Puasa dan shadaqah, keduanya menjadi sebab yang bisa menghantarkan ke surga.
Seperti yang terdapat dalam hadits Ali Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, beliau bersabda, "Sesungguhnya di surga terdapat ruangan yang dalamnya bisa dilihat dari luarnya dan luarnya bisa dilihat dari dalamnya." Lalu para sahabat bertanya: "Untuk siapa itu wahai Rasulullah?" Beliau menjawab,
لِمَنْ أَطَابَ الْكَلَامَ وَأَطْعَمَ الطَّعَامَ وَأَدَامَ الصِّيَامَ وَصَلَّى لِلَّهِ بِاللَّيْلِ وَالنَّاسُ نِيَامٌ
"Bagi siapa yang baik tutur katanya, memberi makan, kontinyu melaksanakan shiyam, dan shalat malam karena Allah di saat manusia tertidur." (HR. Al-Tirmidzi)
Amal-amal ini terkumpul pada bulan Ramadhan, di mana seorang mukmin mengumpulkan shiyam, qiyam, shadaqah, dan berkata yang baik di dalamnya. Pada saat yang sama, orang yang puasa menahan diri dari tindakan lahwun (sia-sia) dan tercela.
Shiyam, shadaqah, dan shalat bisa menghantarkan pelakunya kepada Allah 'Azza wa Jalla. Sebagian ulama salaf berkata, "Shalat menghantarkan pelakunya kepada pertengahan jalan, puasa menghantarkannya sampai ke pintu raja, sementara shadaqah meraih tangannya untuk dimasukkannya menemui sang raja."
Dalam Shahih Muslim, dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bertanya kepada para sahabatnya, "Siapa di antara kalian di pagi ini yang berpuasa?"Abu Bakar menjawab, "Saya."
Beliau bertanya lagi, "Siapa di antara kalian yang sudah mengantarkan jenazah hari ini?"Abu Bakar menjawab, "Saya."
Beliau bertanya lagi, "Siapa yang sudah memberi makan orang miskin hari ini?"Abu Bakar menjawab, "Saya."Beliau bertanya lagi, "Siapa yang sudah mengeluarkan shadaqah?"Abu Bakar menjawab, "Saya."
Lalu beliau bertanya lagi, "Siapa di antara kalian yang sudah menjenguk orang sakit?" Abu Bakar menjawab, "Saya." Kemudian Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda, "Tidaklah amal-amal tersebut terkumpul pada diri seseorang kecuali ia akan masuk surga."
sumber:
Uswah Islam
Rabu, 23 Juli 2014
Senin, 21 Juli 2014
Makna Nama Allah "Al-Afuww"
Makna Nama Allah "Al-Afuww"
Kalimat 'afaa, secara bahasa –sebagaimana yang disebutkan dalam kamus- memiliki dua makna: Pertama, memberi dengan penuh kerelaan. Ini seperti kalimat, "A'thaituhu min maali 'afwan", maknanya: aku beri dia sebagian dari hartaku yang berharga dengan penuh kerelaan tanpa diminta. Ini seperti firman Allah Ta'ala:
وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ
"Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan"." (QS. Al-Baqarah: 219) sehingga itu dikeluarkan dengan penuh keridhaan. Wallahu a'lam.
Kedua, al-izalah (menghilangkan/menghapus). Seperti kalimat, "'Afatir riihu al-atsara" artinya: angin telah menghilangkan/menghapus jejak. Contoh nyata terdapat dalam catatan sirah nabawiyah (sejarah perjalanan hidup Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam) tentang perjalanan hijrah: Saat beliau bersembunyi di goa Tsur bersama Abu Bakar, adalah Asma' binti Abu Bakar membawakan makanan untuk keduanya. Maka terdapat dalam catatan:
فأمر غلامه أن يعفوآثار أقدام أسماء حتى لا يعرف الكفار طريق النبي
"Maka ia memerintahkan budaknya agar menghilangkan/menghapus jejak kaki Asma' sehingga orang-orang kafir tidak tahu jalur yang ditempuh oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam."
Maka ada tiga kandungan dalam nama Allah "Al-'Afuww' ini: Menghilangkan dan menghapuskan, lalu ridha, kemudian memberi. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menghilangkan, menghapuskan dosa-dosa hamba-Nya dan bekas dosa tersebut. Lalu Allah meridhai mereka. Kemudian sesudah meridhai, Dia memberi yang terbaik (maaf) tanpa mereka memintanya.
sumber:
voa-islam.com
Kalimat 'afaa, secara bahasa –sebagaimana yang disebutkan dalam kamus- memiliki dua makna: Pertama, memberi dengan penuh kerelaan. Ini seperti kalimat, "A'thaituhu min maali 'afwan", maknanya: aku beri dia sebagian dari hartaku yang berharga dengan penuh kerelaan tanpa diminta. Ini seperti firman Allah Ta'ala:
وَيَسْأَلُونَكَ مَاذَا يُنْفِقُونَ قُلِ الْعَفْوَ
"Dan mereka bertanya kepadamu apa yang mereka nafkahkan. Katakanlah: "Yang lebih dari keperluan"." (QS. Al-Baqarah: 219) sehingga itu dikeluarkan dengan penuh keridhaan. Wallahu a'lam.
Kedua, al-izalah (menghilangkan/menghapus). Seperti kalimat, "'Afatir riihu al-atsara" artinya: angin telah menghilangkan/menghapus jejak. Contoh nyata terdapat dalam catatan sirah nabawiyah (sejarah perjalanan hidup Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam) tentang perjalanan hijrah: Saat beliau bersembunyi di goa Tsur bersama Abu Bakar, adalah Asma' binti Abu Bakar membawakan makanan untuk keduanya. Maka terdapat dalam catatan:
فأمر غلامه أن يعفوآثار أقدام أسماء حتى لا يعرف الكفار طريق النبي
"Maka ia memerintahkan budaknya agar menghilangkan/menghapus jejak kaki Asma' sehingga orang-orang kafir tidak tahu jalur yang ditempuh oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam."
Maka ada tiga kandungan dalam nama Allah "Al-'Afuww' ini: Menghilangkan dan menghapuskan, lalu ridha, kemudian memberi. Maka Allah Subhanahu wa Ta'ala menghilangkan, menghapuskan dosa-dosa hamba-Nya dan bekas dosa tersebut. Lalu Allah meridhai mereka. Kemudian sesudah meridhai, Dia memberi yang terbaik (maaf) tanpa mereka memintanya.
sumber:
voa-islam.com
Minggu, 20 Juli 2014
Tayangan Tafsir Al-Misbah oleh Quraish Shihab Menunai Kontroversi - Nabi Muhammad SAW Tidak Masuk Surga
Tayangan Tafsir Al-Misbah yang dibawakan Quraish Shihab di Metro TV pada Sabtu (12/7) menunai kontroversi. Itu setelah pakar tafsir terkemuka tersebut menyinggung bahwa Nabi Muhammad Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak mendapat jaminan tempat di surga.
Pernyataan itu dikeluarkan alumnus Universitas Al Azhar Kairo itu ketika ditanya sang pembaca acara bahwa Rasulullah adalah manusia mulia yang dijamin masuk surga.
Berikut kutipan dialog tersebut:
“Tidak benar. Saya ulangi tidak benar bahwa Nabi Muhammad mendapat jaminan Surga. Surga itu hak prerogratif Allah. Memang kita yakin bahwa Beliau mulia. Mengapa saya katakan begitu? Karena ada seorang sahabat Nabi dikenal orang, terus teman-teman di sekitarnya berkata, 'bahagialah Engkau akan mendapat surga'. Kemudian Nabi dengar, siapa yang bilang begitu, Nabi berkata, tidak seorang pun orang masuk surga karena amalnya, dia berkata baik amalnya akan masuk surga, surga adalah hak prerogratif Tuhan,” ujar Quraish Shihab.
Dia melanjutkan, “Kalau ditanya, kamu pun tidak wahai Muhammad? Kecuali kalau Allah menganugerahkan rahmat kepada saya. Jadi kita berkata, kita berkata dalam konteks surga dan neraka tidak ada yang dijamin Tuhan, kecuali kita katakan bahwa Tuhan menulis di dalam kitab sucinya bahwa yang taat itu akan dapat surga. Ada ayatnya,” tambahnya.
Pernyataan tersebut bisa memunculkan pemahaman meragukan kebenaran ajaran Islam yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bawa. Jika Muhammad sebagai rasul dalam Islam, dirinya tidak dijamin masuk surga, apa jaminan kebenaran Islam itu, lalu bagaimana dengan nasib umat-umatnya yang mengikuti ajarannya.
Alasan tokoh yang dikenal dekat dengan Syi’ah ini adalah hadits yang diterjemahkan olehnya, “Tidak seorangpun masuk surga karena amalnya.”
Makna hadits yang disebutkan bapak dari Najwa Shihab yang tak berjilbab, telah ditulis Imam Nawawi di shahihnya dengan judul bab,
بَاب لَنْ يَدْخُلَ أَحَدٌ الْجَنَّةَ بِعَمَلِهِ بَلْ بِرَحْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى
“Bab: Seseorang tidak masuk surga dengan amalnya, tapi dengan rahmat Allah Ta’ala.”
Kemudian beliau menyebutkan hadits yang berbunyi,
وَاعْلَمُوا أَنَّهُ لَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِنْكُمْ بِعَمَلِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا أَنْتَ قَالَ وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ
“Dan ketahuilah, sesungguhnya salah seorang kalian tidak akan selamat dengan amalnya. Para sahabat brtanya: tdak pula engau wahai Rasulullah? Beliau menjawab: tidak pusa saya, hanya saja Allah melimpahkan rahmat dan karunianya kepadaku.” (HR. Muslim)
Letak perelisihan ada pada huruf (ba’) yang sering diartikan sebab. Berarti seseorang tidak masuk surga (tidak selamat) dengan sebab amalnya. Padahal sejumlah ayat menerangkan bahwa amal adalah salah satu sebab masuk ke surga. Yang benar ba’ trsebut adalah ba’ tsamaniyah, artinya ba’ yang menunjukkan harga. Maksudnya amal bukan harga (alat barter) untuk masuk surga, tapi masuk surga dengan sebab amal yang mendapat taufiq dan rahmat dari Allah. Dan kita tidak mendapat taufiq untuk beramal shalih kecuali dengan rahmat Allah dan karunianya.
Imam Nawawi berkata dalam syarahnya: Zahir hadits ini menjadi bukti bagi Ahlul Hak bahwa seseorang tidak berhak mendapat pahala dan surga dengan ketaatannya. Adapun firman Allah “Masuklah surga dengan apa yang sudah kalian kerjakan”, “Itulah surga yang diwarisan untuk kalian disebabkan apa yang sudah kalian kerjakan”, dan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa amal menjadi sebab masuk surga lainnya. Hadits-hadits ini tidak bertentangan dengan makna ayat bahwa masuk surga dengan sebab amal, lalu taufik untuk beramal, hidayah, dan ikhlas di dalamnya, serta diterimanya amal dengan sebab rahmat dan karunia Allah Ta’ala. Sehingga maksud hadits, seseorang tidak masuk surga sebatas dengan amalnya. Dia masuk surga dengan amal-amal, yaitu dengan sebab amal tersebut yang itu dari rahmat Allah. Wallahu A’lam.”
Hadits di atas juga mengabarkan bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam mendapat jaminan rahmat dan karunia dari Allah sehingga amal-amal beliau diterima dan dimasukkan ke dalam surga. Maka berdalil dengan hadits di atas bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak dijamin masuk surga adalah salah besar.
. . . Kaum muslimin dari kalangan sahabat dan pengikut mereka yang baik meyakini bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dijamin masuk surga. . .
. . . Tidak ada yang menyangsikan bahwa utusan Allah kepada mereka berada di surga Firdaus sesudah wafatnya. . . .
Baca juga:
6 Dalil-Dalil Rasulullah SAW Dijamin Masuk Surga
sumber:
voa-islam.com
Pernyataan itu dikeluarkan alumnus Universitas Al Azhar Kairo itu ketika ditanya sang pembaca acara bahwa Rasulullah adalah manusia mulia yang dijamin masuk surga.
Berikut kutipan dialog tersebut:
“Tidak benar. Saya ulangi tidak benar bahwa Nabi Muhammad mendapat jaminan Surga. Surga itu hak prerogratif Allah. Memang kita yakin bahwa Beliau mulia. Mengapa saya katakan begitu? Karena ada seorang sahabat Nabi dikenal orang, terus teman-teman di sekitarnya berkata, 'bahagialah Engkau akan mendapat surga'. Kemudian Nabi dengar, siapa yang bilang begitu, Nabi berkata, tidak seorang pun orang masuk surga karena amalnya, dia berkata baik amalnya akan masuk surga, surga adalah hak prerogratif Tuhan,” ujar Quraish Shihab.
Dia melanjutkan, “Kalau ditanya, kamu pun tidak wahai Muhammad? Kecuali kalau Allah menganugerahkan rahmat kepada saya. Jadi kita berkata, kita berkata dalam konteks surga dan neraka tidak ada yang dijamin Tuhan, kecuali kita katakan bahwa Tuhan menulis di dalam kitab sucinya bahwa yang taat itu akan dapat surga. Ada ayatnya,” tambahnya.
Pernyataan tersebut bisa memunculkan pemahaman meragukan kebenaran ajaran Islam yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bawa. Jika Muhammad sebagai rasul dalam Islam, dirinya tidak dijamin masuk surga, apa jaminan kebenaran Islam itu, lalu bagaimana dengan nasib umat-umatnya yang mengikuti ajarannya.
Alasan tokoh yang dikenal dekat dengan Syi’ah ini adalah hadits yang diterjemahkan olehnya, “Tidak seorangpun masuk surga karena amalnya.”
Makna hadits yang disebutkan bapak dari Najwa Shihab yang tak berjilbab, telah ditulis Imam Nawawi di shahihnya dengan judul bab,
بَاب لَنْ يَدْخُلَ أَحَدٌ الْجَنَّةَ بِعَمَلِهِ بَلْ بِرَحْمَةِ اللَّهِ تَعَالَى
“Bab: Seseorang tidak masuk surga dengan amalnya, tapi dengan rahmat Allah Ta’ala.”
Kemudian beliau menyebutkan hadits yang berbunyi,
وَاعْلَمُوا أَنَّهُ لَنْ يَنْجُوَ أَحَدٌ مِنْكُمْ بِعَمَلِهِ قَالُوا يَا رَسُولَ اللَّهِ وَلَا أَنْتَ قَالَ وَلَا أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِيَ اللَّهُ بِرَحْمَةٍ مِنْهُ وَفَضْلٍ
“Dan ketahuilah, sesungguhnya salah seorang kalian tidak akan selamat dengan amalnya. Para sahabat brtanya: tdak pula engau wahai Rasulullah? Beliau menjawab: tidak pusa saya, hanya saja Allah melimpahkan rahmat dan karunianya kepadaku.” (HR. Muslim)
Letak perelisihan ada pada huruf (ba’) yang sering diartikan sebab. Berarti seseorang tidak masuk surga (tidak selamat) dengan sebab amalnya. Padahal sejumlah ayat menerangkan bahwa amal adalah salah satu sebab masuk ke surga. Yang benar ba’ trsebut adalah ba’ tsamaniyah, artinya ba’ yang menunjukkan harga. Maksudnya amal bukan harga (alat barter) untuk masuk surga, tapi masuk surga dengan sebab amal yang mendapat taufiq dan rahmat dari Allah. Dan kita tidak mendapat taufiq untuk beramal shalih kecuali dengan rahmat Allah dan karunianya.
Imam Nawawi berkata dalam syarahnya: Zahir hadits ini menjadi bukti bagi Ahlul Hak bahwa seseorang tidak berhak mendapat pahala dan surga dengan ketaatannya. Adapun firman Allah “Masuklah surga dengan apa yang sudah kalian kerjakan”, “Itulah surga yang diwarisan untuk kalian disebabkan apa yang sudah kalian kerjakan”, dan ayat-ayat yang menunjukkan bahwa amal menjadi sebab masuk surga lainnya. Hadits-hadits ini tidak bertentangan dengan makna ayat bahwa masuk surga dengan sebab amal, lalu taufik untuk beramal, hidayah, dan ikhlas di dalamnya, serta diterimanya amal dengan sebab rahmat dan karunia Allah Ta’ala. Sehingga maksud hadits, seseorang tidak masuk surga sebatas dengan amalnya. Dia masuk surga dengan amal-amal, yaitu dengan sebab amal tersebut yang itu dari rahmat Allah. Wallahu A’lam.”
Hadits di atas juga mengabarkan bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam mendapat jaminan rahmat dan karunia dari Allah sehingga amal-amal beliau diterima dan dimasukkan ke dalam surga. Maka berdalil dengan hadits di atas bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak dijamin masuk surga adalah salah besar.
. . . Kaum muslimin dari kalangan sahabat dan pengikut mereka yang baik meyakini bahwa Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dijamin masuk surga. . .
. . . Tidak ada yang menyangsikan bahwa utusan Allah kepada mereka berada di surga Firdaus sesudah wafatnya. . . .
Baca juga:
6 Dalil-Dalil Rasulullah SAW Dijamin Masuk Surga
sumber:
voa-islam.com
Bolehkah Membayar Fidyah Menggunakan Uang
Jumhur ulama mewajibkan untuk dikeluarkan makanan berdasarkan nas Al-Qur’an, namun madzhab Hanafiyah membolehkan membayarkan nilainya.
Lebih baik mengambil pendapat jumhur ulama, kecuali jika mengeluarkan sejumlah nilainya lebih mendatangkan maslahat maka tidak mengapa.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, “Kita wajib mengetahui satu kaidah penting; yaitu apa yang Allah ‘Azza wa Jalla sebutkan ddengan lafadz al-Ith’am (member makan) atau al-Tha’am (makanan), maka wajib berupa makanan.” Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin: 19/116)
Kemudian beliau menyebutkan contohnya tentang ayat fidyah dan kafarah sumpah, serta hadits tentang zakat fitrah. Semuanya memakai makanan.
“Dan atas dasar ini, maka orang tua (renta,-pent) yang kewajibannya adalah memberi makan sebagai ganti dari puasa, tidak boleh diganti dengan beberapa dirham. Walaupun dikeluarkan 10 kai lipat dari nilai harganya maka tidak mencukupkannya, karena dia menympang dari nas yang menerangkannya,” tambahnya.
Beliau juga menjelaskan cara pembagiannya.
Pertama, orang yang tidak mampu lagi berpuasa bisa membagikan seperempat sha’ beras ke setiap rumah orang miskin disertai dengan lauknya.
Kedua, membuat makanan dan mengundang sejumlah orang yang harus ia beri makan. Misalnya, setelah sepuluh hari pertama Ramadhan ia panggil 10 orang miskin untuk dia beri makan sampai kenyang mengganti dari 10 hari puasa yang ditinggalkannya. Praktek ini seperti yang dilakukan Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu saat sudah tua dan tidak kuat berpuasa selama tiga puluh hari lalu ia undang 30 orang fakir miskin di akhir Ramadhan untuk diberi makan. Dan pendapat Anas ini –menurut kami- lebih selamat, tepat, dan sesusai teks nashnya.
Bolehkah Membayar Fidyah Menggunakan Uang...
sumber:
voa-islam.com
Lebih baik mengambil pendapat jumhur ulama, kecuali jika mengeluarkan sejumlah nilainya lebih mendatangkan maslahat maka tidak mengapa.
Syaikh Muhammad bin Shalih al-Utsaimin berkata, “Kita wajib mengetahui satu kaidah penting; yaitu apa yang Allah ‘Azza wa Jalla sebutkan ddengan lafadz al-Ith’am (member makan) atau al-Tha’am (makanan), maka wajib berupa makanan.” Majmu’ Fatawa Ibnu Utsaimin: 19/116)
Kemudian beliau menyebutkan contohnya tentang ayat fidyah dan kafarah sumpah, serta hadits tentang zakat fitrah. Semuanya memakai makanan.
“Dan atas dasar ini, maka orang tua (renta,-pent) yang kewajibannya adalah memberi makan sebagai ganti dari puasa, tidak boleh diganti dengan beberapa dirham. Walaupun dikeluarkan 10 kai lipat dari nilai harganya maka tidak mencukupkannya, karena dia menympang dari nas yang menerangkannya,” tambahnya.
Beliau juga menjelaskan cara pembagiannya.
Pertama, orang yang tidak mampu lagi berpuasa bisa membagikan seperempat sha’ beras ke setiap rumah orang miskin disertai dengan lauknya.
Kedua, membuat makanan dan mengundang sejumlah orang yang harus ia beri makan. Misalnya, setelah sepuluh hari pertama Ramadhan ia panggil 10 orang miskin untuk dia beri makan sampai kenyang mengganti dari 10 hari puasa yang ditinggalkannya. Praktek ini seperti yang dilakukan Anas bin Malik Radhiyallahu 'Anhu saat sudah tua dan tidak kuat berpuasa selama tiga puluh hari lalu ia undang 30 orang fakir miskin di akhir Ramadhan untuk diberi makan. Dan pendapat Anas ini –menurut kami- lebih selamat, tepat, dan sesusai teks nashnya.
Bolehkah Membayar Fidyah Menggunakan Uang...
sumber:
voa-islam.com
Kenapa Mereka Selalu Menuduh Muslim Tidak toleran ?
Di mana mereka yang selalu menuduh Muslim tidak toleran, fanatik, menebar kebencian, permusuhan, dan perang?
Di mana mereka yang selalu menuduh Muslim, sebagai pengobar perang, pencipta huru-hara, melakukan kejahatan, bahkan dalang dari segala kejahatan?
Corong-corong media massa milik jaringan Yahudi, Nasrani, kaum liberal, dan sekuler, terus-menerus memutar-balikan fakta-fakta dengan cara-cara yang sangat keji, biadab, dan kotor. Justru golongan Yahudi, Nasrani, sekuler, liberal, dan nasionalis, yang terus-menerus menumpahkan darah. Berlaku keji, kejam, biadab, dan tidak berperikemanusiaan.
Di Republik Afrika Tengah, Muslim dibunuhi seperti binatang oleh milisi Kristen, dan ratusan yang tewas. Rumah mereka dibakar. Masjid mereka dihancurkan rata dengan tanah. Mereka dikejar-kejar seperti binatang, dan dibunuhi dengan senjata, seperti membunuh binatang. Tidak ada sedikitpun belas kasihan. Tidak ada perhatian dunia internasional. Dibiarkan mereka dibunuh dengan kejam. Semua tutup mulut dan tutup mata.
Di Myanmar sudah ribuan Muslim Rohingya dibunuhi, dicincang, dan hancurkan seluruh harta benda mereka, termasuk masjid-masjid dibakar. Tak tersisa. Kejahatan golongan Budha di Myanmar itu, tak pernah berhenti. Sampai hari ini, terus berlanjut. Mengejar, membakar, dan membunuhi, itu sudah menjadi praktek sehari-hari golongan Budha atas Muslim di negeri itu.
Di Bosnia, kalangan Nasrani (Serbia) melakukan pembantaian (genosida) terhadap ribuan Muslim Bosnia, di Srebenica. Pasukan Serbia membantai ribuan Muslim Srebenica, yang tidak berdosa. Pasukan penjaga perdamaian Belanda, membiarkan ketika monster Serbia, menyerbu Muslim, dan mengumpulkan mereka, lantas mereka semua dibantai dengan biadab.
Sekarang, perhatikan betapa pesawat-pesawat tempur Israel melakukan pemboman siang-malam terhadap Gaza. Tanpa pilih-pilih. Segalanya luluh lantak. Bukan hanya menyebabkan kematian semata, tetapi kehancuran yang sangat luas. Benar-benar kejahatan yang sangat luar biasa. Tetapi, masyarakat dunia tutup mulut dan tutup mata, terutama para pemimpin Barat.
Zionis-Israel adalah negara yang paling terkutuk di muka bumi ini. Manusia paling biadab dan rasis di muka bumi ini. Zionis-Israel bukan hanya menjajah, mencaplok tanah air bangsa Palestina, tetapi sejak berdiri tahun l948, tidak berhenti mengusir, menghancurkan apa saja milik bangsa Palestina, bahkan sampai hari ini terus menangkap, menahan, menyiksa, dan membunuhi bangsa Palestina, tanpa pernah ada jeda.
Zionis-Israel saat melakukan agresi militer atas Gaza, bukan hanya penduduk sipil atau bangunan pusat gerakan Hamas yang menjadi target sasaran, tetapi juga masjid-masjid ikut dihancurkan oleh pesawat tempur Israel, dan tanpa henti menembakkan rudal ke arah tempat ibadah Muslim di Gaza. Sudah lebih 10 masjid yang hancur berkeping, akibat rudal pesawat tempur Israel.
Kenapa Mereka Selalu Menuduh Muslim Tidak toleran ?
sumber:
voa-islam.com
Di mana mereka yang selalu menuduh Muslim, sebagai pengobar perang, pencipta huru-hara, melakukan kejahatan, bahkan dalang dari segala kejahatan?
Corong-corong media massa milik jaringan Yahudi, Nasrani, kaum liberal, dan sekuler, terus-menerus memutar-balikan fakta-fakta dengan cara-cara yang sangat keji, biadab, dan kotor. Justru golongan Yahudi, Nasrani, sekuler, liberal, dan nasionalis, yang terus-menerus menumpahkan darah. Berlaku keji, kejam, biadab, dan tidak berperikemanusiaan.
Di Republik Afrika Tengah, Muslim dibunuhi seperti binatang oleh milisi Kristen, dan ratusan yang tewas. Rumah mereka dibakar. Masjid mereka dihancurkan rata dengan tanah. Mereka dikejar-kejar seperti binatang, dan dibunuhi dengan senjata, seperti membunuh binatang. Tidak ada sedikitpun belas kasihan. Tidak ada perhatian dunia internasional. Dibiarkan mereka dibunuh dengan kejam. Semua tutup mulut dan tutup mata.
Di Myanmar sudah ribuan Muslim Rohingya dibunuhi, dicincang, dan hancurkan seluruh harta benda mereka, termasuk masjid-masjid dibakar. Tak tersisa. Kejahatan golongan Budha di Myanmar itu, tak pernah berhenti. Sampai hari ini, terus berlanjut. Mengejar, membakar, dan membunuhi, itu sudah menjadi praktek sehari-hari golongan Budha atas Muslim di negeri itu.
Di Bosnia, kalangan Nasrani (Serbia) melakukan pembantaian (genosida) terhadap ribuan Muslim Bosnia, di Srebenica. Pasukan Serbia membantai ribuan Muslim Srebenica, yang tidak berdosa. Pasukan penjaga perdamaian Belanda, membiarkan ketika monster Serbia, menyerbu Muslim, dan mengumpulkan mereka, lantas mereka semua dibantai dengan biadab.
Sekarang, perhatikan betapa pesawat-pesawat tempur Israel melakukan pemboman siang-malam terhadap Gaza. Tanpa pilih-pilih. Segalanya luluh lantak. Bukan hanya menyebabkan kematian semata, tetapi kehancuran yang sangat luas. Benar-benar kejahatan yang sangat luar biasa. Tetapi, masyarakat dunia tutup mulut dan tutup mata, terutama para pemimpin Barat.
Zionis-Israel adalah negara yang paling terkutuk di muka bumi ini. Manusia paling biadab dan rasis di muka bumi ini. Zionis-Israel bukan hanya menjajah, mencaplok tanah air bangsa Palestina, tetapi sejak berdiri tahun l948, tidak berhenti mengusir, menghancurkan apa saja milik bangsa Palestina, bahkan sampai hari ini terus menangkap, menahan, menyiksa, dan membunuhi bangsa Palestina, tanpa pernah ada jeda.
Zionis-Israel saat melakukan agresi militer atas Gaza, bukan hanya penduduk sipil atau bangunan pusat gerakan Hamas yang menjadi target sasaran, tetapi juga masjid-masjid ikut dihancurkan oleh pesawat tempur Israel, dan tanpa henti menembakkan rudal ke arah tempat ibadah Muslim di Gaza. Sudah lebih 10 masjid yang hancur berkeping, akibat rudal pesawat tempur Israel.
Kenapa Mereka Selalu Menuduh Muslim Tidak toleran ?
sumber:
voa-islam.com
Jumat, 18 Juli 2014
Hikmah Dirahasiakannya Lailatul Qadar
Keberadaan Lailatul Qadar dirahasiakan oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan hikmah yang dikehendaki-Nya.
Yaitu (boleh jadi) agar para hamba bersungguh-sungguh beribadah di setiap malam, dengan harapan agar mendapatkan Lailatul Qadar. Bagi siapa yang meyakini bahwa Lailatul Qadar ada pada malam tertentu, maka ia akan menghidupkan malam tersebut dengan ibadah. Dan bagi siapa yang ingin memastikan dirinya mendapatkan malam tersebut, hendaknya ia mencurahkan semua waktunya untuk beribadah kepada-Nya sepanjang bulan Ramadhan sebagai bentuk syukur kepada-Nya dan membenarkan janji-Nya.
Insya Allah, inilah hikmah utama dirahasiakannya Lailatul Qadar. Dan inilah yang disyaratkan dalam sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ فَتَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ وَإِنَّهَا رُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ
"Sesungguhnya aku telah keluar untuk memberitahu kepada kalian (kapan Lailatul Qadar itu). Tetapi (di tengah jalan) aku bertemu dengan fulan dan fulan yang sedang bertengkar, sehingga aku terlupa kapan malam itu. Semoga ini lebih baik bagi kalian. Oleh karena itu, carilah malam tersebut pada (malam) kesembilan, ketujuh, dan kelima (dari sepuluh hari terakhir)." (HR. Al-Bukhari)
Bagaimana Seorang Muslim Mencari Lailatul Qadar?
Lailatul Qadar adalah malam kebaikan, yang kebaikan di dalamnya tak bisa didapatkan pada malam selainnya. Maka siapa yang terhalang dari mendapatkan kebaikan di dalamnya, berarti ia telah terhalang mendapatkan semua kebaikan. Dan tidak terhalang dari mendapatkan kebaikannya, kecuali orang yang diharamkan dirinya dari kebaikan. Oleh karena, itu sudah sewajarnya seorang muslim menghidupkan malam tersebut dengan bersungguh-sungguh melakukan ibadah dan ketaatan kepada Allah dengan maksimal. Dan menghidupkannya harus didasarkan kepada iman dan berharap pahala kepada Allah.
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kesungguhan dalam mencari Lailatul Qadar ini telah dimulai sendiri oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang mengabarkan hadits di atas. Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha yang berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersungguh-sungguh (pad sepuluh hari terakhir) yang tidak biasa beliau lakukan pada malam-malam sebelumnya." (HR. Muslim)
Hendaknya seorang muslim memperbanyak shalat, tilawatul Qur'an, shadaqah, dzikir dan doa di dalamnya. Dianjurkan juga untuk menjauhi istri untuk memaksimalkan ibadah di malam itu, serta membangunkan keluarganya untuk ikut menghidupkan malam kemuliaan tersebut. Dikabarkan oleh Aisyah Radhiyallahu 'Anha,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ- أَيْ الْعَشْرُ الْأَخِيرَةُ مِنْ رَمَضَانَ - شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
"Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, apabila sudah masuk sepuluh –maksudnya sepuluh hari terakhir Ramadhan- beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya." (Muttafaq 'alaih)
sumber:
voa-islam.com
Yaitu (boleh jadi) agar para hamba bersungguh-sungguh beribadah di setiap malam, dengan harapan agar mendapatkan Lailatul Qadar. Bagi siapa yang meyakini bahwa Lailatul Qadar ada pada malam tertentu, maka ia akan menghidupkan malam tersebut dengan ibadah. Dan bagi siapa yang ingin memastikan dirinya mendapatkan malam tersebut, hendaknya ia mencurahkan semua waktunya untuk beribadah kepada-Nya sepanjang bulan Ramadhan sebagai bentuk syukur kepada-Nya dan membenarkan janji-Nya.
Insya Allah, inilah hikmah utama dirahasiakannya Lailatul Qadar. Dan inilah yang disyaratkan dalam sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
خَرَجْتُ لِأُخْبِرَكُمْ فَتَلَاحَى فُلَانٌ وَفُلَانٌ وَإِنَّهَا رُفِعَتْ وَعَسَى أَنْ يَكُونَ خَيْرًا لَكُمْ فَالْتَمِسُوهَا فِي التَّاسِعَةِ وَالسَّابِعَةِ وَالْخَامِسَةِ
"Sesungguhnya aku telah keluar untuk memberitahu kepada kalian (kapan Lailatul Qadar itu). Tetapi (di tengah jalan) aku bertemu dengan fulan dan fulan yang sedang bertengkar, sehingga aku terlupa kapan malam itu. Semoga ini lebih baik bagi kalian. Oleh karena itu, carilah malam tersebut pada (malam) kesembilan, ketujuh, dan kelima (dari sepuluh hari terakhir)." (HR. Al-Bukhari)
Bagaimana Seorang Muslim Mencari Lailatul Qadar?
Lailatul Qadar adalah malam kebaikan, yang kebaikan di dalamnya tak bisa didapatkan pada malam selainnya. Maka siapa yang terhalang dari mendapatkan kebaikan di dalamnya, berarti ia telah terhalang mendapatkan semua kebaikan. Dan tidak terhalang dari mendapatkan kebaikannya, kecuali orang yang diharamkan dirinya dari kebaikan. Oleh karena, itu sudah sewajarnya seorang muslim menghidupkan malam tersebut dengan bersungguh-sungguh melakukan ibadah dan ketaatan kepada Allah dengan maksimal. Dan menghidupkannya harus didasarkan kepada iman dan berharap pahala kepada Allah.
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan imanan wa ihtisaban (dengan keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kesungguhan dalam mencari Lailatul Qadar ini telah dimulai sendiri oleh Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam yang mengabarkan hadits di atas. Diriwayatkan dari Aisyah Radhiyallahu 'Anha yang berkata, "Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersungguh-sungguh (pad sepuluh hari terakhir) yang tidak biasa beliau lakukan pada malam-malam sebelumnya." (HR. Muslim)
Hendaknya seorang muslim memperbanyak shalat, tilawatul Qur'an, shadaqah, dzikir dan doa di dalamnya. Dianjurkan juga untuk menjauhi istri untuk memaksimalkan ibadah di malam itu, serta membangunkan keluarganya untuk ikut menghidupkan malam kemuliaan tersebut. Dikabarkan oleh Aisyah Radhiyallahu 'Anha,
كَانَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِذَا دَخَلَ الْعَشْرُ- أَيْ الْعَشْرُ الْأَخِيرَةُ مِنْ رَمَضَانَ - شَدَّ مِئْزَرَهُ وَأَحْيَا لَيْلَهُ وَأَيْقَظَ أَهْلَهُ
"Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam, apabila sudah masuk sepuluh –maksudnya sepuluh hari terakhir Ramadhan- beliau mengencangkan ikat pinggangnya, menghidupkan malamnya, dan membangunkan keluarganya." (Muttafaq 'alaih)
sumber:
voa-islam.com
Rabu, 16 Juli 2014
Balasan Tembakan Roket ke Israel Masih Kurang
Laporan terakhir mengatakan, sebanyak 30 roket dan rudal telah ditembakkan dari daerah kantung terkepung itu ke negara Zionis Yahudi sebagai pembalasan atas serangan udara tanpa henti rezim Tel Aviv di wilayah Jalur Gaza.
Sayap bersenjata Hamas, Brigade Izzuddin Al-Qassam, mengatakan meereka menargetkan Asdod dan Askelon dengan hampir selusin roket.
Kelompok perlawanan mengatakan rudal jarak jauh menghantam kota Haifa di utara sementara setidaknya lima lainnya mendarat di Rehovot dekat Tel Aviv.
Beberapa jam sebelumnya, Tel Aviv, Ashkelon dan Eilat berada di bawah rentetan tembakan roket.

Setidaknya 10 warga Israel dilaporkan terluka di Eilat.
Sirene peringatan roket juga terdengar di beberapa kota lainnya.
Kelompok perlawanan Palestina mengatakan akan terus menembakkan roket balasan ke Israel selama Tel Aviv menekan maju dengan serangan mematikan terhadap Gaza.
Serangan balasan ini datang ketika lebih banyak warga Palestina yang gugur di Jalur Gaza saat jet-jet tempur negara Zionis Yahudi itu terus melakukan bombardir serampangan ke wilayah terkepung tersebut.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza selama sepekan terakhir kini telah mencapai 192 orang. 1.400 warga Gaza lainnya telah terluka dalam serangan biadab Israel yang tanpa pandang bulu.
Sejak Selasa lalu, pesawat tempur Israel telah menyerang lebih dari seribu sasaran sipil di daerah kantong terkepung itu, yang merupakan rumah bagi sekitar 1,8 juta warga Palestina.
Sumber-sumber medis mengatakan jumlah kematian saat ini telah melebihi jumlah korban tewas akibat konflik 2012.
Menurut PBB, 80 persen dari korban adalah warga sipil.
Sementara itu, pasukan dan tank Israel tetap berkumpul di perbatasan Gaza dalam persiapan untuk kemungkinan serangan darat.
Gerakan perlawanan Palestina Hamas telah memperingatkan bahwa pihaknya siap untuk menyerang balik pasukan Israel jika rezim Tel Aviv meluncurkan serangan darat besar-besaran terhadap Gaza.
sumber:
voa-islam.com
Sayap bersenjata Hamas, Brigade Izzuddin Al-Qassam, mengatakan meereka menargetkan Asdod dan Askelon dengan hampir selusin roket.
Kelompok perlawanan mengatakan rudal jarak jauh menghantam kota Haifa di utara sementara setidaknya lima lainnya mendarat di Rehovot dekat Tel Aviv.
Beberapa jam sebelumnya, Tel Aviv, Ashkelon dan Eilat berada di bawah rentetan tembakan roket.

Setidaknya 10 warga Israel dilaporkan terluka di Eilat.
Sirene peringatan roket juga terdengar di beberapa kota lainnya.
Kelompok perlawanan Palestina mengatakan akan terus menembakkan roket balasan ke Israel selama Tel Aviv menekan maju dengan serangan mematikan terhadap Gaza.
Serangan balasan ini datang ketika lebih banyak warga Palestina yang gugur di Jalur Gaza saat jet-jet tempur negara Zionis Yahudi itu terus melakukan bombardir serampangan ke wilayah terkepung tersebut.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, jumlah korban tewas akibat serangan udara Israel di Jalur Gaza selama sepekan terakhir kini telah mencapai 192 orang. 1.400 warga Gaza lainnya telah terluka dalam serangan biadab Israel yang tanpa pandang bulu.
Sejak Selasa lalu, pesawat tempur Israel telah menyerang lebih dari seribu sasaran sipil di daerah kantong terkepung itu, yang merupakan rumah bagi sekitar 1,8 juta warga Palestina.
Sumber-sumber medis mengatakan jumlah kematian saat ini telah melebihi jumlah korban tewas akibat konflik 2012.
Menurut PBB, 80 persen dari korban adalah warga sipil.
Sementara itu, pasukan dan tank Israel tetap berkumpul di perbatasan Gaza dalam persiapan untuk kemungkinan serangan darat.
Gerakan perlawanan Palestina Hamas telah memperingatkan bahwa pihaknya siap untuk menyerang balik pasukan Israel jika rezim Tel Aviv meluncurkan serangan darat besar-besaran terhadap Gaza.
sumber:
voa-islam.com
Selasa, 15 Juli 2014
Teladan Salaf dalam Tilawah Al-Qur'an
Para ulama kita terdahulu juga telah memberi teladan dalam hal ini.
Mereka sangat memperhatikan kitabullah di Ramadhan. Misalnya Utsman bin Affan radliyallah 'anhu, pada bulan Ramadlan menghatamkan Al-Qur'an sehari sekali. Sebagian ulama salaf yang lain menghatamkannya pada shalat malam/qiyam Ramadhan setiap tiga hari sekali. Sebagian lain menghatamkannya semingu sekali. Dan yang lainnya sepuluh hari sekali. Mereka membaca Al-Qur'an dalam shalat dan di luar shalat.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Adapun yang menghatamkan Al-Qur'an dalam satu raka'at, maka tidak dapat dihitung karena banyaknya. Di antara ulama terdahulu: Utsman bin 'Affan, Tamim al-Daari, Sa'id bin Jubair Radhiyallahu 'Anhu, beliau menghatamkan dalam satu raka'at di dalam Ka'bah."
Ibnul Hakam berkata, "Adalah Malik -rahimahullah-, apabila sudah masuk Ramadhan beliau lari dari membaca hadits dan berkumpul bersama ulama."
Imam asy-Syafi'i rahimahullah, pada bulan Ramadhan menghatamkan Al-Qur'an sampai 60 kali dan itu di luar shalat. Imam Qatadah rahimahullah senantiasa menghatamkan setiap tujuh hari sekali. Pada bulan Ramadhan setiap tiga hari sekali. Dan pada sepuluh hari terakhir, menghatamkannya setiap malam.
Imam al-Zuhri rahimahullah jika sudah memasuki Ramadhan tidak lagi membaca hadits dan tidak hadir di majelis ilmu, beliau hanya membaca Al-Qur'an dari mushaf. Beliau mengatakan saat sudah masuk Ramadhan, "Sesungguhnya (pekerjaan itu) hanya membaca Al-Qur'an dan memberi makan."
Abdurazaq berkata, "Sufyan ats-Tsauri jika sudah masuk Ramadhan meninggalkan segala bentuk ibadah dan hanya membaca Al-Qur'an"
Imam al-Dzahabi berkata, "Telah diriwayatkan dari banyak jalur bahwa Abu Bakar bin 'Ayyasy tinggal selama empat puluh tahun menghatamkan Al-Qur'an sekali dalam sehari semalam."
Ibnu Rajab rahimahullah berkata: "(Maksud) adanya larangan membaca Al-Qur'an (menghatamkannya) kurang dari tiga hari yaitu jika dirutinkan tiap hari. Namun, jika di kesempatan yang utama seperti bulan Ramadhan dan tempat yang mulia seperti di Makkah bagi penduduk luar makkah, dianjurkan memperbanyak tilawah Al-Qur'an di sana, untuk menghargai kemuliaan tempat dan waktu tersebut. Ini adalah pendapat imam Ahmad, Ishaq, dan imam-imam lainya. Hal ini didukung dengan amalan selain mereka."
sumber:
voa-islam.com
Mereka sangat memperhatikan kitabullah di Ramadhan. Misalnya Utsman bin Affan radliyallah 'anhu, pada bulan Ramadlan menghatamkan Al-Qur'an sehari sekali. Sebagian ulama salaf yang lain menghatamkannya pada shalat malam/qiyam Ramadhan setiap tiga hari sekali. Sebagian lain menghatamkannya semingu sekali. Dan yang lainnya sepuluh hari sekali. Mereka membaca Al-Qur'an dalam shalat dan di luar shalat.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Adapun yang menghatamkan Al-Qur'an dalam satu raka'at, maka tidak dapat dihitung karena banyaknya. Di antara ulama terdahulu: Utsman bin 'Affan, Tamim al-Daari, Sa'id bin Jubair Radhiyallahu 'Anhu, beliau menghatamkan dalam satu raka'at di dalam Ka'bah."
Ibnul Hakam berkata, "Adalah Malik -rahimahullah-, apabila sudah masuk Ramadhan beliau lari dari membaca hadits dan berkumpul bersama ulama."
Imam asy-Syafi'i rahimahullah, pada bulan Ramadhan menghatamkan Al-Qur'an sampai 60 kali dan itu di luar shalat. Imam Qatadah rahimahullah senantiasa menghatamkan setiap tujuh hari sekali. Pada bulan Ramadhan setiap tiga hari sekali. Dan pada sepuluh hari terakhir, menghatamkannya setiap malam.
Imam al-Zuhri rahimahullah jika sudah memasuki Ramadhan tidak lagi membaca hadits dan tidak hadir di majelis ilmu, beliau hanya membaca Al-Qur'an dari mushaf. Beliau mengatakan saat sudah masuk Ramadhan, "Sesungguhnya (pekerjaan itu) hanya membaca Al-Qur'an dan memberi makan."
Abdurazaq berkata, "Sufyan ats-Tsauri jika sudah masuk Ramadhan meninggalkan segala bentuk ibadah dan hanya membaca Al-Qur'an"
Imam al-Dzahabi berkata, "Telah diriwayatkan dari banyak jalur bahwa Abu Bakar bin 'Ayyasy tinggal selama empat puluh tahun menghatamkan Al-Qur'an sekali dalam sehari semalam."
Ibnu Rajab rahimahullah berkata: "(Maksud) adanya larangan membaca Al-Qur'an (menghatamkannya) kurang dari tiga hari yaitu jika dirutinkan tiap hari. Namun, jika di kesempatan yang utama seperti bulan Ramadhan dan tempat yang mulia seperti di Makkah bagi penduduk luar makkah, dianjurkan memperbanyak tilawah Al-Qur'an di sana, untuk menghargai kemuliaan tempat dan waktu tersebut. Ini adalah pendapat imam Ahmad, Ishaq, dan imam-imam lainya. Hal ini didukung dengan amalan selain mereka."
sumber:
voa-islam.com
Sabtu, 12 Juli 2014
Bolehkah Wanita Karir itu
Ada ungkapan "Wanita telah diciptakan dari tulang rusuk, maka janganlah engkau jadikan tulang punggung."
Tidak ada perselisihan di kalangan ulama' bahwa fitrah bagi wanita adalah dirumah. Namun realita saat ini banyak Sahabat Muslimah yang harus keluar rumah, bahkan harus menjadi tulang punggung keluarga atau harus mencari nafkah untuk dirinya sendiri.
Allah Ta`ala berfirman :
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ
“ Tetaplah para wanita tinggal di dalam rumah mereka dan janganlah mereka bertabarruj seperti orang jahiliyah ” (Al Ahzab:33)
Dalam menjelaskan ayat di atas Ibnu Katsir berkata :” tetaplah mereka para wanita tinggal di dalam rumah, maka janganlah mereka keluar rumah melainkan ada keperluan syar’i ”.
(Tafsir Ibnu Katsir 3/450).
Sedangkan menurut Asy Syaukani Sesungguhnya maksud ayat di atas adalah “ memerintahkan kepada mereka (para Wanita) agar tinggal dan menetap di dalam rumah, dan bukankah ia(wanita) sebagai penyejuk pandangan “ (Fathul Qodir 4 / 347)
Yang lebih menarik lagi dari ayat di atas yaitu Alloh menyandingkan perintah untuk Sahabat Muslimah supaya tidak keluar rumah dengan kebiasaan tabaruj orang jahiliyah. Mari kita lihat reallita kebanyakan wanita yang keluar rumah. Apakah kebanyakan mereka sulit dibedakan dengan orang jahiliyah (kafir)? Subhanalloh... Maha benar Alloh atas segala firmanNya.
Terus bagaimana kita menyikapi realita banyaknya wanita karir saat ini? Bolehkah hal itu dilakukan Sahabat Muslimah?
Sahabat Muslimah...
Tidak ada larangan sama sekali dalam Islam bagi wanita untuk menyalurkan kemampuan yang dimiliki. Namun Islam mengatur bagaimana batas seorang Muslimah dalam memposisikan diri saat berhubungan dengan orang lain, terutama terhadap kaum Adam. Disaat Sahabat Muslimah melakukan aktrifitas di luar rumah haruslah memenuhi beberapa syarat sebagai berikut.
1. Keluar rumah haruslah karena keterpaksaan. Bukan karena pilihan ataupun karena kesenangan. Keterpaksaan (darurat) bagi Sahabat Muslimah dilihat dari segi keurgensianya. Oleh karena itu seorang wanita diperbolehkan keluar rumah untuk memenuhi hajad pribadi ataupun untuk bekerja di luar rumah karena terpaksa.
2. Mendapatkan izin dari walinya, yaitu Ayah atau suaminya untuk janda minta izin kepada siapa?(insyaAlloh kita bahas pada risalah yang lain). Apabila mendapatkan izin pun harus ditemani laki-laki yang berhak, minimal yang sudah bisa bercerita dan makbul atas apa yang telah diungkapkannya. Apabila tidak ada yang menemani, inipun harus karena darurat sekali. Harus pula tujuan keluar rumah bukan dalam masalah yang dilarang Alloh.
3. Tidak berlaku tabaruj dan menampakan perhiasaan yang dapat mengundang fitnah. menurut syeikh Almaududi, kata tabaruj, bila dikaitkan dengan seorang wanita memiliki tiga pengertian :
a. Menampakan keelokan wajah dan bagian bagian tubuh yang membangkitkan birahi,
b. Memamerkan pakaian dan perhiasaan yang indah dihadapan kaum laki laki yang bukan mahram.
c. Memamerkan diri dan berjalan berlenggak lenggok dihadapan kaum laki-laki yang bukan mahram .
Menurut Alqur`an dan As Sunnah dan kesepakatan para ulama bahwa hukum tabaruj adalah haram.
4. Tidak bercampur baur dengan kaum laki laki, atau melakukan khalwat dengan laki laki yang bukan mahramnya. Rasulullah bersabda :
لايخلون رجل بامرأة فإن ثالثهما الشيطان
“ Janganlah sekali kali seorang laki - laki berkhalwat (berduan) dengan wanita, karena yang ketiganya adalah syaithan”. (HR At Tirmidzi ).
5. Tidak memakai parfum atau wewangian
Rasullah bersabda :
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ عَيْنٍ زَانِيَةٌ وَالْمَرْأَةُ إِذَا اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ بِالْمَجْلِسِ فَهِيَ كَذَا وَكَذَا يَعْنِي زَانِيَةً
“ Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: Setiap mata memiliki bagian dari zina, dan wanita yang memakai wewangian kemudian lewat di perkumpulan (lelaki) berarti dia begini dan begini. Maksud beliau berbuat zina.”. { HR. At Tirmidzi }.
6. Memakai hijab menurut ketentuan syar`i,
Allah Ta`ala berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
“ Wahai Nabi katakanlah kepada istri istrimu, anak anak perempuanmu, dan para wanita mukminin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu ,dan Allah maha pengampun lagi maha penyanyang “ (Al- Ahzab :59 ).
sumber:
voa-islam.com
Tidak ada perselisihan di kalangan ulama' bahwa fitrah bagi wanita adalah dirumah. Namun realita saat ini banyak Sahabat Muslimah yang harus keluar rumah, bahkan harus menjadi tulang punggung keluarga atau harus mencari nafkah untuk dirinya sendiri.
Allah Ta`ala berfirman :
وَقَرْنَ فِي بُيُوتِكُنَّ وَلَا تَبَرَّجْنَ تَبَرُّجَ الْجَاهِلِيَّةِ الْأُولَىٰ
“ Tetaplah para wanita tinggal di dalam rumah mereka dan janganlah mereka bertabarruj seperti orang jahiliyah ” (Al Ahzab:33)
Dalam menjelaskan ayat di atas Ibnu Katsir berkata :” tetaplah mereka para wanita tinggal di dalam rumah, maka janganlah mereka keluar rumah melainkan ada keperluan syar’i ”.
(Tafsir Ibnu Katsir 3/450).
Sedangkan menurut Asy Syaukani Sesungguhnya maksud ayat di atas adalah “ memerintahkan kepada mereka (para Wanita) agar tinggal dan menetap di dalam rumah, dan bukankah ia(wanita) sebagai penyejuk pandangan “ (Fathul Qodir 4 / 347)
Yang lebih menarik lagi dari ayat di atas yaitu Alloh menyandingkan perintah untuk Sahabat Muslimah supaya tidak keluar rumah dengan kebiasaan tabaruj orang jahiliyah. Mari kita lihat reallita kebanyakan wanita yang keluar rumah. Apakah kebanyakan mereka sulit dibedakan dengan orang jahiliyah (kafir)? Subhanalloh... Maha benar Alloh atas segala firmanNya.
Terus bagaimana kita menyikapi realita banyaknya wanita karir saat ini? Bolehkah hal itu dilakukan Sahabat Muslimah?
Sahabat Muslimah...
Tidak ada larangan sama sekali dalam Islam bagi wanita untuk menyalurkan kemampuan yang dimiliki. Namun Islam mengatur bagaimana batas seorang Muslimah dalam memposisikan diri saat berhubungan dengan orang lain, terutama terhadap kaum Adam. Disaat Sahabat Muslimah melakukan aktrifitas di luar rumah haruslah memenuhi beberapa syarat sebagai berikut.
1. Keluar rumah haruslah karena keterpaksaan. Bukan karena pilihan ataupun karena kesenangan. Keterpaksaan (darurat) bagi Sahabat Muslimah dilihat dari segi keurgensianya. Oleh karena itu seorang wanita diperbolehkan keluar rumah untuk memenuhi hajad pribadi ataupun untuk bekerja di luar rumah karena terpaksa.
2. Mendapatkan izin dari walinya, yaitu Ayah atau suaminya untuk janda minta izin kepada siapa?(insyaAlloh kita bahas pada risalah yang lain). Apabila mendapatkan izin pun harus ditemani laki-laki yang berhak, minimal yang sudah bisa bercerita dan makbul atas apa yang telah diungkapkannya. Apabila tidak ada yang menemani, inipun harus karena darurat sekali. Harus pula tujuan keluar rumah bukan dalam masalah yang dilarang Alloh.
3. Tidak berlaku tabaruj dan menampakan perhiasaan yang dapat mengundang fitnah. menurut syeikh Almaududi, kata tabaruj, bila dikaitkan dengan seorang wanita memiliki tiga pengertian :
a. Menampakan keelokan wajah dan bagian bagian tubuh yang membangkitkan birahi,
b. Memamerkan pakaian dan perhiasaan yang indah dihadapan kaum laki laki yang bukan mahram.
c. Memamerkan diri dan berjalan berlenggak lenggok dihadapan kaum laki-laki yang bukan mahram .
Menurut Alqur`an dan As Sunnah dan kesepakatan para ulama bahwa hukum tabaruj adalah haram.
4. Tidak bercampur baur dengan kaum laki laki, atau melakukan khalwat dengan laki laki yang bukan mahramnya. Rasulullah bersabda :
لايخلون رجل بامرأة فإن ثالثهما الشيطان
“ Janganlah sekali kali seorang laki - laki berkhalwat (berduan) dengan wanita, karena yang ketiganya adalah syaithan”. (HR At Tirmidzi ).
5. Tidak memakai parfum atau wewangian
Rasullah bersabda :
عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ كُلُّ عَيْنٍ زَانِيَةٌ وَالْمَرْأَةُ إِذَا اسْتَعْطَرَتْ فَمَرَّتْ بِالْمَجْلِسِ فَهِيَ كَذَا وَكَذَا يَعْنِي زَانِيَةً
“ Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, beliau bersabda: Setiap mata memiliki bagian dari zina, dan wanita yang memakai wewangian kemudian lewat di perkumpulan (lelaki) berarti dia begini dan begini. Maksud beliau berbuat zina.”. { HR. At Tirmidzi }.
6. Memakai hijab menurut ketentuan syar`i,
Allah Ta`ala berfirman :
يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُل لِّأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِن جَلَابِيبِهِنَّ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَن يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا
“ Wahai Nabi katakanlah kepada istri istrimu, anak anak perempuanmu, dan para wanita mukminin, hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka, yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu ,dan Allah maha pengampun lagi maha penyanyang “ (Al- Ahzab :59 ).
sumber:
voa-islam.com
Jumat, 11 Juli 2014
Khalifah Setelah Nabi Muhammad SAW
Ibnu Katsir rahimahullah dalam Al Bidayah Wan Nihayah juz 11/398 menyebutkan :
“Dan di antara yang menjadi dalil bahwa mereka (Khilafah Daulah Fathimiyyah) adalah orang-orang yang memberikan pengakuan dusta (bahwa mereka adalah Ahlul Bait), sebagaimana disebutkan oleh para ulama yang terhormat itu dan para imam yang utama, dan bahwasanya mereka (Daulah Fathimiyyah) tidak memiliki hubungan nasab sama sekali dengan Ali bin Abi Thalib juga kepada Fathimah binti Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana pengakuan mereka. Adalah ucapan sahabat Abdullah bin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhuma kepada Al Husain bin Ali bin Abi Thalib ketika akan berangkat ke Iraq, yaitu saat para penduduk kota Kuffah mengirimkan utusan kepada beliau dan berjanji akan memberikan bai’at kepadanya.
Ibnu Umar berkata : “Janganlah engkau pergi ke sana karena sesungguhnya aku takut engkau akan terbunuh, dan sesungguhnya kakekmu (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam) telah diminta oleh Allah untuk memilih dunia atau akhirat, dan beliau memilih akhirat dibandingkan dunia. Sedangkan engkau adalah bagian dari beliau dan sesungguhnya demi Allah, engkau tidak akan mendapatkannya (kekhalifahan), engkau maupun salah satu di antara orang setelahmu, juga Ahlul Bait mu”.
Ibnu Katsir kemudian menjelaskan : “Kalimat yang berkedudukan Hasan Shahih, yang tertuju pada kepada masalah ini dan sangat masuk akal, yang disampaikan oleh sahabat yang mulia ini menunjukkan bahwa :
TIDAK AKAN ADA KHALIFAH DARI AHLUL BAIT KECUALI MUHAMMAD BIN ABDULLAH AL MAHDI (IMAM MAHDI) YANG AKAN DIANGKAT DI AKHIR ZAMAN BERSAMA DENGAN TURUNNYA NABI ISA IBNU MARYAM. HAL INI KARENA DEMI MENJAGA AGAR AHLUL BAIT TIDAK TERPEDAYA DENGAN DUNIA DAN AGAR TIDAK MENGOTORI KEMULIAAN MEREKA”.(Al Bidayah Wan Nihayah Juz 11/398)
sumber:
arrahmah.com
“Dan di antara yang menjadi dalil bahwa mereka (Khilafah Daulah Fathimiyyah) adalah orang-orang yang memberikan pengakuan dusta (bahwa mereka adalah Ahlul Bait), sebagaimana disebutkan oleh para ulama yang terhormat itu dan para imam yang utama, dan bahwasanya mereka (Daulah Fathimiyyah) tidak memiliki hubungan nasab sama sekali dengan Ali bin Abi Thalib juga kepada Fathimah binti Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam sebagaimana pengakuan mereka. Adalah ucapan sahabat Abdullah bin Umar bin Khattab radhiyallahu ‘anhuma kepada Al Husain bin Ali bin Abi Thalib ketika akan berangkat ke Iraq, yaitu saat para penduduk kota Kuffah mengirimkan utusan kepada beliau dan berjanji akan memberikan bai’at kepadanya.
Ibnu Umar berkata : “Janganlah engkau pergi ke sana karena sesungguhnya aku takut engkau akan terbunuh, dan sesungguhnya kakekmu (Rasulullah Shalallahu ‘alaihi wasallam) telah diminta oleh Allah untuk memilih dunia atau akhirat, dan beliau memilih akhirat dibandingkan dunia. Sedangkan engkau adalah bagian dari beliau dan sesungguhnya demi Allah, engkau tidak akan mendapatkannya (kekhalifahan), engkau maupun salah satu di antara orang setelahmu, juga Ahlul Bait mu”.
Ibnu Katsir kemudian menjelaskan : “Kalimat yang berkedudukan Hasan Shahih, yang tertuju pada kepada masalah ini dan sangat masuk akal, yang disampaikan oleh sahabat yang mulia ini menunjukkan bahwa :
TIDAK AKAN ADA KHALIFAH DARI AHLUL BAIT KECUALI MUHAMMAD BIN ABDULLAH AL MAHDI (IMAM MAHDI) YANG AKAN DIANGKAT DI AKHIR ZAMAN BERSAMA DENGAN TURUNNYA NABI ISA IBNU MARYAM. HAL INI KARENA DEMI MENJAGA AGAR AHLUL BAIT TIDAK TERPEDAYA DENGAN DUNIA DAN AGAR TIDAK MENGOTORI KEMULIAAN MEREKA”.(Al Bidayah Wan Nihayah Juz 11/398)
sumber:
arrahmah.com
Kamis, 10 Juli 2014
Wanita Boleh Memakmurkan Masjid Dengan 5 Catatan
Keutamaan memakmurkan masjid bukan domain kaum Adam saja.
Kaum Hawa juga punya peran dalam memakmurkan rumah Allah di muka bumi. Sebab, wanita saudara kandung laki-laki dan bagian dari masyarakat. Karenanya Islam tidak mendeskriditkan wanita dalam amal mulia ini. Hal ini nampak jelas dari kitab sirah, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memberi nasihat dan menyampaikan pengajaran kepada kaum wanita di masjid. Mereka menghadiri taklim dan khutbah yang disampaikan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam di sana.
Sejarah juga mencatat, sebagian shahabiyat ikut shalat berjamaah bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam di masjid. Mereka menempati shaff bagian belakang dengan berhijab, tidak memakai parfum, tidak mengundang fitnah dan membuka pintu fitnah, lalu mereka pulang sebelum jamaah laki-laki bubar.

Dari sini, pengurus masjid hendaknya menyediakan tempat khusus yang layak di bagian masjid untuk shalat para muslimah. Hendaknya tempat ini terpisah dari kaum Adam yang memiliki pintu khusus sehingga tidak bercampur antara laki-laki dan perempuan saat masuk maupun keluar masjid. Tempat ini juga bisa dipakai untuk taklim dan kajian mereka.
Sehingga aktifitas para ummahat di masjid bisa menambah ilmu dan pengetahuan mereka tentang agamanya dalam bidang akidah, ibadah, dan akhlak. Juga pengetahuan tentang hak suami, cara mendidik anak yang benar, dan menghilangkan kejahilan. Namun demikian, hendaknya kaum hawa memperhatikan catatan berikut ini:
Bukti lain tentang peran wanita memakmurkan masjid ditunjukkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada para suami melarang istri-istri mereka pergi ke masjid.
sumber:
voa-islam.com
Kaum Hawa juga punya peran dalam memakmurkan rumah Allah di muka bumi. Sebab, wanita saudara kandung laki-laki dan bagian dari masyarakat. Karenanya Islam tidak mendeskriditkan wanita dalam amal mulia ini. Hal ini nampak jelas dari kitab sirah, Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam memberi nasihat dan menyampaikan pengajaran kepada kaum wanita di masjid. Mereka menghadiri taklim dan khutbah yang disampaikan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam di sana.
Sejarah juga mencatat, sebagian shahabiyat ikut shalat berjamaah bersama Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam di masjid. Mereka menempati shaff bagian belakang dengan berhijab, tidak memakai parfum, tidak mengundang fitnah dan membuka pintu fitnah, lalu mereka pulang sebelum jamaah laki-laki bubar.

Dari sini, pengurus masjid hendaknya menyediakan tempat khusus yang layak di bagian masjid untuk shalat para muslimah. Hendaknya tempat ini terpisah dari kaum Adam yang memiliki pintu khusus sehingga tidak bercampur antara laki-laki dan perempuan saat masuk maupun keluar masjid. Tempat ini juga bisa dipakai untuk taklim dan kajian mereka.
Sehingga aktifitas para ummahat di masjid bisa menambah ilmu dan pengetahuan mereka tentang agamanya dalam bidang akidah, ibadah, dan akhlak. Juga pengetahuan tentang hak suami, cara mendidik anak yang benar, dan menghilangkan kejahilan. Namun demikian, hendaknya kaum hawa memperhatikan catatan berikut ini:
- Wanita muslimah tidak memakai parfum dan minyak wangi menyengat jika sedang ke masjid. Persoalan ini sangat penting yang harus diperhatikan muslimah agar aktifitasnya di masjid tidak menimbulkan fitnah. [Baca: Wanita Ke Masjid Pakai Parfum Menyengat, Shalatnya Tidak Diterima]
- Jangan bercampur baur dengan kaum Adam saat di jalan menuju masjid, saat memasuki masjid, dan saat berada di dalamnya. Karena campur baur ini menjadi sebab terjadinya fitnah dan jalan kepada maksiat.
- Kalau pergi ke masjid, hendaknya muslimah ditemani mahramnya. Jangan sampai ke masjid dengan dibonceng tukang ojek yang laki-laki. Kehadirannya ke masjid bukan menghasilkan pahala, tapi malah sebaliknya.
- Saat berada di masjid jangan sibuk ngobrol dengan kawan-kawannya, ngrumpi apalagi ngegunjing. Perbuatan-perbuatan ini memalingkan dari dzikrullah dan memutus kekhusyuan serta menggagu orang lain.
- Jangan membawa anak balita ke masjid sehingga mereka berlari-larian di dalam masjid dan menggangu orang shalat. Juga dikhawatirkan mereka mengotori masjid dengan najis kencing atau fesesnya.
Bukti lain tentang peran wanita memakmurkan masjid ditunjukkan sabda Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada para suami melarang istri-istri mereka pergi ke masjid.
sumber:
voa-islam.com
Rabu, 09 Juli 2014
Hukum Muslimah Tetap Puasa Ramadan Meski Haid
Malu perhiasan indah seorang muslim, khususnya wanita muslimah.
Ia bagian terpenting dari keimanan. “Malu bagian dari iman,’ demikian bunyi hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Yaitu malu yang mendorong pemiliknya untuk berbuat baik dan terpuji, menahan diri dari berbuat jelek, hina, dan melakukan sesuatu yang merusak kehormatannya. Maka jika ia menerjang maksiat, ia malu kepada Allah. Jika melakuan perbuatan yang merusak nama baiknya maka ia malu dari manusia, dan seterusnya.
Sedangkan malu yang menyebabkan dirinya melakukan keharaman dan terhalang mendapatkan mashalahat yang sangat dibutuhkan maka malu ini tidak dipuji. Salah satunya malu ketahuan haid lalu tetap ikut berpuasa Ramadhan.

Kejadian ini pernah ditanyakan kepada Syaikh bin Jibrin, seorang gadis yang malu ketahuan dirinya dapat tamu bulanan sehingga tetap ikut menjalankan puasa Ramadhan.
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin menjawab: Tidak diragukan lagi bahwa perbuatannya itu salah. Tidak boleh malu dalam masalah seperti ini. Haid adalah perkara yang telah Allah tetapkan bagi kaum wanita. Dan haid menghalangi shalat dan puasa. Adapun perempuan yang tetap berpuasa ini, padahal sedang haid, karena malu kepada keluarganya, dia tetap wajib menggadla' hari-hari yang dia tetap berpuasa dalam kondisi haid, dan janganlah mengulanginya. Wallahu a'lam!!! (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin).
Sobat muslimah, malu yang merupakan perhiasan indah harus kita pakai pada tempatnya. Jangan sampai karena modal berharga (malu) bagi remaja muslimah menjadikan sobat melanggar ketetapan yang yang sudah Allah buat. Di antaranya larangan puasa bagi wanita haid dan nifas. Ini ketentuan dari Allah dengan hikmah mulia yang dimiliki-Nya.
sumber:
voa-islam.com
Ia bagian terpenting dari keimanan. “Malu bagian dari iman,’ demikian bunyi hadits Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam. Yaitu malu yang mendorong pemiliknya untuk berbuat baik dan terpuji, menahan diri dari berbuat jelek, hina, dan melakukan sesuatu yang merusak kehormatannya. Maka jika ia menerjang maksiat, ia malu kepada Allah. Jika melakuan perbuatan yang merusak nama baiknya maka ia malu dari manusia, dan seterusnya.
Sedangkan malu yang menyebabkan dirinya melakukan keharaman dan terhalang mendapatkan mashalahat yang sangat dibutuhkan maka malu ini tidak dipuji. Salah satunya malu ketahuan haid lalu tetap ikut berpuasa Ramadhan.

Kejadian ini pernah ditanyakan kepada Syaikh bin Jibrin, seorang gadis yang malu ketahuan dirinya dapat tamu bulanan sehingga tetap ikut menjalankan puasa Ramadhan.
Syaikh Abdullah bin Abdurrahman al-Jibrin menjawab: Tidak diragukan lagi bahwa perbuatannya itu salah. Tidak boleh malu dalam masalah seperti ini. Haid adalah perkara yang telah Allah tetapkan bagi kaum wanita. Dan haid menghalangi shalat dan puasa. Adapun perempuan yang tetap berpuasa ini, padahal sedang haid, karena malu kepada keluarganya, dia tetap wajib menggadla' hari-hari yang dia tetap berpuasa dalam kondisi haid, dan janganlah mengulanginya. Wallahu a'lam!!! (Fatawa Syaikh Ibnu Jibrin).
Sobat muslimah, malu yang merupakan perhiasan indah harus kita pakai pada tempatnya. Jangan sampai karena modal berharga (malu) bagi remaja muslimah menjadikan sobat melanggar ketetapan yang yang sudah Allah buat. Di antaranya larangan puasa bagi wanita haid dan nifas. Ini ketentuan dari Allah dengan hikmah mulia yang dimiliki-Nya.
sumber:
voa-islam.com
Selasa, 08 Juli 2014
Konser Salam Dua Jari Bikin Massa Tidak Berpuasa
Konser Salam Dua Jari di Stadion Gelora Bung Karno (GBK) di bulan Ramadhan berjalan dengan tertib dan lancar, Sabtu (5/7).
Ribuan massa simpatisan pendukung capres no urut dua Jokowi-JK antusias dalam konser tersebut. Lebih dari 200 seniman menggelar acara konser 'Salam Dua Jari' di stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.
Konser yang dimulai sejak pukul 14.00 WIB ini merupakan puncak rangkaian kegiatan gerakan 'Revolusi Harmoni untuk Revolusi Mental' yang diprakarsai oleh para seniman dalam rangka mendukung pasangan capres dan cawapres, Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) sekaligus merekatkan kembali tali kebangsaan.

Grup musik Slank hadir mempromosikan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Joko Widodo-Jusuf Kalla kepada ribuan fansnya, seluruh punggawanya, akan menyapa fans loyalnya di Stadion Gelora Bung Karno, Sabtu sore.
"Indonesia membutuhkan pemimpin bersih, berani, kuat, dan jujur. Itulah sebabnya mengapa Slank pilih nomor 2," ujar vokalis Slank Akhadi Wira Satriaji atau yang akrab disapa Kaka.
Sayangnya konser 2 Jari ini tidak bersih dan jujur-jujur amat. Berdasarkan pembicaraan antar jurnalis pasca digelarnya konser 2 Jari Jokowi Jk cenderung mengabaikan kesucian dan keluhuran bulan Ramadhan.
Astaghfirulloh...harusnya tidak ada konser di siang hari.

Seorang jurnalis media nasional yang tak ingin disebutkan namanya ini menyaksikan bahwa vokalis Slank menghisap ganja "Gw lagi liputan di konser 2 jari, si Kaka (vokalis Slank) keluarin lintingan ganja dari tasnya." ujarnya miris.
Gw lagi liputan di konser 2 jari, si Kaka (vokalis Slank) keluarin lintingan ganja dari tasnya." ujarnya miris
Tak hanya Kaka Slank, para simpatisan Konser 2 Jari Jokowi JK ini bahkan terang-terangan menodai bulan suci Ramadhan, "jam 4 sore aja pada makan semangka. Bahkan makan dan merokok seenaknya di GBK." ujar wartawan tersebut.
sumber:
voa-islam.com
Ribuan massa simpatisan pendukung capres no urut dua Jokowi-JK antusias dalam konser tersebut. Lebih dari 200 seniman menggelar acara konser 'Salam Dua Jari' di stadion Gelora Bung Karno (GBK), Jakarta.
Konser yang dimulai sejak pukul 14.00 WIB ini merupakan puncak rangkaian kegiatan gerakan 'Revolusi Harmoni untuk Revolusi Mental' yang diprakarsai oleh para seniman dalam rangka mendukung pasangan capres dan cawapres, Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) sekaligus merekatkan kembali tali kebangsaan.

Grup musik Slank hadir mempromosikan calon presiden dan wakil presiden nomor urut 2 Joko Widodo-Jusuf Kalla kepada ribuan fansnya, seluruh punggawanya, akan menyapa fans loyalnya di Stadion Gelora Bung Karno, Sabtu sore.
"Indonesia membutuhkan pemimpin bersih, berani, kuat, dan jujur. Itulah sebabnya mengapa Slank pilih nomor 2," ujar vokalis Slank Akhadi Wira Satriaji atau yang akrab disapa Kaka.
Sayangnya konser 2 Jari ini tidak bersih dan jujur-jujur amat. Berdasarkan pembicaraan antar jurnalis pasca digelarnya konser 2 Jari Jokowi Jk cenderung mengabaikan kesucian dan keluhuran bulan Ramadhan.
Astaghfirulloh...harusnya tidak ada konser di siang hari.

Seorang jurnalis media nasional yang tak ingin disebutkan namanya ini menyaksikan bahwa vokalis Slank menghisap ganja "Gw lagi liputan di konser 2 jari, si Kaka (vokalis Slank) keluarin lintingan ganja dari tasnya." ujarnya miris.
Gw lagi liputan di konser 2 jari, si Kaka (vokalis Slank) keluarin lintingan ganja dari tasnya." ujarnya miris
Tak hanya Kaka Slank, para simpatisan Konser 2 Jari Jokowi JK ini bahkan terang-terangan menodai bulan suci Ramadhan, "jam 4 sore aja pada makan semangka. Bahkan makan dan merokok seenaknya di GBK." ujar wartawan tersebut.
sumber:
voa-islam.com
Minggu, 06 Juli 2014
Bagaimana Sebenarnya Larangan Zina dan Bahayanya
Bagaimana sebenarnya larangan zina dan bahayanya, perlu disosialisasikan, agar masyarakat memahaminya dengan baik.
Penjelasan singkat berikut ini semoga bermanfaat. Islam Melarang Dekati Zina Apala gi Berzina Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS Al-Israa’/ 17: 32).
Imam As-Sa’di dalam tafsirnya, At_Taisir, menjelaskan: Dan larangan mendekati zina itu lebih mengena (ablagh) daripada larangan hanya perbuatan zina itu sendiri, karena yang demikian itu mencakup larangan terhadap seluruh awalan-awalannya, dan faktor-faktor yang menyebabkan zina.

Karena “siapa yang menggembala sekitar daerah larangan maka dia hampir jatuh ke dalamnya”, terutama masalah ini, yang dalam banyak jiwa adalah alasan paling “...dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, ... (QS Al-An’am/6: 151)
Wabah dan penyakit akibat zina merajalela. Bila pelanggaran berupa zina telah merajalela di suatu masyarakat maka Allah akan menyebarkan wabah tha’un (wabah penyakit pes) dan penyakit-penyakit yang belum pernah diderita oleh orang-orang terdahulu sebelumnya.
Inilah hadits-haditsnya:
Dari Abdullah bin Umar dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadapkan wajah ke kami dan bersabda: “Wahai golongan Muhajirin, lima perkara apabila kalian mendapat cobaan dengannya, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya; Tidaklah kekejian (mesum) menyebar di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit Tha’un (wabah pes) dan penyakit-penyakit yang belum pernah terjadi terhadap para pendahulu mereka".
"Tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran kecuali mereka akan disiksa dengan kemarau berkepanjangan dan penguasa yang zhalim. Tidaklah mereka enggan membayar zakat harta-harta mereka kecuali langit akan berhenti meneteskan air untuk mereka, kalau bukan karena hewan-hewan ternak niscaya mereka tidak akan beri hujan".
Tidaklah mereka melanggar janji Allah dan Rasul-Nya kecuali Allah akan kuasakan atas mereka musuh dari luar mereka dan menguasainya. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka enggan menjalankan hukum-hukum Allah dan tidak menganggap lebih baik apa yang diturunkan Allah, kecuali Allah akan menjadikan saling memerangi di antara mereka.” (HR Ibnu Majah nomor 4009, lafal baginya, dan riwayat Al-Bazar dan Al-Baihaqi, shahih lighoirihi menurutSyaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wat-Tarhib hadits nomor 1761).
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:Apabila zina dan riba telah nampak di suatu kampung maka sungguh mereka telah menghalalkan diri mereka ketetapan (adzab) Allah ‘Azza wa Jalla. (HR At-Thabrani, Al-Hakim dia berkata shahih sanadnya, dan Al-baihaqi, menuru Al- Albani dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib 1859 adalah hasan lighairihi).
Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:Tidaklah suatu kaum merusak janji sama sekali kecuali akan ada pembunuhan di antara mereka. Dan tidaklah perzinaan nampak di suatu kaum kecuali Allah akan menguasakan kematian atas mereka, dan tidaklah suatu kaum menahan zakat kecuali Allah akan menahan hujan dari mereka. (HR Al-Hakim, ia berkata shahih atas syarat Muslim, dan riwayat Al-Baihaqi, menurut Al-Albani shahih lighairihi dalam Shahih At-Targhib wat-Tarhib nomor 2418).
sumber:
voa-islam.com
Penjelasan singkat berikut ini semoga bermanfaat. Islam Melarang Dekati Zina Apala gi Berzina Dan janganlah kamu mendekati zina; sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk. (QS Al-Israa’/ 17: 32).
Imam As-Sa’di dalam tafsirnya, At_Taisir, menjelaskan: Dan larangan mendekati zina itu lebih mengena (ablagh) daripada larangan hanya perbuatan zina itu sendiri, karena yang demikian itu mencakup larangan terhadap seluruh awalan-awalannya, dan faktor-faktor yang menyebabkan zina.

Karena “siapa yang menggembala sekitar daerah larangan maka dia hampir jatuh ke dalamnya”, terutama masalah ini, yang dalam banyak jiwa adalah alasan paling “...dan janganlah kamu mendekati perbuatan-perbuatan yang keji, baik yang nampak di antaranya maupun yang tersembunyi, ... (QS Al-An’am/6: 151)
Wabah dan penyakit akibat zina merajalela. Bila pelanggaran berupa zina telah merajalela di suatu masyarakat maka Allah akan menyebarkan wabah tha’un (wabah penyakit pes) dan penyakit-penyakit yang belum pernah diderita oleh orang-orang terdahulu sebelumnya.
Inilah hadits-haditsnya:
Dari Abdullah bin Umar dia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam menghadapkan wajah ke kami dan bersabda: “Wahai golongan Muhajirin, lima perkara apabila kalian mendapat cobaan dengannya, dan aku berlindung kepada Allah semoga kalian tidak mengalaminya; Tidaklah kekejian (mesum) menyebar di suatu kaum, kemudian mereka melakukannya dengan terang-terangan kecuali akan tersebar di tengah mereka penyakit Tha’un (wabah pes) dan penyakit-penyakit yang belum pernah terjadi terhadap para pendahulu mereka".
"Tidaklah mereka mengurangi timbangan dan takaran kecuali mereka akan disiksa dengan kemarau berkepanjangan dan penguasa yang zhalim. Tidaklah mereka enggan membayar zakat harta-harta mereka kecuali langit akan berhenti meneteskan air untuk mereka, kalau bukan karena hewan-hewan ternak niscaya mereka tidak akan beri hujan".
Tidaklah mereka melanggar janji Allah dan Rasul-Nya kecuali Allah akan kuasakan atas mereka musuh dari luar mereka dan menguasainya. Dan tidaklah pemimpin-pemimpin mereka enggan menjalankan hukum-hukum Allah dan tidak menganggap lebih baik apa yang diturunkan Allah, kecuali Allah akan menjadikan saling memerangi di antara mereka.” (HR Ibnu Majah nomor 4009, lafal baginya, dan riwayat Al-Bazar dan Al-Baihaqi, shahih lighoirihi menurutSyaikh Al-Albani dalam Shahih At-Targhib wat-Tarhib hadits nomor 1761).
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:Apabila zina dan riba telah nampak di suatu kampung maka sungguh mereka telah menghalalkan diri mereka ketetapan (adzab) Allah ‘Azza wa Jalla. (HR At-Thabrani, Al-Hakim dia berkata shahih sanadnya, dan Al-baihaqi, menuru Al- Albani dalam Shahih At-Targhib wat Tarhib 1859 adalah hasan lighairihi).
Dari Abdullah bin Buraidah dari ayahnya, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:Tidaklah suatu kaum merusak janji sama sekali kecuali akan ada pembunuhan di antara mereka. Dan tidaklah perzinaan nampak di suatu kaum kecuali Allah akan menguasakan kematian atas mereka, dan tidaklah suatu kaum menahan zakat kecuali Allah akan menahan hujan dari mereka. (HR Al-Hakim, ia berkata shahih atas syarat Muslim, dan riwayat Al-Baihaqi, menurut Al-Albani shahih lighairihi dalam Shahih At-Targhib wat-Tarhib nomor 2418).
sumber:
voa-islam.com
Kamis, 03 Juli 2014
Suplai Gizi Pada Saat Puasa
Suplai Gizi Pada Saat Puasa
Pada waktu buka puasa dan sahur suplai gizi perlu diusahakan memenuhi unsur-unsur yang dibutuhkan tubuh, meliputi enam jenis zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Pentingnya keseimbangan gizi sering kurang disadari karena hasilnya tidak terlihat langsung.

Seseorang yang kekurangan zat gizi tertentu sama bahayanya dengan mereka yang kelebihan gizi tertentu. Makan yang seimbang baik dalam porsi maupun gizi akan mempengaruhi susunan saraf pusat dan kondisi biokimia tubuh. Makan yang seimbang adalah makan yang tidak kekurangan tetapi juga tidak berlebihan, yang disesuaikan dengan usia, kualitas dan kuantitas gerak serta kondisi tubuh.
Pada beberapa orang, pada saat puasa mempunyai keluhan seperti merasa lemas dan lesu atau stamina menurun, juga gangguan pencernaan seperti perut kembung dan gangguan lambung.
Beberapa bahan pangan tertentu seperti madu, jahe, kencur, temu lawak, dan bahan-bahan lainnya dapat digunakan untuk mengatasi stamina menurun, kembung, dan gangguan lambung pada saat puasa. (www.doktersehat.com)
sumber;
voa-islam.com
Pada waktu buka puasa dan sahur suplai gizi perlu diusahakan memenuhi unsur-unsur yang dibutuhkan tubuh, meliputi enam jenis zat gizi yaitu karbohidrat, protein, lemak, vitamin, mineral, dan air. Pentingnya keseimbangan gizi sering kurang disadari karena hasilnya tidak terlihat langsung.

Seseorang yang kekurangan zat gizi tertentu sama bahayanya dengan mereka yang kelebihan gizi tertentu. Makan yang seimbang baik dalam porsi maupun gizi akan mempengaruhi susunan saraf pusat dan kondisi biokimia tubuh. Makan yang seimbang adalah makan yang tidak kekurangan tetapi juga tidak berlebihan, yang disesuaikan dengan usia, kualitas dan kuantitas gerak serta kondisi tubuh.
Pada beberapa orang, pada saat puasa mempunyai keluhan seperti merasa lemas dan lesu atau stamina menurun, juga gangguan pencernaan seperti perut kembung dan gangguan lambung.
Beberapa bahan pangan tertentu seperti madu, jahe, kencur, temu lawak, dan bahan-bahan lainnya dapat digunakan untuk mengatasi stamina menurun, kembung, dan gangguan lambung pada saat puasa. (www.doktersehat.com)
sumber;
voa-islam.com
Rabu, 02 Juli 2014
Apa Hukum Membaca Doa Qunut Dalam Shalat Witir
Pertanyaan: Apa hukum membaca doa qunut dalam shalat witir pada malam-malam Ramadhan. Apakah boleh meninggalkannya? Jazakumullahu Khairan
Jawab: Doa Qunut dalam shalat Witir adalah Sunnah. Apabila ditinggalkan dalam sebagian kesempatan maka tidak mengapa.
Dalam sebagian fatwa beliau yang lain, dikatakan: “Apakah qunut witir dengan cara yang sudah ma’ruf memiliki landasan, ada dalilnya?”

Jawab: “Ya, qunut dalam Shalat witir pada malam Ramadhan adalah sunnah. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah mengajarkannya kepada Al-Hasan bin ‘Ali. Dan pengajaran Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada salah seorang sahabat merupakan pengajaran untuk umat secara keseluruhan. Maka mereka (para ulama) berkata,sSepatutnya bagi seorang mukmin apabila shalat di rakaat terakhir untuk mengangkat kedua tangannya setelah bangkit dari ruku’ dan berdoa: Allahumma Ihdina Fiiman Haadait dan doa-doa yang dihafalnya. Lalu ia sujud sebagaimana dikerjakan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya.” (Sumber: http://www.binbaz.org.sa)
Disebutkan oleh Al-Tirmidzi, bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengajari Al-Hasan Radhiyallahu 'Anhu doa dalam qunut. Dan diriwayarkan pula oleh Al-Tirmidzi dan Ahmad serta yang lainnya, Al-Hasan bin Ali Radhiyallahu 'Anhuma berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengajariku beberapa kalimat yang aku baca dalam qunut witir:
اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
“Ya Allah berilah aku petunjuk bersama orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku keafiatan bersama orang-orang yang telah Engkau beri keafiatan. Lindungi aku bersama orang-orang yang telah Engkau lindungi. Berkahilah aku dalam apa yang Engkau telah berikan kepadaku. Selamatkanlah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan. Karena sesungguhnya Engkau-lah yang menetapkannya dan tidak lah Engkau dikenai ketetapan itu. Sesungguhnya tidak akan terhina orang yang Engkau cintai. Maha suci dan Mahatinggi Engkau, Wahai Rabb kami.” (HR. Abu Dawud, Al-Tirmidzi, Al-Nasai, dan Ibnu Majah. Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’, no. 426)
sumber:
voa-islam.com
Jawab: Doa Qunut dalam shalat Witir adalah Sunnah. Apabila ditinggalkan dalam sebagian kesempatan maka tidak mengapa.
Dalam sebagian fatwa beliau yang lain, dikatakan: “Apakah qunut witir dengan cara yang sudah ma’ruf memiliki landasan, ada dalilnya?”

Jawab: “Ya, qunut dalam Shalat witir pada malam Ramadhan adalah sunnah. Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam telah mengajarkannya kepada Al-Hasan bin ‘Ali. Dan pengajaran Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam kepada salah seorang sahabat merupakan pengajaran untuk umat secara keseluruhan. Maka mereka (para ulama) berkata,sSepatutnya bagi seorang mukmin apabila shalat di rakaat terakhir untuk mengangkat kedua tangannya setelah bangkit dari ruku’ dan berdoa: Allahumma Ihdina Fiiman Haadait dan doa-doa yang dihafalnya. Lalu ia sujud sebagaimana dikerjakan Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya.” (Sumber: http://www.binbaz.org.sa)
Disebutkan oleh Al-Tirmidzi, bahwasanya Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengajari Al-Hasan Radhiyallahu 'Anhu doa dalam qunut. Dan diriwayarkan pula oleh Al-Tirmidzi dan Ahmad serta yang lainnya, Al-Hasan bin Ali Radhiyallahu 'Anhuma berkata: Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam mengajariku beberapa kalimat yang aku baca dalam qunut witir:
اللَّهُمَّ اهْدِنِي فِيمَنْ هَدَيْتَ وَعَافِنِي فِيمَنْ عَافَيْتَ وَتَوَلَّنِي فِيمَنْ تَوَلَّيْتَ وَبَارِكْ لِي فِيمَا أَعْطَيْتَ وَقِنِي شَرَّ مَا قَضَيْتَ فَإِنَّكَ تَقْضِي وَلَا يُقْضَى عَلَيْكَ إِنَّهُ لَا يَذِلُّ مَنْ وَالَيْتَ تَبَارَكْتَ رَبَّنَا وَتَعَالَيْتَ
“Ya Allah berilah aku petunjuk bersama orang-orang yang telah Engkau beri petunjuk. Berilah aku keafiatan bersama orang-orang yang telah Engkau beri keafiatan. Lindungi aku bersama orang-orang yang telah Engkau lindungi. Berkahilah aku dalam apa yang Engkau telah berikan kepadaku. Selamatkanlah aku dari keburukan apa yang telah Engkau tetapkan. Karena sesungguhnya Engkau-lah yang menetapkannya dan tidak lah Engkau dikenai ketetapan itu. Sesungguhnya tidak akan terhina orang yang Engkau cintai. Maha suci dan Mahatinggi Engkau, Wahai Rabb kami.” (HR. Abu Dawud, Al-Tirmidzi, Al-Nasai, dan Ibnu Majah. Dishahihkan Syaikh Al-Albani dalam Al-Irwa’, no. 426)
sumber:
voa-islam.com
Selasa, 01 Juli 2014
Ini Dia Biang Kerok Kristenisasi di Pulau Jawa
Perjalanan Imprealis barat dalam menguasai Jawa serta Nusantara secara umum, terbagi menjadi dua zaman, dan semuanya itu tidak lepas dari inti misi mereka yakni mengkristenkan negeri jajahan.
Adapun perdagangan dan wilayah adalah topeng agar lebih mudah untuk memasuki sebuah negeri baru.
Imprealisme kuno dari kalangan Katolik misalnya, mendapatkan mandat langsung dari Paus Alexsander VI dengan perjanjian tordesilas Spanyol 1494, ini yang di sebut zaman pertama. Selanjutnya pemerintah kolonial Belanda yang menjadikan gerakan Protestan sebagai landasan perjuangan, mereka memasuki nusantara setelah pasukan portugis dan spanyol gagal dalam mengelabuhi pribumi.
Pada tahun 1598, para pedagang Belanda mulai datang ke Nusantara, empat tahun berikutnya di dirikanlah Verenigde Oast-Indsiche Compagnie (VOC) pada tahun 1602M , dimana VOC di bentuk dalam rangka menghindari persaingan antar kelompok pedagang Belanda.
Joh.F.Snelleman menjelaskan dalam Encyclopaedie van Nederlandsch-indie, Belanda tidak jauh beda dengan Portugis, misi untuk mengkristenkan warga jawa menjadi target penting dalam jajahan mereka.3G (Glory,Gold,Gospel) menjadi visi misi yang tak boleh terlupakan.
Bahkan VOC mendapatkan mandat langsung dari Gereja Protestan Belanda, yang waktu itu sebagai Gereja Negara untuk menyebarkan Kristen. Ini sesuai dengan pasal 36 pengakuan iman belanda 1561 yang berbunyi:
“juga jabatan itu (maksudnya tugas pemerintah) meliputi : mempertahankan pelayanan Gereja yang kudus, memberantas dan memusnahkan seluruh penyembahan berhala dan agama palsu, menjatuhkan Kerajaan Anti-Kristus, dan berikhtiyar supaya Kerajaan Yesus Kristus berkembang” demikian kami nukil dalam buku Mengkristenkan jawa.
Dari sinilah, VOC melancarkan aksinya, bahkan banyak sekali para pendeta muda Kristen Belanda yang ikut ke jawa untuk berlomba menyebarkan Kristen ke pribumi saat itu. Dan sebagian di jadkan pegawai VOC.
sumber:
voa-islam.com
Adapun perdagangan dan wilayah adalah topeng agar lebih mudah untuk memasuki sebuah negeri baru.
Imprealisme kuno dari kalangan Katolik misalnya, mendapatkan mandat langsung dari Paus Alexsander VI dengan perjanjian tordesilas Spanyol 1494, ini yang di sebut zaman pertama. Selanjutnya pemerintah kolonial Belanda yang menjadikan gerakan Protestan sebagai landasan perjuangan, mereka memasuki nusantara setelah pasukan portugis dan spanyol gagal dalam mengelabuhi pribumi.
Pada tahun 1598, para pedagang Belanda mulai datang ke Nusantara, empat tahun berikutnya di dirikanlah Verenigde Oast-Indsiche Compagnie (VOC) pada tahun 1602M , dimana VOC di bentuk dalam rangka menghindari persaingan antar kelompok pedagang Belanda.Joh.F.Snelleman menjelaskan dalam Encyclopaedie van Nederlandsch-indie, Belanda tidak jauh beda dengan Portugis, misi untuk mengkristenkan warga jawa menjadi target penting dalam jajahan mereka.3G (Glory,Gold,Gospel) menjadi visi misi yang tak boleh terlupakan.
Bahkan VOC mendapatkan mandat langsung dari Gereja Protestan Belanda, yang waktu itu sebagai Gereja Negara untuk menyebarkan Kristen. Ini sesuai dengan pasal 36 pengakuan iman belanda 1561 yang berbunyi:
“juga jabatan itu (maksudnya tugas pemerintah) meliputi : mempertahankan pelayanan Gereja yang kudus, memberantas dan memusnahkan seluruh penyembahan berhala dan agama palsu, menjatuhkan Kerajaan Anti-Kristus, dan berikhtiyar supaya Kerajaan Yesus Kristus berkembang” demikian kami nukil dalam buku Mengkristenkan jawa.
Dari sinilah, VOC melancarkan aksinya, bahkan banyak sekali para pendeta muda Kristen Belanda yang ikut ke jawa untuk berlomba menyebarkan Kristen ke pribumi saat itu. Dan sebagian di jadkan pegawai VOC.
sumber:
voa-islam.com








