mereka seorang pimpinan.Kemudian pimpinan itu menyalakan api seraya berkata, “Masukilah api itu!!”

Beberapa orang ingin masuk ke api itu. Yang lain lagi berkata, “Sesungguhnya kita itu lari dari api”.

Akhirnya, perkara itu dilaporkan kepada Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam-. Kemudian Rasulullah -Shallallahu alaihi wa sallam- bersabda kepada orang-orang yang mau memasuki api itu,

“Andaikan kalian memasukinya, maka kalian akan terus berada dalam api itu sampai hari kiamat”.

Beliau mengucapkan ucapan yang baik kepada kelompok yang lain, seraya bersabda, “Tak ada ketaatan kepada makhluk dalam rangka bermaksiat kepada Allah.Ketaatan itu hanyalah dalam perkara yang ma’ruf”. [HR. Al-Bukhoriy dalam Shohih-nya (7257) dan Muslim dalam Shohih-nya (1840)]

sumber: voa-islam.com

Senin, 15 Desember 2014

Hanya Satu Agama yang Benar, Islam

Di antara keyakinan dasar dalam Islam yang harus dipegang setiap muslim, tidak ada agama yang benar di muka bumi ini selain Islam. Tidak ada lagi agama yang sah dijadikan ibadah kepada Allah selain agama Islam. Islam satu-satunya agama yang diridhai Allah, Tuhan semesta alam. Dia tidak akan menerima bentuk ibadah dengan selain Islam.
Allah SWT berfirman,

الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا

“Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Ku-ridai Islam itu jadi agama bagimu.”
(QS. Al-Maidah: 3).

Jadi agama Islamlah yang paling sempurna, diridhai Allah SWT, dengan kata lain, selain dari Islam pasti akan salah dan akan dimurkai Allah SWT.

وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
(QS. Ali Imran: 85).




وَمَنْ يَبْتَغِ غَيْرَ الْإِسْلَامِ دِينًا فَلَنْ يُقْبَلَ مِنْهُ وَهُوَ فِي الْآَخِرَةِ مِنَ الْخَاسِرِينَ

“Barangsiapa mencari agama selain dari agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia diakhirat termasuk orang-orang yang rugi.”
(QS. Ali Imran: 85)

Dan Islam setelah diutusnya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah apa yang beliau bawa.

Kamis, 11 Desember 2014

Kenapa Muslim Dilarang Memakai Atribut Natal

Keyakinan Natal dan perayaannya bagian dari kemungkaran dan kebatilan. Hamba Allah yang beriman berlepas diri darinya dan tidak mau terlibat di dalamnya. Allah Ta'ala menyifati Ibadurrahman bersih dari semua itu:

وَالَّذِينَ لَا يَشْهَدُونَ الزُّورَ

"Dan orang-orang yang tidak memberikan persaksian palsu. . ." (QS. Al Furqaan: 72) Makna al Zuur, adalah hari raya dan hari besar kaum musyrikin sebagaimana yang dikatakan Ibnu Abbas, Abul 'Aliyah, Ibnu sirin, dan ulama lainnya dari kalangan sahabat dan tabi'in.


Dalil haramnya mengenakan atribut Natal yang salah satunya kostum Santa Klause karena perbuatan tersebut menyerupai orang kafir dalam mengagungkan keyakinan batil. Sedangkan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah bersabda,

مَنْ تَشَبَّهَ بِقَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ

“Barangsiapa menyerupai suatu kaum, maka ia termasuk golongan mereka.”
(HR. Abu Dawud dan dishahihkan Ibnu Hibban)



Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullaah dalam bukunya Iqtidha’ ash-Shirath al-Mustaqim Mukhalafah Ashab al-Jahim menyebutkan, “Menyerupai mereka dalam sebagian hari raya milik mereka menumbuhkan rasa senang pada hati mereka (kaum muslimin) terhadap keyakinan batil mereka.” Demikian ucapan beliau rahimahullah.

Dan barangsiapa melakukan perbuatan tersebut (memakai topi dan atribut Santaclause), maka ia berdosa, baik ia melakukannya sekedar pekerjaan yang menghasilkan uang, karena tidak enak dengan atasan atau sebab lainnya. Karena perbuatan tersebut termasuk bentuk mudahanan (penyepelan) terhadap agama Allah dan bisa menyebabkan teguhnya jiwa kaum kuffar dan membanggakan agama mereka. Wallahu A’lam.

sumber: islampos.com

Minggu, 07 Desember 2014

2 Video Debat Nikah Beda Agama

Belum lama ini terdengar berita dari media bahwa ada beberapa mahasiswa dari universitas ternama mengajukan gugatan atas Undang-undang Perkawinan ke Mahkamah Konstitusi.

Dengan maksud untuk melegalkan Pernikahan Beda Agama terjadi di Indonesia. Diskusi ini menghadirkan Fahmi Salim, MA, Ketua MIUMI DKI Jakarta & Pengurus MUI Pusat sebagai pihak yang menentang Pernikahan Beda Agama dan Ulil Abshar Abdalla, Co-Founder JIL (Jaringan Islam Liberal) sebagai pihak yang mendukung Pernikahan Beda Agama.




Tepat pukul 14.00 WIB, acara ini dibuka oleh Fauzi Hasan (Ketua YISC Al-Azhar periode 2012-2013) yang bertugas sebagai MC hari itu. Setelah pembacaan ayat suci Al-Qur’an, MC langsung saja memberikan kesempatan kepada moderator agar memulai diskusi tersebut.

Ini video debat nukah beda agama.

Video 1.



Video 2.



sumber:
voa-islam.com

Rabu, 03 Desember 2014

Teruslah Berdoa Hingga Allah SWT Menjawab

Ahli Bedah terkenal bernama Dr. Ishan telihat tergesa-gesa menuju air port.

Ia berencana menghadiri Seminar Dunia dalam bidang kedokteran, yang akan membahas penemuan terbesarnya di bidang kedokteran. Setelah perjalanan pesawat sekitar 1 jam, tiba-tiba diumumkan bahwa pesawat mengalami gangguan dan harus mendarat di airport terdekat. Karena merasa diburu waktu, ia kemudian mendatangi pusat informasi.

“Saya ini dokter specialis, tiap menit ada orang yang mesti saya bantu, dan sekarang kalian meminta saya menunggu pesawat diperbaiki dalam 16 jam?” kata Dr Ishan.

Petugas bandara pun menjawab, “Wahai dokter, jika Anda terburu-buru, Anda bisa menyewa mobil, tujuan Anda tidak jauh lagi dari sini, kira-kira dengan mobil bisa ditempuh dengan waktu 3 jam.

Dr. Ishan setuju dengan usul pegawai tersebut dan menyewa mobil. Baru berjalan 5 menit, tiba-tiba cuaca mendung, disusul dengan hujan besar disertai petir yang mengakibatkan jarak pandang sangat pendek.

Setelah berlalu hampir 2 jam, mereka tersadar bahwa mereka tersesat dan terasa kelelahan. Terlihat sebuah rumah kecil tidak jauh dari hadapannya, dihampirilah rumah tersebut dan mereka mulai mengetuk pintunya.




Dalam rumah itu terdengar suara seorang wanita tua. “Silahkan masuk, siapa ya?” kata wanita tua itu sambil membukakan pintu rumahnya. “Kami tersesat bu, kalau boleh, bisa pinjam telefonnya?” pinta Pak Ishan. Ibu itu tersenyum dan berkata, “Telefon apa Nak? Apa kamu tidak sadar ada dimana? Disini tidak ada listrik, apalagi telefon. Lebih baik tunggu saja di dalam, Nak. Hujannya semakin lebat” ajak wanita tua itu.

Mereka pun masuk. Mereka diberi segelas teh hangat dan beberapa hidangan alakadarnya. Dr. Ishan mengucapkan terima kasih kepada ibu itu, lalu memakan hidangan, sementara ibu itu sholat dan berdo’a serta perlahan-lahan mendekati seorang anak kecil yang terbaring tak bergerak diatas kasur disisi ibu tersebut, dan dia terlihat gelisah diantara tiap sholat.

Ibu tersebut melanjutkan sholatnya dengan do’a yang panjang. Dokter mendatanginya dan berkata,”Demi Allah, ibu telah membuat saya kagum dengan keramahan dan kemuliaan akhlak ibu, semoga Allah menjawab do’a-do’a ibu”.

“Nak, kamu itu ibnu sabil yang sudah diwasiatkan Allah untuk dibantu. Sedangkan
do’a-do’a saya sudah dijawab Allah semuanya, kecuali satu” pungkas sang wanita.

Dr. Ishan kemudian bertanya, “Apa yang ibu pinta?” Dengan suara lirih wanita itu menjawab, “Anak ini adalah cucu saya, dia yatim piatu. Dia menderita sakit yang tidak bisa tertolong oleh dokter-dokter yang ada disini. Mereka berkata kepada saya ada seorang dokter ahli bedah yang bisa membantunya, katanya namanya Dr. Ishan, akan tetapi dia tinggal jauh dari sini. Saya tidak mungkin membawa anak ini ke sana, dan saya khawatir terjadi apa-apa di jalan. Makanya saya berdo’a kepada Allah agar menyembuhkannya’

Menangislah Dr. Ishan dan berkata sambil terisak, “Allahu Akbar, Laa haula wala quwwata illa billah. Demi Allah, sungguh do’a ibu telah membuat pesawat rusak dan harus diperbaiki lama serta membuat hujan petir dan menyesatkan kami, hanya untuk mengantarkan saya ke tempat ibu secara cepat dan tepat. Saya lah Dr. Ishan Bu. Sungguh Allah Ta’ala telah menciptakan sebab seperti ini kepada hamba-Nya yang mu’min dengan do’a. Ini adalah perintah Allah kepada saya untuk membantu anak ini. Masya Allah… Tabarakallah…” [sumber: Ibrahim Al Hanif]

sumber: islampos.com

Senin, 01 Desember 2014

25 Dosa Istri Kepada Suami

Sebelum menikah pasti ada kesepakatan antara suami dan istri mengenai pernikahan dan sebagainya bahkan prinsip masing-masing perlu diutarakan keduanya dengan tujuan kelak setelah menjadi suami istri akan terjalin keakuran seperti harapan kedua belah pihak dan orang-orang terdekatnya.

Namanya saja juga hidup berumah tangga, pasti ada saja gesekan antara suami dan istri. Dan mungkin juga apa yang kita lakukan sebagai seorang istri ada yang tidak berkenan di hati suami kita. Coba lihat 26 poin di bawah ini, jangan-jangan pernah ada yang kita lakukan?



25 Dosa Istri Kepada Suami:


1. berlebihan dan menuntut kesempurnaan
2. kurang memperhatikan orang tua suami
3. kurang mempercantikkan diri di hadapan suami
4. banyak berkeluh kesah dan kurang bersyukur
5. mengungkit-ungkit kebaikan kepada suami
6. menyebarkan masalah rumahtangga kepada orang lain
7. kurang memperhatikan posisi dan status sosial suami
8. kurang membantu suami dalam kebajikan dan ketakwaan
9. membebani suami dengan banyak tuntutan
10. membuat suami risau dengan banyak menjalin hubungan
11. bersikap nusyuz terhadap suami
12. menolak ajakan suami berhubungan badan tanpa alasan yang jelas
13. lalai dalam melayani suami
14. memasukkan orang yang tidak diizinkan suami de dalam rumahnya
15. keluar dari rumah tanpa izin suami
16. menaati suami dalam kemaksiatan kepada Allah swt
17. cemburu berlebihan terhadap suami
18. buruknya perilaku isteri bila suamiberpoligami
19. lalai dalam mendidik anak-anak
20. kurang perhatian terhadap keadaan dan perasaan suami
21. menyebarluaskan rahasia tempat tidur
22. isteri mendeskripsikan seorang perempuan kepada suami
23. menggugat kepimpinan suami
24. isteri yang ikhtilah dan tabarruj di hadapan kaum laki-laki
25. kurang setia terhadap suami

sumber: islampos.com

Jumat, 28 November 2014

12 Orang yang Selalu Didoakan Malaikat

Ada orang-orang tertentu yang didoakan oleh malaikat berdasarkan riwayat hadits dari Rasulullah SAW.

Orang-orang itulah yang termasuk orang-orang pilihan. Mereka termasuk ke dalam kriteria khusus yang mendapatkan do’a dari para malaikat. Setidaknya ada 12 orang yang akan selalu didoakan oleh malaikat karena mengerjakan hal-hal tersebut di bawah ini.

Siapa sajakah mereka ya.

12 Orang yang Selalu Didoakan Malaikat


1. Orang yang sedang duduk menunggu waktu shalat

“Tidaklah salah seorang di antara kalian yang duduk menunggu shalat, selama ia berada dalam keadaan suci, kecuali para malaikat akan mendoakannya: ‘Ya Allah, ampunilah ia. Ya Allah sayangilah ia’,” (HR. Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Muslim 469).

2. Orang yang tidur dalam keadaan bersuci

Rasulullah SAW bersabda, “Barangsiapa yang tidur dalam keadaan suci, maka malaikat akan bersamanya di dalam pakaiannya. Dia tidak akan bangun hingga Malaikat berdoa ‘Ya Allah, ampunilah hambamu si fulan karena tidur dalam keadaan suci’,” (Imam Ibnu Hibban meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/37).

3. Orang-orang yang berada di shaf barisan depan di dalam shalat berjamaah

“Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada (orang-orang) yang berada pada shaf-shaf terdepan,” (Imam Abu Dawud (dan Ibnu Khuzaimah) dari Barra’ bin ‘Azib).

4. Orang-orang yang menyambung shaf (tidak membiarkan sebuah kekosongan di dalam shaf)

Para Imam yaitu Ahmad, Ibnu Majah, Ibnu Khuzaimah, Ibnu Hibban dan Al Hakim meriwayatkan dari Aisyah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat selalu bershalawat kepada orang-orang yang menyambung shaf-shaf,” (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhib wat Tarhib I/272).

5. Para malaikat mengucapkan ‘amin’ ketika seorang imam selesai membaca al-Fatihah

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallaahu ‘anhu, bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Jika seorang imam membaca ‘ghairil maghdhuubi ‘alaihim waladh dhaalinn’, maka ucapkanlah oleh kalian ‘aamiin’, karena barangsiapa ucapannya itu bertepatan dengan ucapan malaikat, maka ia akan diampuni dosanya yang masa lalu,” (Shahih Bukhari no. 782).




6. Orang yang duduk di tempat shalatnya setelah melakukan shalat

“Para malaikat akan selalu bershalawat (berdoa) kepada salah satu di antara kalian selama ia ada di dalam tempat shalat di mana ia melakukan shalat, selama ia belum batal wudhunya, (para malaikat) berkata: ‘Ya Allah ampunilah dan sayangilah ia’,” (HR. Imam Ahmad dari Abu Hurairah, Al Musnad no. 8106).

7. Orang-orang yang melakukan shalat shubuh dan ‘ashar secara berjama’ah

IMAM Ahmad meriwayatkan dari Abu Hurairah ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Para malaikat berkumpul pada saat shalat shubuh lalu para malaikat (yang menyertai hamba) pada malam hari (yang sudah bertugas malam hari hingga shubuh) naik (ke langit), dan malaikat pada siang hari tetap tinggal. Kemudian mereka berkumpul lagi pada waktu shalat ‘ashar dan malaikat yang ditugaskan pada siang hari (hingga shalat ‘ashar) naik (ke langit). Sedangkan malaikat yang bertugas pada malam hari tetap tinggal, lalu Allah bertanya kepada mereka, ‘Bagaimana kalian meninggalkan hambaku?’ Mereka menjawab, ‘Kami datang sedangkan mereka sedang melakukan shalat dan kami tinggalkan mereka sedangkan mereka sedang melakukan shalat, maka ampunilah mereka pada hari kiamat’,” (Al Musnad no. 9140, hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Ahmad Syakir).

8. Orang yang mendoakan saudaranya tanpa sepengetahuan orang yang didoakan

Rasulullah SAW bersabda, “Doa seorang muslim untuk saudaranya yang dilakukan tanpa sepengetahuan orang yang didoakannya adalah doa yang akan dikabulkan. Pada kepalanya ada seorang malaikat yang menjadi wakil baginya, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya dengan sebuah kebaikan, maka malaikat tersebut berkata ‘aamiin dan engkaupun mendapatkan apa yang ia dapatkan’,” (Diriwayatkan oleh Imam Muslim dari Ummud Darda’ ra., Shahih Muslim no. 2733).

9. Orang-orang yang berinfak

“Tidak satu hari pun di mana pagi harinya seorang hamba ada padanya kecuali 2 malaikat turun kepadanya, salah satu di antara keduanya berkata, ‘Ya Allah, berikanlah ganti bagi orang yang berinfak’. Dan lainnya berkata, ‘Ya Allah, hancurkanlah harta orang yang pelit,” (HR. Imam Bukhari dan Imam Muslim dari Abu Hurairah, Shahih Bukhari 1442 dan Shahih Muslim 1010).

10. Orang yang makan sahur

IMAM Ibnu Hibban dan Imam Ath Thabrani, meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ra., bahwa Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah dan para malaikat-Nya bershalawat kepada orang-orang yang makan sahur,” (hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al Albani dalam Shahih At Targhiib wat Tarhiib I/519).

11. Orang yang sedang menjenguk orang sakit

“Tidaklah seorang mukmin menjenguk saudaranya, kecuali Allah akan mengutus 70.000 malaikat untuknya yang akan bershalawat kepadanya di waktu siang kapan saja hingga sore dan di waktu malam kapan saja hingga shubuh,” (HR. Imam Ahmad dari ‘Ali bin Abi Thalib, Al Musnad 754).

12. Seseorang yang sedang mengajarkan kebaikan kepada orang lain

“Keutamaan seorang alim atas seorang ahli ibadah bagaikan keutamaanku atas seorang yang paling rendah di antara kalian. Sesungguhnya penghuni langit dan bumi, bahkan semut yang di dalam lubangnya dan bahkan ikan, semuanya bershalawat kepada orang yang mengajarkan kebaikan kepada orang lain,” (HR. Imam Tirmidzi dari Abu Umamah Al Bahily).

sumber: islampos.com

Rabu, 26 November 2014

Hikmah Dibalik Tertolaknya Doa

ADA seseorang yang rajin berdoa, meminta sesuatu kepada Allah.

Orangnya begitu sholeh dan ibadahnya pun baik. Tetapi do’a yang dipanjatkannya tak kunjung terkabul. Sebulan menunggu masih belum terkabul juga. Tetap dia berdoa. Tiga bulan berlalu juga belum terkabul. Tetap dia meneruskan do’anya. Hingga hampir satu tahun doa yang ia panjatkan, belum terkabul juga.

Dia melihat teman kantornya. Orangnya biasa saja. Tak istimewa. Sholat masih bolong-bolong. Kelakuannya juga sering nggak beres, sering tipu-tipu, bohong sana-sini. Tapi anehnya, apa yang dia doakan, semuanya dipenuhi.

Orang sholeh ini pun heran. Akhirnya, dia pun mendatangi seorang ustadz. Berceritalah dia mengenai permasalahan yang sedang dihadapi. Tentang doanya yang sulit terkabul padahal dia taat, sedangkan temannya yang bandel, malah mendapat apa yang dia inginkan.

Tersenyumlah ustadz ini. Bertanyalah sang ustadz ke orang shalih ini, “kalau Anda lagi duduk di warung, kemudian datang pengamen, tampilannya urakan, maen musiknya gak benar, suaranya fals, bagaimana?”, orang sholeh tadi menjawab, “segera saya kasih pak ustadz, gak tahan ngeliat dan ndengerin dia lama-lama di situ, sambil nyanyi pula.”

“Kalau pengamennya yang dateng rapi, main musiknya enak, suaranya empuk, bawain lagu yang kamu suka, bagaimana?” tanya sang ustadz lagi. Orang shalih pun segera menjawab, “wah, kalo gitu, saya dengerin ustadz. Saya biarin dia nyanyi sampai habis. Lama pun nggak masalah. Kalau perlu saya suruh nyanyi lagi. Nyanyi sampai sealbum pun saya rela. Kalau pengamen tadi saya kasih 500 rupiah, yang ini 50.000 rupiah juga berani, ustadz.”




Pak ustadz pun tersenyum dan menjelaskan “begitulah nak.. Allah ketika melihat engkau, yang sholeh, datang menghadap-Nya, Allah betah ndengerin doamu. Melihat kamu. Dan Allah pengen sering ketemu kamu dalam waktu yang lama. Buat Allah, ngasih apa yang kamu mau itu gampang betul. Tapi Dia ingin menahan kamu biar khusyuk, biar deket sama Dia. Coba bayangin, kalo doamu cepet dikabulin, apa kamu bakal sedekat ini? Dan di penghujung nanti, apa yang kamu dapatkan kemungkinan besar jauh lebih besar dari apa yang kamu minta.”

“Beda sama temenmu itu. Allah gak mau kayaknya, dia deket-deket sama Allah. Udah dibiarin biar bergelimang dosa aja dia ini. Makanya Allah buru-buru kasih aja. Udah. Jatahnya ya segitu doang. Gak nambah lagi.” lanjut sang ustadz.

“Dan yakinlah..”, kata sang ustadz, “kalaupun apa yang kamu minta ternyata gak Allah kasih sampai akhir hidupmu, masih ada akhirat, nak. Sebaik-baik pembalasan adalah jatah surga buat kita. Nggak bakal ngerasa kurang kita di situ.”

sumber: islampos.com

Jumat, 21 November 2014

Allah SWT Tidak Lelah Menciptakan Bumi dan Isinya Selama 6 Hari

Mengapa Allah SWT berfirman, "dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan?"

Karena pada waktu itu orang Yahudi berkeyakinan bahwa Allah SWT merasa kelelahan dalam menciptakan langit, bumi dan isinya selama enam hari.

Oleh karena itu Allah SWT membantahnya dengan tegas, bahwa Tuhan tidak merasakan lelah seperti dugaan orang-orang Yahudi itu. Yahudi berkata, "Kemudian Alloh kelelahan dan beristirahat di hari yang ketujuh."




Oleh karena itu Alloh berfirman "dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan."

وَلَقَدْ خَلَقْنَا السَّمَاوَاتِ وَالأرْضَ وَمَا بَيْنَهُمَا فِي سِتَّةِ أَيَّامٍ وَمَا مَسَّنَا مِنْ لُغُوبٍ

Artinya:
"dan Sesungguhnya telah Kami ciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya dalam enam masa, dan Kami sedikitpun tidak ditimpa keletihan."
(QS. Qaf: 38).

Wallahu A'lam

Kamis, 20 November 2014

Sahabat Pertama yang Memenggal Kepala

Rasulullah SAW bersabda,

إن الله كتب الإحسان على كل شيء فإذا قتلتم فأحسنوا القتلة

“Sesungguhnya Allah memerintahkan berbuat baik dalam segala sesuatu. Jika kalian membunuh (Baik itu membunuh musuh (orang kafir), melakukan qishosh atau memerangi kau murtad), maka baguskanlah cara membunuhnya” [HR Muslim]

Siapa yang Pertama kali memenggal musuh?

Memenggal kepala pertama kali dilakukan oleh sahabat. Beliau adalah Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu. Ibnu Mas’ud memenggal musuh Allah dan gembong kekufuran, Abu Jahl.

Kisah pemenggalan tersebut kita bisa dapati di Kitab Shahihul Bukhori Kitab al-Maghazi Bab Qatli Abi Jahl Karya Imam Bukhori dan Kitab al-Bidayah wan Nihayah bab Maqtal Abi Jahl la’anahullah karya Imam Ibnu Katsir.

Peristiwa itu terjadi dalam Perang Badr. Sebelumnya kematiannya melalui tangan Ibnu Mas’ud, Abu Jahl terluka oleh tombak Mua’dz bin Amru bin Jamuh. Mu’adz ibnul Jamuh pun terluka, di mana tangannya terputus karena sabetan pedang anak Abu Jahl, Ikrimah.

Mu’adz bin Afra’ melawati Abu Jahl dan menambah luka Abu Jahl dengan tombaknya. Setelah pertempuran selesai, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam ingin mengkonfirmasi kalau gembong kekufuran, Abu Jahl, telah tewas. Maka Ibnu Mas’ud pun mengajukan diri untuk bertanggungjawab untuk memastikan kematian Abu Jahl.




Ibnu Mas’ud pun pergi ke medan pertempuran. Ia menemukan Abu jahl tergelatak di atas pasir dengan kondisi terluka parah. Ia pun tidak menyia-nyiakan kesempatan ini. Ibnu Mas’ud [un meletakkan kakinya di leher Abu Jahl.

Ibnu Mas’ud pun bekata kepada Abu Jahl: “Tidakkah Allah menghinakanmu?”

Abu Jahl: “Dengan apa dia menghinakanku?”

Ibnu Mas’ud: “Bukankah dulu engkau mencoba membunuh seorang yang kini menginjakkan kakinya di atas lehermu. Maka kemenangan siapa hari ini?”

Abu Jahl: “Sungguh engkau telah mencapai pada posisi yang sulit dicapai oleh orang-orang wahai penggembala kambing?”

Ibnu Mas’ud pun menyembelih Abu Jahl dan memenggal kepalanya lalu membawahnya kehadapan Rasulullah. Setelah membawa kepala Abu Jahl di hadapan Nabi, Ibnu Mas’ud berkata: “Wahai Rasulullah ini adalah kepala musuh Allah”. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam meninggikan suaranya, “Allahu Akbar, segala puji bagi Allah Yang telah menepati janjinya, Yang telah menolong hamba-Nya, menguatkan tentara-Nya dan menghancurkan pasukan aliansi kafir”.

Maka perlakuan tersebut merupakan syari’at Allah untuk menggentarkan musuh-musuh-Nya yang mencoba menghancurkan Islam dan muslimin agar mereka berhenti dari kezaliman mereka.

Wallahu Ta’ala A’lam

sumber:
voa-islam.com

Selasa, 18 November 2014

Kematian Menurut Para Ilmuwan

Tak ada manusia yang hidup abadi, semuanya pasti akan merasakan mati.

Namun, mengenai bagaimana rasanya kematian, tentu saja tak akan ada yang pernah tahu, karena semua ini adalah rahasia Alloh SWT.

Namun, para ilmuwan terus mencoba untuk mengungkap misteri kematian ini, berdasarkan pengalaman dan ilmu yang mereka peroleh. Menurut para ilmuwan, layaknya kehidupan, kematian juga merupakan sebuah proses.

Tahapan Kematian

Tahap pertama dari proses ini dikenal sebagai kematian klinis. Ini berlangsung selama empat hingga enam menit, dimulai ketika seseorang berhenti bernapas dan jantung berhenti memompa darah.

Selama itu, mungkin ada cukup oksigen dalam otak, yang akan menghindari dari terjadi kerusakan otak permanen. Organ lain, seperti ginjal dan mata diklaim akan tetap hidup sepanjang kematian klinis.

Setelah proses kematian klinis, kemudian manusia akan merasakan saat yang dikenal sebagai kematian biologis. Pada tahap ini sel-sel tubuh mulai merosot, dan organ tubuh, termasuk otak, mulai mati. Dokter kadang-kadang dapat menunda kematian biologis dengan menginduksi dalam keadaan hipotermia, yaitu mendinginkan tubuh di bawah temperatur normal.

Metode ini dapat menghentikan degenerasi sel-sel tubuh, dan telah digunakan untuk menghidupkan kembali pasien dengan penyakit jantung.

Tahap kematian ini cukup dipahami dengan baik, namun yang sulit dipahami adalah apa yang terjadi pada seseorang, setelah ia dinyatakan meninggal secara klinis dan biologis. Untuk mendapatkan beberapa wawasan tentang misteri ini, para peneliti beralih ke studi pengalaman menjelang kematian (NDE).

Menurut Out-Of-Body Experience Research Center di Los Angeles, lebih dari 8 juta orang AS telah melaporkan kasus NDE, yang terjadi ketika seseorang telah dinyatakan meninggal, secara klinis.




Banyak orang yang memiliki pengalaman menjelang kematian melaporkan sensasi yang sama, mereka merasa seolah-olah mengambang di luar tubuh, bergerak cepat melalui sebuah terowongan menuju cahaya atau melihat almarhum orang terkasih.

Para peneliti terus mempelajari NDE dalam upaya untuk memahami proses biologi dan neurologis, yang mungkin berada di balik peristiwa tersebut. Beberapa studi menyatakan bahwa NDE hanya bentuk lain dari mimpi, sementara yang lain menghubungkan pengalaman ini sebagai bentuk kekurangan oksigen di otak. Baiknya sebagai seorang Muslim, kita hanya perlu percaya bahwa kematian itu pasti terjadi, dan mulai beramal sebanyak mungkin sebagai bekal setelah meninggal kelak.

sumber: islampos.com

Senin, 17 November 2014

Hukum Minuman Kemasukan Lalat dan Semut

Bangkai semut tidak boleh dikonsumsi, karena termasuk hewan yang dilarang dibunuh.

Setiap hewan yang dilarang dibunuh atau diperintahkan untuk dibunuh maka hewan tersebut diharamkan. Walaupun tidak boleh dikonsumsi, namun bangkai semut tidak najis, karena termasuk binatang yang tidak memiliki darah yang mengalir. Hukumnya seperti lalat yang masuk ke minuman, cukup dicelupkan dan dibuang lalatnya. Karena di satu sayap lalat terdapat penyakit dan pada sayap lainnya terdapat penawarnya.

Dari Abu Hurairah Radliyallaahu 'Anhu bahwa Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:

إذَا وَقَعَ الذُّبَابُ فِي شَرَابِ أَحَدِكُمْ فَلْيَغْمِسْهُ ثُمَّ لِيَنْزِعْهُ فَإِنَّ فِي أَحَدِ جَنَاحَيْهِ دَاءً وَفِي الْآخَرِ شِفَاءً

“Apabila ada lalat jatuh ke dalam minuman seseorang di antara kamu maka benamkanlah lalat itu kemudian keluarkanlah, sebab ada salah satu sayapnya ada penyakit dan pada sayap lainnya ada obat penawar." (HR. Al-Bukhari dan Abu Dawud)




Syaikh Abdullah bin Abdurrahman Al-Bassaam –semoga Allah ampuni dosa beliau dan kedua orang tuanya-, berkata “para ulama mengiyaskan sucinya lalat kepada setiap binatang melata yang tidak memiliki darah mengalir, mereka menetapkan kesuciannya, binatang-binatang itu tidak membuat najis makanan atau yang terjatuh ke dalamnya; baik makanan dan minuman itu sedikit atau banyak.” (Taudhih Al-Ahkam: 1/153)

Beliau menjelaskan sebab yang menjadikan najis adalah adanya darah yang tertahan dalam tubuh binatang setelah ia mati. Sedangan sebab ini tidak didapatkan pada binatang yang tidak memiliki darah mengalir, seperti lebah, tawon, nyamuk, dan semisalnya.

sumber: voa-islam.com

Minggu, 16 November 2014

Kewajiban Anak Setelah Menikah

Salah satu manifestasi taqwa ialah berbuat baik kepada orang tua (birrul walidain).

Perlu disadari, bahwa pernikahan itu bukan hanya ikatan 2 orang anak manusia, tetapi mengikat 2 keluarga besar. Jadi pernikahan itu merupakan risalah agung membentuk ukhuwah yang luas yang dasarnya saling kenal (ta’aruf), saling memahami (tafahum), dan saling menolong (tafakul) antara suami-istri, keluarga suami dan keluarga istri. Bila masing-masing pihak ridha, maka nilai pernikahan yang sakinah serta diridhai orang tua akan terwujud.

Sebelum menikah, seorang anak, baik laki-laki maupun perempuan mempunyai kewajiban yang besar kepada kedua orang tuanya, terutama kepada ibundanya. Bila seorang anak laki-laki yang telah menikah, maka kewajiban berbakti kepada ibu ini tidak hilang, jadi suami adalah hak ibunda.

Kewajiban Anak Setelah Menikah

Bagaimana dengan anak perempuan yang telah menikah? Nah, bagi anak perempuan yang telah menikah, maka haknya suami. Jadi istri berkewajiban berbakti pada suami. Karena setelah Ijab kabul, berpindahlah hak dan kewajiban seorang ayah kepada suami dari anak wanitanya. Begitu besar kewajiban berbakti pada suami, sampai rasul pernah bersabda, “Bila boleh sesama manusia mengabdi (menyembah), maka aku akan menyuruh seorang istri mengabdi pada suaminya.”

Dari Abu Hurairah r.a. berkata: Ada seseorang yang datang menghadap Rasulullah dan bertanya, “Ya Rasulallah, siapakah orang yang lebih berhak dengan kebaikanku?” Jawab Rasulullah, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ibumu.” Ia bertanya lagi, “Lalu siapa?” Jawabnya, “Ayahmu.” (Bukhari, Muslim, dan Ibnu Majah)

Ada seseorang yang datang, disebutkan namanya Muawiyah bin Haydah r.a., bertanya: “Ya Rasulallah, siapakah orang yang lebih berhak dengan kebaikanku?” Jawab Rasulullah saw: “Ibumu.” Dengan diulang tiga kali pertanyaan dan jawaban ini.

Pengulangan kata “ibu” sampai tiga kali menunjukkan bahwa ibu lebih berhak atas anaknya dengan bagian yang lebih lengkap, seperti al-bir (kebajikan), ihsan (pelayanan). Ibnu Al-Baththal mengatakan:

“Bahwa ibu memiliki tiga kali hak lebih banyak daripada ayahnya. Karena kata ‘ayah’ dalam hadits disebutkan sekali sedangkan kata ‘ibu’ diulang sampai tiga kali. Hal ini bisa dipahami dari kerepotan ketika hamil, melahirkan, menyusui. Tiga hal ini hanya bisa dikerjakan oleh ibu, dengan berbagai penderitaannya, kemudian ayah menyertainya dalam tarbiyah, pembinaan, dan pengasuhan.

Hal itu diisyaratkan pula dalam firman Allah swt., “Dan kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah- tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun –selambat-lambat waktu menyapih ialah setelah anak berumur dua tahun–, bersyukurlah kepadaKu dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Kulah kembalimu. (Luqman: 14)

Allah swt. menyamakan keduanya dalam berwasiat, namun mengkhususkan ibu dengan tiga hal yang telah disebutkan di atas.



Hadits

Imam Ahmad dan Bukhari meriwayatkan dalam Al-Adabul Mufrad, demikian juga Ibnu Majah, Al Hakim, dan menshahihkannya dari Al-Miqdam bin Ma’di Kariba, bahwa Rasulullah saw. bersabda:

“Sesunguhnya Allah swt. telah berwasiat kepada kalian tentang ibu kalian, kemudian berwasiat tentang ibu kalian, kemudian berwasiat tentang ibu kalian, kemudian berwasiat tentang ayah kalian, kemudian berwasiat tentang kerabat dari yang terdekat.”

Hal ini memberikan kesan untuk memprioritaskan kerabat yang didekatkan dari sisi kedua orang tua daripada yang didekatkan dengan satu sisi saja. Memprioritaskan kerabat yang ada hubungan mahram daripada yang tidak ada hubungan mahram, kemudian hubungan pernikahan. Ibnu Baththal menunjukkan bahwa urutan itu tidak memungkinkan memberikan kebaikan sekaligus kepada keseluruhan kerabat.

Dari hadits ini dapat diambil pelajaran tentang ibu yang lebih diprioritaskan dalam berbuat kebaikan dari pada ayah. Hal ini dikuatkan oleh hadits Imam Ahmad, An-Nasa’i, Al-Hakim yang menshahihkannya, dari Aisyah r.a. berkata:

“Aku bertanya kepada Nabi Muhammad saw., siapakah manusia yang paling berhak atas seorang wanita?” Jawabnya, “Suaminya.” “Kalau atas laki-laki?” Jawabnya, “Ibunya.”

Demikian juga yang diriwayatkan Al-Hakim dan Abu Daud dari Amr bin Syuaib dari ayahnya dari kakeknya, bahwa ada seorang wanita yang bertanya:

“Ya Rasulallah, sesungguhnya anak laki-lakiku ini, perutku pernah menjadi tempatnya, air susuku pernah menjadi minumannya, pangkuanku pernah menjadi pelipurnya. Dan sesungguhnya ayahnya menceraikanku, dan hendak mencabutnya dariku.” Rasulullah saw. bersabda, “Kamu lebih berhak daripada ayahnya, selama kamu belum menikah.”

Maksudnya menikah dengan lelaki lain, bukan ayahnya, maka wanita itu yang meneruskan pengasuhannya, karena ialah yang lebih spesifik dengan anaknya, lebih berhak baginya karena kekhususannya ketika hamil, melahirkan dan menyusui.

sumber: islampos.com

Sabtu, 15 November 2014

Bahaya Jilbab Punuk Onta

Pada jaman sekarang ini, aneka jenis hijab telah merajalela. Hanya saja, kebanyakan dari gaya berhijab ini, bertentangan dengan apa yang ada dalam aturan Islam.

Salah satunya ialah berjilboob dengan mengadakan punuk unta pada hijabnya. Hijab punuk unta yaitu menggunakan hijab tetapi ada tonjolan dibelakangnya seperti punuk unta. Tonjolan itu dapat berupa rambut yang digelung maupun sesuatu sebagai pengganti rambut agar terdapat tonjolan itu.

Misalnya saja berupa bantal kecil yang sengaja dimasukkan agar memperindah bentuk.



Melalui sabdanya, Rasulullah SAW telah memberitahukan kepada kita mengenai hal ini. Rasulullah SAW bersabda:

مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا
۞رواه أحمد ومسلم في الصحيح ۞

“Ada dua golongan penduduk neraka yang belum aku melihat keduanya. Kaum yang membawa cemeti seperti ekor sapi untuk mencambuk manusia (maksudnya penguasa yang dzalim), dan perempuan-perempuan yang berpakaian tapi telanjang, cenderung kepada kemaksiatan dan membuat orang lain juga cenderung kepada kemaksiatan. Kepala-kepala mereka seperti punuk-punuk unta yang berlenggak-lenggok. Mereka tidak masuk surga dan tidak mencium bau wanginya. Padahal bau wangi surga itu tercium dari jarak perjalanan sekian dan sekian waktu (jarak jauh sekali),”
(HR. Muslim dan yang lain).

sumber: islampos.com

Kamis, 13 November 2014

Kapan Waktu Shalat Fajar itu

Kapan Waktunya?

Sebagian orang ada yang memahami dua rakaat fajar itu shalat sunnah dua rakaat sebelum masuk Shubuh, yakni sebelum adzan. Ini pemahaman yang salah. Bahwa dua rakaat fajar itu adalah qabliyah Shubuh itu sendiri, bagian dari shalat sunnah rawatib.

Siapa yang mengerjakannya sebelum Shubuh, ia tak mendapatkan keutamaan dua rakaat fajar. Ia hanya mendapatkan pahala shalat sunnah mutlak, karena waktu itu adalah waktu bebas untuk shalat.

Syaikh Muhammad bin Shalih Utsaimin dalam salah satu Fatawanya menjelaskan, “Shalat dua rakaat fajar yang dikerjakan sebelum shubuh tidak sah. Tidak terhitung sebagai shalat sunnah rawatib. Shalat tersebut menjadi shalat sunnah mutlak. Ia diberi pahala shalat nafilah saja.”



Kemudian beliau menasihatkan kepada penanya, saat adzan shubuh selesai dikumandangkan, ia mengulangi shalat rawatib. Dan ia mendapatkan pahala dua rakaat fajar.

Wallahu A’lam.

sumber: voa-islam.com

Senin, 10 November 2014

8 Tempat Berkumpulnya Setan

SEPERTI layaknya manusia, jin pun memiliki tempat untuk ia tinggal.

Hanya saja, terkadang kita tak meyadari akan hal itu. Kebanyakan orang berpikir bahwa jin hanyalah tinggal di pohon-pohon yang besar. Padahal, tidak demikian adanya. Jin juga memiliki berbaga tempat yang berbeda yang dapat ia jadikan tempat tinggal. Di mana sajakah itu?

1. Di rumah-rumah

Dari Sa’id Al Khudri dikatakan Rasulullah SAW bersabda, “Di dalam rumah terdapat penghuni-penghuni (jin) maka jika kamu melihat sesuatu (yang aneh) maka usirlah ia 3X kalau ia pergi maka biarkanlah, tapi jika ia membandel (tidak mau pergi) maka bunuhlah, sebab ia pasti jin kafir,” (HR. Muslim).

“Rasulullah SAW bersabda, “Tidak ada satu rumah orang muslim pun kecuali di atap rumahnya terdapat jin muslim. Apabila ia menghidangkan makanan pagi, mereka (jin) pun ikut makan pagi bersama mereka. Apabila makan sore dihidangkan, mereka (jin) juga ikut makan sore bersama orang-orang muslim. Hanya saja, Allah menjaga dan menghalangi orang-orang muslim itu dari gangguan jin-jin tersebut,” (HR. Abu Bakar dalam Kitab Fathul Bari oleh Ibnu Hajar Atsqolani).

2. Di jamban/WC

Dari Zaid bin Arqam, Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya jamban-jamban (WC) itu dihuni oleh Jin,” (HR. Abu Dawud, Nasa’i, Ibnu Majah dan Ahmad).

3. Di lubang-lubang

Dari Abdullah bin Sarjas, Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah seseorang di antara kalian kencing di lubang,” Mereka bertanya kepada Qatadah, “Mengapa tidak boleh kencing di lobang?” Qatadah menjawab, “Rasulullah SAW mengatakan karena lubang itu adalah tempat tinggalnya golongan jin,” (HR. Nasai dan Ahmad).

Telah menceritakan kepada kami Ubaidullah bin Umar bin Maisarah telah menceritakan kepada kami Mu’adz bin Hisyam telah menceritakan kepada saya ayahku dari Qatadah dari Abdullah bin Sarjis bahwasanya Rasulullah SAW melarang kencing di lubang. Mereka bertanya kepada Qatadah, “Apa yang membuat kencing di lubang dilarang?” Dia menjawab, “Dikatakan bahwa ia adalah tempat tinggal jin,” (HR. Abu Daud No. 27 dan Imam Ahmad No. 19847). Nashiruddin Al-Albani mengatakan hadits ini dla’if namun Ibnu Hajar Asqolani, Yahya bin Ma’in, Al-Ajli dan Ibnu Hibban mengatakan semua perawinya tsiqoh tsabat.

4. Di padang pasir dan goa

Dari Ibnu Mas’ud ra. berkata, “Suatu hari kami (para sahabat) berkumpul bersama Rasulullah SAW tiba-tiba kami kehilangan beliau, lalu kami cari-cari di lembah-lembah dan kampung-kampung (akan tetapi kami tidak mendapatkannya). Kami lalu berkata, “Rasulullah SAW telah diculik dan disandera.” Pada malam itu, tidur kami betul-betul tidak menyenangkan. Ketika pagi hari tiba, tampak Rasulullah SAW sedang bergegas menuju kami dari arah sebuah gua yang berada di tengah padang pasir. Kami lalu berkata, “Ya Rasulullah, malam tadi kami betul-betul kehilangan engkau, lalu kami cari-cari kesana kemari akan tetapi kami tidak menemukan engkau. Lalu kami tidur dengan sangat tidak menyenangkan.” Rasulullah SAW kemudian bersabda, “Malam tadi saya didatangi oleh utusan dari kelompok Jin, ia membawa saya pergi menemui kaumnya untuk mengajarkan al-Qur’an,” (HR. Muslim).

Sahl bin Abdullah telah menceritakan ketika aku berada di salah satu kawasan tempat kaum ‘Ad tiba-tiba aku melihat suatu kota yang terbuat dari batu yang dilubangi. Di lubang batu itu yakni di tengahnya terdapat sebuah gedung yang dijadikan tempat tinggal para jin. Lalu aku memasukinya, maka tiba-tiba aku bertemu seorang yang sudah tua dan sangat besar tubuhnya sedang mengerjakan shalat. Orang tua itu memakai jubah dari bulu yang dianyam dengan sangat indahnya (Imam Ibnu Jauzi dalam Kitab Shafwatush Shafwah).

5. DI dalam air

Dari Jabir Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya iblis memiliki singgasana di atas air,” (HR. Muslim dan Ahmad, shahih menurut Imam Suyuthi).

6. Di pasar

“Janganlah kalian menjadi orang yang pertama kali masuk ke pasar atau menjadi orang yang paling akhir keluar dari pasar, karena pasar itu merupakan tempat berseterunya para syaithan. Dan di pasarlah syaithan menancapkan benderanya,” (HR. Muslim).

7. Di kandang unta

Rasulullah SAW bersabda, “Janganlah kalian shalat di kandang-kandang unta karena di sana terdapat syaithan, shalatlah di kandang domba karena dia itu membawa berkah,” (HR. Muslim, Abu Dawud dan Ibnu Majah).

8. Di masjid juga ada jin

Sering kita dengar cerita bahwa orang yang melihat jin berada di dalam masjid melaksanakan shalat, atau orang yang tidur di depan mihrab kemudian terbangun dalam keadaan berada di dalam bedug atau di atas pohon (karena dipindahkan oleh jin). Maka hal itu mungkin saja karena jin-jin memang juga berada di masjid, terutama jin yang muslim mereka juga ada yang tinggal di masjid dan melaksanakan shalat di masjid.

Dari Abu Shalih dari Ibnu Abbas ra. berkata bahwa jin telah berkata kepada Rasulullah SAW, “Wahai Rasulullah ijinkahlah kami (para jin) untuk ikut melakukan shalat secara berjamaah bersamamu di masjid mu.” Maka Allah menurunkan firmanNya, “Dan sesungguhnya masjid-masjid itu kepunyaan Allah, dan janganlah kalian menyembah seorangpun di dalamnya di samping menyembah Allah,” (QS. Jinn [72]: 18). (HR. Ibnu Abi Hatim dalam Tafsir Jalalain Jilid IV).

sumber: [rika/islampos/misterighaib], islampos.com

Sabtu, 08 November 2014

Istri Khalifah Abu Ja’far Al Manshur Tak Mau Dimadu

Khalifah Abu Ja’far Al Manshur berseteru dengan istrinya.

Ia ingin menikah lagi, sementara istrinya tidak setuju. Istrinya merasa terpukul dan marah. Kendati Khalifah berdalih bahwa pernikahan dengan istri kedua tidak melanggar perintah Allah, sang istri tetap tidak mau dimadu. Bahkan, istrinya ingin masalah ini diselesaikan oleh Imam Abu Hanifah.

Abu Ja’far setuju. Ia yakin ia akan menang karena menurutnya, dalil poligami sangat jelas. Ia pun berharap, fatwa Imam Abu Hanifah akan membuat istrinya mendukung keinginannya berpoligami.

“Silahkan engkau bicara, wahai amirul mukminin” Imam Abu Hanifah mempersilahkan Abu Ja’far.
“Wahai Abu Hanifah, berapa wanita yang halal dinikahi, dipoligami?” Ia langsung pada pertanyaan inti, berharap memperoleh jawaban kunci dari masalahnya.
“Empat” jawab Imam Abu Hanifah.
“Apakah boleh seseorang mengatakan hal yang tidak sesuai dengan itu?”
“Tidak.”

“Apakah kamu mendengar jawaban itu, wahai istriku?” kata Abu Ja’far sambil memandang istrinya dengan wajah suka ria.

“Allah menghalalkan hukum (poligami) ini hanya untuk orang-orang yang adil, wahai amirul mukminin,” sergah Imam Abu Hanifah menjelaskan jawabannya, “Bagi mereka yang tidak adil atau takut berlaku tidak adil, maka seharusnya jangan beristri lebih dari satu. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,

فَإِنْ خِفْتُمْ أَلَّا تَعْدِلُوا فَوَاحِدَةً

“Maka jika kamu takut (tak bisa berlaku adil), maka hendaklah (menikah dengan istri) satu saja” (QS. An Nisa’ : 3)

Mendengar jawaban ini, Abu Ja’far marah. Ia tak menyangka, fatwa yang diterimanya justru menghalanginya dari poligami. Ia memang mengetahui Imam Abu Hanifah adalah ulama yang tegas, tapi ia tak menyangka jika khalifah seperti dirinya pun tak mampu mempengaruhinya. Imam Abu Hanifah begitu berani terang-terangan menyatakan bahwa dirinya tidak adil padahal dirinya adalah seorang khalifah.




Tak menunggu lama, Abu Hanifah pun keluar dari ruang sidang. Berjalan dengan penuh wibawa.

Di luar, ia disambut dengan anak buah khalifah. Mereka membawa harta, perhiasan, bahkan hewan tunggangan untuk Imam Abu Hanifah. “Ini hadiah dari khalifah Abu Ja’far” kata mereka kepada Imam Abu Hanifah. Dengan tegas sang imam menolak, “Aku tidak akan menjual agama. Aku tidak akan menjual ayat-ayat Allah. Aku tidak mau fatwaku dipengaruhi dengan hadiah dan pemberian.”

Demikianlah potret ulama kita. Ulama yang benar-benar ulama. Ulama sejati seperti firman Allah

إِنَّمَا يَخْشَى اللَّهَ مِنْ عِبَادِهِ الْعُلَمَاءُ

“Sesungguhnya orang-orang yang takut kepada Allah diantara hamba-hambaNya adalah ulama”
(QS. Fathir: 28).

Inilah ulama sejati. Ia hanya takut kepada Allah. Ia hanya mencari keridhaan Allah. Ia tak takut kepada penguasa, dan tak menghiraukan pujian mereka. Ia juga tak goyah oleh godaan dunia yang disuguhkan kepadanya.

Sang Khalifah saja merasa ragu untuk poligami, apalagi kita....

sumber: [Kisahikmah.com]

Kamis, 06 November 2014

Alasan Nama Suami Dilarang Disematkan pada Nama Istri

Kalau wanita muslimah setelah menikah, lalu menisbatkan namanya dengan nama suaminya. Misalkan: Maryani menikah dengan Amiruddin, kemudian sang istri memakai nama suaminya sehingga namanya menjadi Maryani Amiruddin.

Bagaimana hukum Islam mengenai perihal penamaan ini?

Dalam ajaran Islam, hukum penamaan adalah hal yang penting. Setiap pria ataupun perempuan hanya diperbolehkan menambahkan “nama ayahnya” saja di belakang nama dirinya dan mengharamkan menambahkan nama lelaki lain selain ayahnya di belakang namanya.

Meskipun nama tersebut adalah nama suaminya. Karena dalam Islam, nama lelaki di belakang nama seseorang berarti keturunan atau anak dari lelaki tersebut.

Sehingga, tempat tersebut hanya boleh untuk tempat nama ayah kandungnya sebagai penghormatan anak terhadap orang tua kandungnya.

Berbeda dengan budaya barat, seperti istrinya Bill Clinton: Hillary Clinton yang nama aslinya Hillary Diane Rodham; istrinya Barrack Obama: Michelle Obama yang nama aslinya Michelle LaVaughn Robinson, dan lain-lain.

Hadist mengenai perihal penamaan ini sangat shahih. Rasulullah SAW bersabda,
"Barang siapa yang mengaku sebagai anak kepada selain bapaknya atau menisbatkan dirinya kepada yang bukan walinya, maka baginya laknat Allah, malaikat, dan segenap manusia. Pada hari Kiamat nanti, Allah tidak akan menerima darinya ibadah yang wajib maupun yang sunnah."
(HR. Muslim dlm al-Hajj (3327) dan Tirmidzi).

sumber: islampos.com

Rabu, 05 November 2014

Kepala Abu Lahab Dipukul Pentungan oleh Wanita

Mendengar teriakan itu, Abu Lahab bangkit.

Dengan diliputi rasa marah, ia lantas menghampiri Abu Rafi’ lalu memukulnya secara keras. Sontak saja melihat budaknya dipukul, Ummu Fadl menjadi lupa terhadap langkah untuk menyembunyikan keIslamannya. Wanita mulia ini kemudian mencabut sebuah tiang yang ada di rumahnya dan lewat jiwa pemberani langsung menghajar kepala Abu Lahab lalu berkata, ”Beraninya kamu memukul Abu Rafi`saat tidak ada majikannya”.

Apa yang terjadi?

Kepala Abu Lahab bonyok bukan kepalang. Rambutnya dibanjiri kucuran darah dari pentungan yang dilayangkan Ummu Fadl. Abu lahab pun kemudian meninggalkan rumah saudaranya, Al-Abbas. Berselang tujuh malam, luka tersebut semakin parah dan bekas pukulan itu menembus sampai otak hingga menyebabkan pembusukan.

Orang-orang di sekitar pun mulai menjauhinya. Para warga mencium bau tidak sedap yang keluar dari luka Abu Lahab. Mereka juga khawatir luka Abu Lahab dapat menular menimpa mereka.

Abu Lahab pun akhirnya hidup sendiri.

Ia mengerang pedih tanpa ada yang membantu. Istrinya, Ummu Jamil (hammalatul hathab) yang seharusnya berada di sampingnya, justru pergi bersama anak-anaknya menjauhi sang suami. Dan naas, tak lama kemudian Abu Lahab benar-benar tewas.




Selama tiga hari, jasad Abu Lahab dibiarkan tergeletak tanpa ada yang bersedia menguburkan. Para warga tidak berani mendekati jasadnya. Akhirnya karena bau busuk yang kian menjadi, maka digali juga sebuah lubang kubur bagi Abu Lahab. Bangkai Abu Lahab didorong-dorong dengan sebilah kayu sampai masuk lubang.

Tidak hanya itu, prosesi penguburan pun berlangsung secara mengenaskan. Dari jauh warga melempari kuburan Abu Lahab dengan batu hingga mereka yakin betul jasadnya telah tertutup rapat. Ya sebuah tragedi kematian yang lebih hina dari kematian seekor ayam sekalipun.

Itulah akhir hayat yang dialami oleh manusia yang sombong kepada Allah dan menolak risalah NabiNya shallaallahu alaihi wa sallam.

sumber: islampos.com

Selasa, 04 November 2014

8 Perhiasan kepada Delapan Perkara

Saudaraku,

Terdapat delapan perkara yang menjadi perhiasan kepada delapan perkara,

1. Menjaga perkara yang haram adalah perhiasan kepada fakir.

2. Syukur perhiasan kepada nikmat.

3. Sabar perhiasan kepada bala.

4. Tawaduk perhiasan kepada kemuliaan.

5. Berlemah lembut perhiasan kepada ilmu.

6. Merendah diri perhiasan kepada orang yang bercakap.

7. Meninggalkan riya perhiasan kepada kebaikan.

8. Khusyuk perhiasan kepada Sholat.

Saudaraku,

Janganlah engkau ujub dengan perhiasan dunia. Karena sesungguhnya Allah memurkainya hingga engkau menceraikan perhiasan itu.

sumber: islampos.com

Sabtu, 01 November 2014

Bolehkah Berpuasa Pada Hari ‘Asyura Saja?

Bolehkah Berpuasa Pada Hari ‘Asyura Saja?

Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullaah dalam al-Fatawa al-Kubra Juz ke IV berkata, “Puasa hari ‘Asyura menjadi kafarah (penghapus) dosa selama satu tahun dan tidak dimakruhkan berpuasa pada hari itu saja.” Sedangkan Ibnu Hajar al-Haitami dalam Tuhfah al-Muhtaj menyimpulkan bahwa tidak apa-apa berpuasa pada hari itu saja.

sumber: voa-islam.com

3 Hikmah Puasa Hari Tasu’a

Apa Hikmah Berpuasa Hari Tasu’a?

Imam al-Nawawi rahimahullaah menyebutkan tentang tiga hikmah dianjurkannya shiyam hari Tasu’a: Pertama, maksud disyariatkan puasa Tasu’a untuk menyelesihi orang Yahudi yang berpuasa hanya pada hari ke sepuluh saja.

Kedua, maksudnya adalah untuk menyambung puasa hari ‘Asyura dengan puasa di hari lainnya, sebagaimana dilarang berpuasa pada hari Jum’at saja.Pendapat ini disebutkan oleh al-Khathabi dan ulama-ulama lainnya.

Ketiga, untuk kehati-hatian dalam pelaksanaan puasa ‘Asyura, dikhawatirkan hilal berkurang sehingga terjadi kesalahan dalam menetapkan hitungan, hari ke Sembilan dalam penanggalan sebenarnya sudah hari kesepuluh.

Dan alasan yang paling kuat disunnahkannya puasa hari Tasu’a adalah alasan pertama, yaitu untuk menyelisihi ahli kitab. Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah Rahimahullaah dalam al Fatawa al-Kubra berkata, “Rasulullah Shallallaahu 'Alaihi Wasallam melarang bertasyabbuh dengan ahli kitab dalam banyak hadits. Seperti sabda beliau tentang puasa ‘Asyura,




لَئِنْ عِشْتُ إلَى قَابِلٍ لاَصُومَنَّ التَّاسِعَ

“Jika saya masih hidup di tahun depan, pasti akan berpuasa pada hari kesembilan.” (HR. Muslim)

Ibnu Hajar rahimahullaah dalam catatan beliau terhadap hadits, “Jika saya masih hidup di tahun depan, pasti akan berpuasa pada hari kesembilan”, Keinginan beliau untuk berpuasa pada hari kesembilan dibawa maknanya agar tidak membatasi pada hari itu saja. Tapi menggabungkannya dengan hari ke sepuluh, baik sebagai bentuk kehati-hatian ataupun untuk menyelisihi orang Yahudi dan Nashrani. Dan ini merupakan pendapat yang terkuat dan yang disebutkan oleh sebagian riwayat Muslim.”

sumber: voa-islam.com

Mari Mengenal Puasa Tasu’a dan 'Asyura

Puasa Tasu’a dan ‘Asyura

Pada umumnya dianjurkan untuk memperbanyak puasa pada bulan Muharram ini. Hanya saja perhatian khusus Syariat tertuju pada satu hari, yaitu hari ‘Asyura. Berpuasa pada hari tersebut bisa menghapuskan dosa setahun yang lalu.


Rasulullah SAW bersabda,

وَصِيَامُ يَوْمِ عَاشُورَاءَ أَحْتَسِبُ عَلَى اللَّهِ أَنْ يُكَفِّرَ السَّنَةَ الَّتِي قَبْلَهُ

"Puasa hari 'Asyura, sungguh aku berharap kepada Allah agar menghapuskan dosa setahun yang telah lalu." (HR. Muslim no. 1975).

sumber: voa-islam.com





Jumat, 31 Oktober 2014

Khalifah Umar bin Khattab Sangat Peduli

KHALIFAH Umar bin Khattab tertegun. Ia tidak pernah menyangka, di tengah-tengah paceklik yang menimpa, masih ada seorang perempuan tua yang luput dari perhatiannya.

Suatu massa dalam kepemimpinan Umar, terjadilah Tahun Abu. Masyarakat Arab, mengalami masa paceklik yang berat. Hujan tidak lagi turun. Pepohonan mengering, tidak terhitung hewan yang mati mengenaskan. Tanah tempat berpijak hampir menghitam seperti abu.

Putus asa mendera dimana-mana. Saat itu, Umar sang pemimpin menampilkan kepribadian yang sebenar-benar pemimpin. Keadaan rakyat diperhatikannya saksama. Tanggung jawabnya dijalankan sepenuh hati. Setiap hari diinstruksikan menyembelih onta-onta potong dan disebarkan pengumuman kepada seluruh rakyat. Berbondong-bondong ribuan rakyat datang untuk makan.

Semakin pedih hatinya. Saat itu, kecemasan menjadi kian tebal. Dengan hati gentar, lidah kelunya berujar, “Ya Allah, jangan sampai umat Muhammad menemui kehancuran di tangan ini”.

Umar menabukan memakan daging, samin dan susu untuk perutnya. Bukan apa-apa, ia khawatir makanan untuk rakyatnya berkurang. Ia, si pemberani itu hanya menyantap minyak zaitun dengan sedikit roti. Akibatnya, perutnya terasa panas dan kepada pembantunya ia berkata “Kurangilah panas minyak itu dengan api”. Minyak pun dimasak, namun perutnya kian bertambah panas dan berbunyi nyaring. Jika sudah demikian, ditabuh perutnya dengan jemari seraya berkata, “Berkeronconglah sesukamu, dan kau akan tetap menjumpai minyak, sampai rakyatku bisa kenyang dan hidup dengan wajar”.

Hampir setiap malam Umar bin Khattab sering melakukan perjalanan diam-diam. Ditemani salah seorang sahabatnya, ia masuk keluar kampung. Ini ia lakukan untuk mengetahui kehdiupan rakyatnya. Umar khawatir apakah hak-hak mereka telah dibayarkan oleh para wakil dan kaki tangannya, ataukah belum.

Malam itu pun, bersama Aslam, Khalifah berada di suatu kampung terpencil. Kampung itu berada di tengah-tengah gurun yang sepi. Saat itu Khalifah terperanjat. Dari sebuah kemah yang sudah rombeng, terdengar seorang gadis kecil sedang menangis berkepanjangan. Umar bin khattab dan Aslam bergegas mendekati kemah itu, siapa tahu penghuninya mungkin membutuhkan pertolongan mendesak.

Setelah dekat, Umar melihat seorang perempuan tua tengah menjerangkan panci di atas tungku api. Asp mengepul-ngepul dari panci itu, sementara si ibu terus saja mengaduk-aduk isi panci dengan sebuah sendok kayu yang panjang.

“Assalamu’alaikum,” Umar memberi salam.

Mendengar salam Umar, ibu itu mendongakan kepala seraya menjawab salam Umar. Tapi setelah itu, ia kembali pada pekerjaannya mengaduk-aduk isi panci.

“Siapakah gerangan yang menangis di dalam itu?” tanya Umar.

Dengan sedikit tak peduli, ibu itu menjawab, “Anakku….”

“Apakah ia sakit?”

“Tidak,” jawab si ibu lagi. “Ia kelaparan.”

Umar dan Aslam tertegun. Mereka masih tetap duduk di depan kemah sampai lebih dari satu jam. Gadis kecil itu masih terus menangis. Sedangkan ibunya terus mengaduk-aduk isi pancinya.

Umar tidak habis pikir, apa yang sedang dimasak oleh ibu tua itu? Sudah begitu lama tapi belum juga matang. Karena tak tahan, akhirnya Umar berkata, “Apa yang sedang kaumasak, hai Ibu? Kenapa tidak matang-matang juga masakanmu itu?”

Ibu itu menoleh dan menjawab, “Hmmm, kaulihatlah sendiri!”

Umar dan Aslam segera menjenguk ke dalam panci tersebut. Alangkah kagetnya ketika mereka melihat apa yang ada di dalam panci tersebut. Sambil masih tebelalak tak percaya, Umar berteriak, “Apakah kau memasak batu?”




Perempuan itu menjawab dengan menganggukkan kepala.

“Buat apa?”

Dengan suara lirih, perempuan itu kembali bersuara menjawab pertanyaan Umar, “Aku memasak batu-btu ini untuk menghibur anakku. Inilah kejahatan Khalifah Umar bin Khattab. Ia tidak mau melihat ke bawah, apakah kebutuhan rakyatnya sudah terpenuhi belum. Lihatlah aku. Aku seorang janda. Sejak dari pagi tadi, aku dan anakku belum makan apa-apa. Jadi anakku pun kusuruh berpuasa, dengan harapan ketika waktu berbuka kami mendapat rejeki. Namun ternyata tidak. Sesudah magrib tiba, makanan belum ada juga. Anakku terpaksa tidur dengan perut yang kosong. Aku mengumpulkan batu-batu kecil, memasukkannya ke dalam panci dan kuisi air. Lalu batu-batu itu kumasak untuk membohongi anakku, dengan harapan ia akan tertidur lelap sampai pagi. Ternyata tidak. Mungkin karena lapar, sebentar-sebentar ia bangun dan menangis minta makan. “

Ibu itu diam sejenak. Kemudian ia menlanjutkan, “Namun apa dayaku? Sungguh Umar bin Khattab tidak pantas jadi pemimpin. Ia tidak mampu menjamin kebutuhan rakyatnya.”

Mendengar penuturan si Ibu seperti itu, Aslam akan menegur perempuan itu. Namun Umar sempat mencegah. Dengan air mata berlinang ia bangkit dan mengajak Aslam cepat-cepat pulang ke Madinah. Tanpa istirahat lagi, Umar segera memikul gandum di punggungnya, untuk diberikan kepada janda tua yang sengsara itu.

Karena Umar bin Khattab terlihat keletihan, Aslam berkata, “Wahai Amirul Mukminin, biarlah aku saya yang memikul karung itu….”

Dengan wajah merah padam, Umar menjawab keras, “Aslam, jangan jerumuskan aku ke dalam neraka. Engkau akan menggantikan aku memikul beban ini, apakah kaukira engkau akan mau memikul beban di pundakku ini di hari pembalasan kelak?”

Aslam tertunduk. Ia masih berdiri mematung, ketika tersuruk-suruk Khalifah Umar bin Khattab berjuang memikul karung gandum itu. Angin berhembus. Musim paceklik terus saja hinggap di tanah Arab.

sumber: islampos.com

Ahok Katanya Dihujat Via Mimbar Masjid

WAKIL Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengaku kecewa karena mimbar-mimbar masjid digunakan sebagai panggung politik.

Kekecewaan Ahok itu disampaikan di hadapan ratusan Ulama dan Ustadz yang dia kumpulkan di Gedung Balai Kota DKI Jakarta, Rabu (29/10/2014)


Ahok, pria keturunan China beragama Protestan ini mengecam mimbar masjid yang dijadikan sarana menghujat dirinya.

Tokoh Betawi Haikal Hassan menilai langkah Ahok ini kental dengan politik adu domba. Menurut dia, Ahok tidak pantas menasehati para ulama. Karena para ulama sudah mengerti apa yang dilarang dan diperintahkan dalam Islam.

Bahkan Haikal menilai, Ahok semakin nyata melakukan adu domba jika tak mampu membuktikan siapa yang melakukan cacian di mimbar masjid.

Jika ada masalah dengan Front Pembela Islam (FPI), kata Haikal, sebaiknya Ahok tidak menggeneralisis semua mimbar masjid.




“Ini statement jahat, hadapi dengan jantan dan dialog terbuka,” ucapnya kepada Islampos, Jum’at (31/10).

Sekretaris MIUMI DKI ini menjelaskan Islam memerintahkan umatnya untuk taat kepada Allah dan Rasulullah, kemudian pemerintah selama tidak menyalahi ajaran Islam.

sumber: [rn/Islampos.com]

Kamis, 30 Oktober 2014

Hadits Tentang Bahaya Keluar Saat Maghrib

Dalam Sahih Muslim Nabi, bersabda:

(Jika sore hari mulai gelap maka tahanlah bayi bayi kalian sebab iblis mulai bergentayangan pada saat itu, Jika sesaat dari malam telah berlalu maka lepaskan mereka, kunci pintu pintu rumah dan sebutlah nama Allah sebab setan tidak membuka pintu yang tertutup. Dan tutup rapat tempat air kalian dan sebutlah nama Allah. dan tutup tempat makanan kalian dan sebutlah nama Allah. meskipun kalian mendapatkan sesuatu padanya. Dan matikanlah lampu kalian

Dari Jabir dalam kitab Sahih Muslim ia mengatakan:

Rasulullah, bersabda: (Jangan kalian membiarkan anak anak kalian di saat matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam sebab setan berpencar jika matahari terbenam sampai menghilang kegelapan malam.)

Kadang kala setan itu memangsa anak kecil manusia untuk dijadikan tempat berlindung, kadang ia mengganggunya dan kemudian keluar, dan terkadang tinggal beberapa waktu, sehingga kamu akan menemukan anak kecil dalam suasana hati yang tidak menentu, terkadang ia menangis lama tanpa diketahui orang tuanya alasannya dan tidak jarang mereka membentaknya.




Padahal mereka telah melupakan perintah Nabi agar tidak membiarkan anak anak mereka pada saat setan bergentanyangan, dan banyak kaum ibu ibu saat ini lupa mengganti popok bayi yang sudah kotor, dan karena kesukaan setan pada tempat kotoran.

sumber: voa-islam.com